1.3

1.5K 122 0
                                    

"K-kamu ngapain?" Tanya gadis itu takut sembari melihat sesosok laki-laki yang kini tengah dipacarinya.

"Kamu gak perlu tau sayang, nikmati aja malam ini" ucap cowok itu lembut. Dan kini cowok tengah mencoba memasukkan suatu obat kedalam mulut gadis itu.

Tapi gadis itu masih berusaha menutup mulutnya agar tidak kemasukan obat itu. Tangan dan kakinya telah diikat kuat. Dia gak bisa bergerak lagi. Gadis itu sudah benar-benar capek dengan keadaannya sekarang.

"Buka mulutnya dong sayang" ujar laki-laki itu sembari mengelus kepala gadis itu.

"Atau aku harus berbuat kasar?" Bisik Laki-laki itu.

Tanpa babibu laki-laki itu pun memukul kaki gadis itu dan menjambak rambut gadis itu. Tak kuat menahan nya, gadis itu pun berteriak keras hingga obat-obatan itu pun masuk kedalam mulutnya.










BRAK
















"AAHHHHHHHH" 

"Wen lo mimpi buruk lagi ya?" tanya seulgi sembari memeluk Wendy cemas.

Blackvelvet kini semua berada di dalam kamar WenRos, karena mereka mendengar teriakan Wendy.

"hikss gue takut hikss" nangis Wendy. Seulgi yang sudah merasa bahwa bahunya basah pun mulai menenangkan wendy.

"Wen, Lo gak mau lanjutin hal ini ke psikiater?" Tanya Irene untuk berjaga-jaga.

"Hikss enggak, gue nggak mau hiks.. gue gak mau bebani yang lain. Gue mau usaha sendiri hiks.. " ucap Wendy

"Siapa bilang lo bebani kita?! Kita tulus bantu Lo Wen" ucap Jennie sendu.

"Coba sekali dulu deh, untuk kedepannya itu terserah Lo" ajak Joy.

"Iya, nanti Yeri temani kak Wendy disana. Biar kak Wendy gak takut" ucap Yeri sembari mengelus lengan Wendy.

"Coba dulu ya wen" ucap seulgi untuk meyakinkan Wendy. 

Wendy pun diam sesaat dan akhirnya mengangguk kan kepalanya.

"Bagus, siap-siap ya sekarang. Kita pergi bareng" ucap Jennie

"Loh, emang lo tau psikiater di Jogja Jen?" Tanya seulgi.

"Tau. Sebelum ke Jogja, papi ngasih alamat dan kontak psikiater teman papi, katanya siapa tau Wendy mau konsultasi" jelas Jennie sembari melihat layar handphone nya mencari kontak psikiater.

"Udah buruan siap-siap, biar kita cepat ke rumahnya" ujar Irene yang diangguki oleh yang lain.


















"Jen, ini beneran rumahnya?" Tanya Irene sembari melihat rumah besar di kanan jalan.

"Di alamatnya tertulis begitu" jawab Jennie sembari mengecek alamatnya kembali di layar handphone.

"Sebentar coba gue telfon ya" ucap Jennie 

"Selamat siang. Saya Jennie paman, anaknya Pak Gilbert. Paman saudara saya mau konsultasi, dan apa benar alamat paman itu di Perumahan Merapi?. Oh, saya sudah didepan paman. Baiklah paman. Makasih" 

"Gimana Jen?" Tanya Seulgi.

"Turun guys, ini benar rumahnya" ujar Jennie sembari turun dari mobil.

Kini ada seorang ibu-ibu yang tengah membukakan pagar rumah.

"Mba Jennie ya?" Tanya ibu itu sembari membuka gerbang.

"Iya Bu, itu saya" jawab Jennie ramah.

"Hayu silahkan masuk" ajak Ibu itu.

Kini mereka semua tengah duduk diruang tamu yang cukup besar. Dan di tangga muncullah Bapak-bapak yang sekitar berumur 50an turun dan duduk menghadap mereka bersembilan.

Senior High School // BlackvelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang