Bab 30_Pergi untuk kembali

538 34 0
                                    

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh !!

Up guysss!!

***

Tanah lapang itu sudah penuh dengan rerumputan yang sangat nyaman jika diduduki. Aneka bunga warna-warni pun ikut memperindah tanah lapang yang disebut taman. Setengah tahun yang lalu tanah lapang itu hanya tanah kosong yang tidak terurus. Ternyata setengah tahun ia meninggalkan sekolah ini, kini taman itu telah tersulap sedemikian rupa.

"Udah mandang bunganya, kalau mau gue bisa ngambilin buat lo." Tangan Raga sudah ingin memetik salah satu bunga.

Namun ia urungkan ketika sebuah suara menghentikan kegiatannya.

"Jangan dipetik, biarlah tumbuh menghias taman ini. Lagi pula inikan bukan bunga punyamu, jangan asal ambil milik orang lain dong. Itu namanya pencurian."

Setelah mendapat perawatan psikologi diluar kota memang Bilqis sudah dapat berkomunikasi terhadap laki-laki tanpa ada rasa gemetar. Namun entah overdosis atau apa sehingga membuat Bilqis menjadi sangat cerewet didepan laki-laki.

"Iya-iya." Raga cemberut.

"Katanya mau ngomong sama aku. Apa?"

Tak ingin berlama-lama dengan laki-laki yang bukan makhramnya, Bilqis segera menanyakan perihal Raga yang tiba-tiba ingin berbicara kepadanya.

"Oh... Eh i.. Tu. Iya gue mau ngomong sama lo, duduk disini dulu." Bilqis hanya mengikuti perintah Raga.

Sebenarnya banyak hal yang ingin Bilqis tanyakan terhadap teman masa kecilnya itu, namun ia urungkan ketika melihat Raga yang sepertinya gugup ingin mengatakan sesuatu.

Hening, suasana mendadak menjadi hening. Bahkan, suara hembusan angin pun dapat terdengar ditelinga mereka.

"Aku"

"Gue"

Keduanya terdiam ketika sama-sama berbicara, apa yang terjadi diantara mereka. Hingga membuat kedua insan yang dahulunya sangat dekat kini hanya tinggal kecanggungan dan keterdiaman.

"Lu dulu aja."

"Kamu dulu aja kan kamu yang pertama ngajak aku kesini."

Raga menghela nafasnya berat, entah apa yang akan dibicarakannya yang pasti ada satu hal penting yang sekarang ingin diucapkan namun sungguh berat untuk menyatakannya. Apakah ini waktunya yang tepat untuk menyatakan? Batinnya terus bergejolak.

"Gu... E, gue... Suka sama lo." ucap Raga secepat kilat dan tak berani memandang Bilqis.

Bilqis yang mendengar itu sedikit melongo, apa maksudnya? Batinnya bertanya. Ingin ia tanyakan sesuatu yang menggajal dalam pikirannya namun yang keluar dari mulutnya hanyalah suara tawa sumbang.

"Hahaha... Jangan bercanda Bang masih pagi ini, ya walaupun udah menjelang siang."

"Hehehehe tau aja kalau dibecandain. Bila yang sekarang beda banget ya sama Bila kecil." lain dimulut, lain dihati. Maksud hati ingin menyeruakan perasaannya yang terpendam eh malah dianggap becandaan, apalah dayanya.

Sementara mereka berdua bercandaan ada sepasang mata yang tengah mengintai kedekatan mereka.

Dengan hawa panas yang semakin membakar hatinya, membuat ia jadi gampang tersulut emosi. 'untung aja dikira candaan. Hihihi... Maap sodara untuk masalah cewek gue gak bisa ngalah.' gumanya yang diakhiri dengan kekehan.

Tak tahan dengan keduanya Dirga datang diantara mereka berdua. Memisahkan dua insan yang sedang melepas rindu.

"Ekhemmm... Gak boleh beduan sama yang bukan makhram. Entar yang satunya setan lo."

Androphobia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang