"Siang, Bi. Mada-nya ada?" tanya Gita ketika menemukan Bi Yani yang membukakan pintu rumah Mada untuknya dan Ezra.
"Oh, ada, Néng. Baru pulang. Langsung ke atas aja." balas Bi Yani membukakan pintu lebih lebar supaya Gita dan Ezra bisa masuk.
"Kita ke atas, ya, Bi." Gita memasuki rumah Mada menuju tangga.
"Mau Bibi buatin minum apa?" tanya Bi Yani sebelum Gita menaiki anak tangga.
"Apa aja, deh, Bi." balas Gita melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga.
Ezra menyusul langkah Gita, "Lo sering banget ke sini, ya?"
Gita bergumam, "Hampir tiap minggu, sih."
Sampai di depan pintu studio, Gita mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum akhirnya membukanya, "Liat siapa yang gue bawa."
Kedatangan Gita bersama Ezra di sampingnya membuat suara musik yang awalnya menggema tiba-tiba terhenti. Mada yang duduk di balik meja mixer tidak sendirian. Keberadaan Adrian yang sedang sibuk memainkan ponsel lebih mengejutkan bagi Gita. Setelah enam bulan hilang kabar, tau-tau Adrian menunjukkan dirinya di studio musik milik Mada. Adrian yang menyadari kedatangan Gita dan Ezra juga sama terkejutnya.
"Lo ngapain di sini?" tanya Gita lebih dulu menyuarakan keterkejutannya pada Adrian tempatnya.
"Jadi cuma lo yang boleh ke di sini?" tanya Adrian melipat kedua tangannya di depan dada.
Adrian sendiri diterima di perguruan tinggi negeri yang ada di Jatinangor dengan jurusan Ilmu Komunikasi. Lelaki yang nampak lebih kurus dari terakhir kali Gita melihatnya itu paling sibuk di antara yang lain. Setiap hari, Adrian berangkat ke kampus dari rumahnya yang ada di Bandung. Jelas perkuliahan lelaki itu lebih melelahkan karena menghabiskan banyak waktu di perjalanan.
"Lo sendiri kenapa bawa Ezra ke sini?" Mada memutar kursinya menghadap Gita.
"Itu... Tadi gue enggak sengaja ketemu di Braga. Ya daripada gue nebeng doang, ya, gue ajak sekalian, lah, ke sini." jelas Gita diakhiri dengan tawa pelan.
"Lo masih main di Moira?" tanya Adrian pada Ezra yang berdiri di samping Gita.
Ezra hanya menggeleng.
Duduk di antara Adrian dan Ezra di atas sofa, serta Mada yang sudah menarik kursinya menghadap sofa, Gita menjadi satu-satunya perempuan di antara mereka. Aura intimidasi yang tiga lelaki itu layangkan pada Gita diselamatkan oleh Bi Yani yang mengetuk pintu kemudian menaruh tiga empat gelas berisi sirup melon dingin di atas meja. Setelah Bi Yani kembali menutup pintu meninggalkan ruangan, Gita segera meraih gelasnya kemudian meneguknya hingga tersisa setengah.
"Jadi?" tanya Mada begitu Gita menaruh kembali gelas ke atas meja.
Di antara tiga lelaki yang melimpahkan tatapan bertanya padanya, Gita adalah yang paling kebingungan di sini. Situasi kali ini begitu membingungkan. Tiba-tiba ia bertemu dengan Ezra dan membawanya ke studio milik Mada yang juga didatangi oleh Adrian. Kebetulan demi kebetulan yang ia alami hari ini terasa sungguh aneh. Ketika Gita hendak membuka suara di tengah-tengah situasi yang membingungkan ini, Ezra yang duduk di sampingnya tiba-tiba mengeluarkan sebuah kartu nama dan menaruhnya di atas meja.
Mada bergerak paling cepat meraih kartu nama berwarna putih itu kemudian bertanya ketika menemuka nama salah satu perusahaan rekaman yang cukup besar itu, "Liberty Records?"
