-4-

203 38 1
                                    

"Eh, punggung lo kenapa bisa ada jejak sepatu?" tanya Mada yang bergabung belakangan ketika melihat jejak sepatu di seragam putih yang dikenakan Ezra.

Suasana AVI yang awalnya tenang, mendadak tegang. Adrian memberi kode pada Mada supaya lelaki itu tak lanjut bertanya dan langsung duduk di sebelahnya. Sementara Mada berjalan ke samping Adrian sembari mengangkat bahunya tak peduli.

Pembahasan yang diangkat kali ini mengenai teknis audisi yang akan dilaksanakan besok sepulang sekolah. Pak Bowo sendiri benar-benar membebaskan anak-anak didiknya itu supaya mereka bertanggung jawab penuh pada band mereka sendiri. Rasa yang akan diangkat dalam Acoupella akan benar-benar berasal dari mereka sendiri. Adrian pun memberi saran bahwa yang menjadi tim penilai audisi esok hari adalah Gita, Mada, dan dirinya sendiri. Yang lainnya pun ikut menyaksikan ketika audisi berlangsung nanti supaya mereka bisa berdiskusi lebih lanjut.

"Gue harap, minggu depan kita udah bisa latihan rutin. Pak Bowo bilang, kita bakal tampil di atas panggung pas F2WL. Kita dapet slot buat tampil di F2WL kali ini." jelas Adrian.

"Anjay, mantap, lah, langsung F2WL!" seru Gio.

"Kalo sebelum itu kita tampil di luar sekolah boleh?" tanya Ezra yang akhirnya bersuara.

"Gue, sih, oke. Nanti gue tanya Pak Bowo." balas Adrian.

Selepas itu, yang lain diperbolehkan pulang sementara Adrian tinggal untuk bertanya pada Pak Bowo lebih lanjut. Faza sudah pulang lebih dulu karena ada jadwal les di sebuah lembaga bimbingan belajar, mengingat mereka semua sudah duduk di bangku kelas 12. Selesai memakai sepatu yang sudah tak lagi basah, Gita pamit dan meninggalkan teman-teman bandnya yang masih sibuk bersenda gurau di depan ruang AVI. Ezra yang sudah melepaskan seragam putih dan hanya berbalut kaus hitamnya itu menatap Gita yang berjalan semakin jauh dari duduknya.

"Susulin, gih. Minta maaf. Lagian lo keterlaluan banget lempar sepatu dia ke genangan air sampe dia tadi nyeker pas ke masjid." celetuk Gio menepuk pundak Ezra. Siang tadi, ia sempat berpapasan dengan Gita yang pergi ke masjid tanpa alas kaki itu.

Ezra yang sudah kembali memakai sepatunya pun menepuk pundak Gio balik kemudian beranjak menyusul Gita meninggalkan AVI, "Gue duluan."

Saat sampai selasar masjid, Ezra mendapati Gita yang baru saja berjalan keluar dari gerbang utama. Sepertinya masih ada kesempatan untuk dirinya meminta maaf pada Gita sebelum hari berganti. Mengetahui arah tujuan Gita yang sama dengan dirinya, Ezra sedikit lega. Rupanya, Gita memarkirkan motornya di lantai dua parkiran motor. Ezra akhirnya memilih menunggu Gita dari atas motornya yang terparkir dekat dengan jalan yang akan dilalui Gita dari lantai dua. Begitu mendengar suara motor berjalan, Ezra beranjak dari atas motornya. Ia berdiri tepat di tengah jalan yang akan dilalui Gita atau lebih tepatnya memblokir jalan. Jika tidak begini, sudah dipastikan Gita akan menghindarinya lagi. Dilihatnya perempuan berjaket merah jambu itu mengendarai motornya menuruni jalan.

Klakson motor langsung menggema begitu Gita mendapati Ezra yang memang sepertinya enggan beranjak dari posisinya berdiri, "Minggir lo!" teriaknya.