Sebelum Ezra bertemu Gita, lelaki itu memang datang ke Moira untuk menemui Pak Nuha, manajer Moira. Pak Nuha memberikan sebuah kartu nama yang kini Ezra beri tunjuk pada teman-temannya itu. Manajer Moira yang sudah cukup lama dikenalnya itu menjelaskan bahwa lelaki bernama Reza Madani yang namanya tercetak di atas kartu nama itu tertarik dengan di Moira. Namun, karena tak menemukan kontak Ezra dan yang lainnya, Reza Madani yang merupakan seorang produser musik itu menitipkan kartu namanya pada Pak Nuha.
"Pak Nuha bilang, kalo kita berminat, kita bisa hubungin nomor Pak Reza yang ada di sana." Ezra menyelesaikan cerita panjangnya.
"Tapi, kan, Acoupella udah bubar." celetuk Adrian setelah mendengarkan penjelasan Ezra. "Dan bukannya kalo masuk label, akan lebih baik kalo kita punya lagu dulu?"
Gita dan Mada yang duduk berhadapan, saling tatap dengan senyum. Menghabiskan hampir setiap minggu bersama, Gita dan Mada sudah menghasilkan banyak lagu demo yang mungkin bisa dirilis nantinya. Kesempatan kali ini dirasa tepat bagi Gita dan Mada yang sepertinya memiliki satu pemikiran yang sama. Sementara Adrian dan Ezra masih dilanda kebingungan.
"Kalo masalah lagu, gue sama Gita udah buat beberapa. Tinggal lo berdua yang mau apa enggak." Mada yang sebelumnya membungkuk, mengistirahatkan punggungnya pada sandaran kursi.
"Tu-tunggu. Maksud lo gimana?" tanya Adrian.
"Gimana kalo kita berempat comeback?" Gita mengejutkan Adrian dan Ezra dengan kata-katanya.
"As Acoupella?" tanya Adrian yang masih mencoba memahami situasi saat ini. Sebenarnya, apa yang Gita dan Mada rencanakan?
Gita menggeleng, "Enggak akan dapet esensinya karna kita enggak punya Bianca sama Giselle lagi."
Ezra yang sedari tadi menyimak di sebelah Gita, mengangkat kedua alisnya bertanya, "Terus?"
"Kita ganti nama. Gimana?" Gita menatap ketiga temannya itu dengan senyum penuh harap di wajahnya.
"Gue ikut." ucapan Ezra membuat Gita dan Mada langsung menoleh ke arah Adrian.
Setelah berpikir, Adrian pun menjawab, "Oke. Ayo kita nge-band lagi."
Kali ini, Gita, Ezra, Mada, dan Adrian membentuk sebuah band benar-benar dari hati mereka. Walaupun sebelumnya Acoupella banyak ditimpa banyak masalah, mereka tidak akan jera. Acoupella adalah salah satu lahan mereka mendewasakan diri di bangku SMA. Dengan masalah yang hadir, ternyata hubungan pertemanan mereka bisa menjadi jauh lebih erat setelah lulus. Mereka juga belajar supaya ke depannya, jika terjadi perbedaan pendapat, mereka harus menghadapinya bersama. Tidak saling menghindar atau malah membuat suasana menjadi lebih tidak enak.
Gita menatap ketiga lelaki di dekatnya itu, "Kita harus punya nama baru."
Sorry for making you wait.
Chapter selanjutnya chapter terakhir, ya. Mungkin bakal aku up besok atau lusa. Senin aku udah kuliah lagi dan aku belum tau apakah semester ini bisa disambi nulis atau enggak. So, I'm looking forward to it.
Enjoy!
Love, Sha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acoupella
Teen FictionCharets Love Story #3 [COMPLETED] Menggabungkan beberapa kepala menjadi satu bukanlah perkara yang mudah. Berkat guru seni musik mereka, Gita, Ezra, Faza, Adrian, Mada, Gio, dan Alfa harus bisa berdamai pada satu sama lain. Acoupella, tempat di mana...