"Gue enggak akan minggir, jadi lo yang harus berhenti." tolak Ezra yang masih enggan menyingkir.

Gita akhirnya menghentikan motor matic-nya itu tepat di hadapan lelaki berjaket hitam itu, "Enggak usah drama. Lo maunya apa, sih?"

Ezra tak langsung menjawab.

"Gue beneran tabrak lo kalo lo enggak ngomong." ancam Gita yang sudah ingin mengistirahatkan tubuhnya di atas kasur.

"Gue... gue minta maaf karena gue sempet enggak setuju sama ide lo, gue juga enggak bales Line lo, terus ngelempar sepatu lo ke genangan air. Astaga, gue ngerasa bener-bener jahat sama lo hari ini." ucap Ezra dalam satu tarikan napas dengan wajah tertunduk.

Gita sama sekali tidak menduga bahwa Ezra akan benar-benar meminta maaf padanya seperti ini. Ia tersenyum kecil, perasaannya jauh lebih baik ketika mendengar kata maaf dari mulut Ezra yang terdengar tulus itu. "Gue maafin. Jadi lo bisa minggir, gue mau pulang."

Ezra menurut dengan memilih menyingkir dari hadapan Gita, membiarkan perempuan itu melewatinya. Gita memaafkannya dan begitu menyadari hal itu detik berikutnya, ia langsung memutar badan melihat motor Gita yang berjalan menjauh dari parkiran motor untuk meninggalkan sekolah. Tanpa sadar, Ezra memasang senyum paling menggelikan yang pernah ia lakukan.

"Zra? Lo kenapa, dah?" tanya Adrian yang baru sampai di parkiran motor dan menemukan Ezra melamun.

Begitu sadar dari lamunannya, Ezra langsung menggeleng, menyusul Adrian untuk segera naik ke atas motornya dan pulang ke rumah.

Saat sampai di rumah, Gita tidak menemukan siapa pun. Ayahnya yang memang bekerja di luar kota jelas tidak akan berada di rumah di hari kerja seperti ini, sementara ia tidak mengetahui kemana sang ibu pergi. Mobil yang biasanya terparkir di garasi tidak ia temukan saat memarkirkan motor. Mengambil benda pipih dari dalam saku jaketnya untuk mengecek jika ibunya mengiriminya pesan atau tidak, Gita menemukan ponselnya yang ternyata habis daya. Ia akan mengisi daya ponselnya saat sampai kamar nanti. Yang terpenting adalah apakah ibunya meninggalkan makanan atau tidak di meja makan. Dibukanya tudung saji yang ada di atas meja makan. Gita menemukan ayam goreng dan sayur bayam yang tentunya perlu dihangatkan.

Setelah menyalakan lampu di beberapa ruangan yang diperlukan karena hari mulai gelap, Gita beranjak ke lantai dua. Ia memilih untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum menyantap makan malam. Sampai di kamar, Gita langsung mengisi daya di ponselnya dan membiarkannya tergeletak di atas nakas kemudian ia pergi untuk mandi. Lima belas menit berikutnya, Gita keluar dari kamar mandi dengan kondisi yang lebih segar. Ia mendudukkan tubuhnya di atas kasur sambil mengeringkan rambut panjangnya dengan handuk. Diraihnya ponsel yang sudah menyala dari atas nakas. Benar saja, Gita langsung menemukan pesan dari ibunya pergi menghadiri pameran seni milik salah satu temannya.

Malam itu, Gita lagi-lagi menyantap makan malamnya sendirian.

This part used to be published yesterday. Aku selalu lupa waktu kalo lagi nyulam ehehe... Kalian juga bisa coba nyulam selama di rumah aja ini. Well, aku rasa nyulam juga bagus buat healing. I've been doing it for a week and it refreshes my brain.

Enjoy!

Love, Sha.

AcoupellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang