-12-

143 29 1
                                    

Jadwal tambahan belajar atau pemantapan sudah dimulai sejak hari Sabtu pekan lalu di sekolah. Sudah dua minggu ini pula, selepas pemantapan, Gita dan teman-teman satu bandnya itu akan berlatih di AVI. Tidak lagi di rumah Mada seperti persiapan Pra-Event 1 sebelumnya. Acoupella mengambil latihan selepas dzuhur, bergantian dengan jadwal latihan anak-anak teater. Dan karena jadwal pemantapan selesai pukul 11, mereka biasa menunggu di salah satu gazebo sembari menikmati makan siang ataupun camilan yang mereka beli dari kantin bawah.

Keluar dari kelas, Gita langsung menyusul Faza yang memberi kabar di group chat sedang berada di kantin bawah. Berbeda dengan Faza yang memang memesan nasi ayam tulang lunak, Gita hanya membeli beberapa makanan ringan yang juga bisa dinikmati teman-teman satu bandnya itu nanti. Setelah Faza mendapatkan nasi ayam tulang lunaknya, mereka beralih menuju gazebo. Gita sampai di gazebo dengan Faza di lengan kirinya dan es krim yang sudah hampir habis di tangan kanannya. Adrian, Mada, Bianca, dan Giselle juga rupanya sudah duduk melingkari meja gazebo saat Gita dan Faza sampai.

"Loh, Gio sama Ezra mana?" tanya Gita yang tak menemukan keduanya di gazebo.

Adrian yang beranjak dari duduknya hanya mengangkat bahu, "Kalo Gio, lo tau sendiri, lah. Gue ke kanjung dulu."

Setelah Adrian berlalu meninggalkan gazebo, Gita memilih duduk di bangku taman yang letaknya berseberangan dengan gazebo sementara Faza ikut duduk melingkar di gazebo.

"Eh, baru diomongin dateng anaknya." celetuk Faza yang menatap ke arah gerbang.

Gita menoleh ke arah di mana Faza menjatuhkan pandangannya. Ia menemukan Ezra yang mengenakan jaket hitam dengan hoodie menutupi kepalanya. Jaket hoodie itu jelas bukan milik Ezra, melainkan Gio. Namun bukan itu yang menjadi perhatian Gita. Saat kedua bola matanya berhenti tepat ke wajah Ezra, Gita membulatkan matanya. Ada beberapa lebam di wajah Ezra. Tanpa sadar, Gita beranjak dari duduknya dan melangkahkan kedua kakinya mendekati Ezra.

"Lo kenapa?" tanya Gita berhenti tepat di hadapan Ezra dengan perasaan khawatir.

"Gue enggak kenapa-napa." balas Ezra dingin, matanya menatap Gita lurus-lurus.

Tangan Gita yang sudah tak memegang es krim mencoba meraih wajah Ezra, "Lo enggak mungkin enggak kenapa-napa? Kenapa-"

Ezra menepis tangan Gita yang mencoba menyentuh luka di wajahnya dengan kasar, "Gue bilang, gue enggak kenapa-napa!" bentaknya.

Gita terperanjat dengan Ezra yang tiba-tiba membentaknya. Kakinya melangkah mundur satu kali. Masih dengan keterkejutannya, Gita menatap sekitar. Beberapa pasang mata yang masih berada di lingkungan menatap ke arahnya dan Ezra. Bahkan teman-teman seangkatannya yang masih betah mengobrol di depan kelas, menatap penuh rasa ingin tahu dari lantai dua. Mata Gita kemudian kembali menatap Ezra yang sedang merapatkan hoodie-nya kemudian berlalu melewatinya. Dari balik genangan air matanya, Gita bisa melihat Gio yang masih berdiri di koridor ruang piket.

"Git, duduk dulu." Faza menghampiri Gita kemudian merangkul kedua pundaknya. Ia menuntun Gita yang masih terpaku untuk duduk di pinggir gazebo.

Tanpa suara, air mata Gita luruh begitu saja. Faza mengusap-usap pundak sahabatnya itu mencoba menenangkan. Gio yang sedari tadi diam menyaksikan Ezra yang membentak Gita dari koridor akhirnya bergabung ke gazebo. Suasana tegang tiba-tiba menyelimuti gazebo. Acoupella yang sudah tenang-tenang saja tanpa keributan, kini kembali menghadapi suasana yang tidak begitu mengenakkan.

"Gue nanya gitu emang salah, ya?" Gita akhirnya bersuara sembari mengusap jejak air mata di pipinya.

"Ezra ketahuan bokapnya, Git." Gio akhirnya menjawab kekhawatiran Gita sebelumnya.

Gita memutar posisi duduknya menghadap Gio, menuntut penjelasan lebih lanjut.

"Gue juga belum tau kejadian persisnya gimana. Yang jelas dia kabur dari rumah dan semalem nginep di rumah gue." jelas Gio.

Gita tercenung di tempatnya. Perasaan bersalah memenuhi hatinya. Tindakan impulsifnya tadi sepertinya melukai Ezra. Dirinya memang terlalu menuntut Ezra.

"Git, salat dzuhur dulu, yuk. Nanti kita langsung ke AVI udahnya." ajak Faza yang menyadarkan Gita bahwa adzan sedang berkumandang.

Selepas melaksanakan ibadah salat dzuhur, Gita duduk di tangga masjid sembari mengenakan kembali sepatu Converse High-Top-nya. Faza menyusul di sampingnya tak lama kemudian. Selesai mengikat tali sepatu, perempuan dengan rambut dikepang dua itu menggantungkan kembali totebag putihnya di pundak kanan kemudian menuruni anak tangga menunggu Faza di bawah.

Saat Gita dan Faza sampai di AVI, hanya ada Gio, Bianca, dan Giselle yang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Keduanya juga menaruh tas di tumpukan tas lainnya di depan ruang multimedia. Di dalam sana, sedang ada Pak Bowo dan anggota Vocal Group yang sepertinya akan meninggalkan ruangan sebentar lagi. Gita dan Faza kemudian mengambil duduk melingkar bersama Bianca dan Giselle. Tak ada pembicaraan di antara mereka sampai suara dari pintu masuk mengalihkan perhatian mereka. Adrian dan Mada bergabung dengan yang lainnya lebih dulu, kemudian disusul dengan Ezra. Lelaki yang perasaannya sulit ditebak itu menambah suasana AVI semakin tidak bersahabat.

"Kang, Téh, duluan." suara Lulu dan anak-anak Vocal Group yang lainnya memecah keheningan sebelum meninggalkan AVI.

Gita dan yang lainnya hanya membalas dengan anggukan pelan.

"Bapak di ruangan sebelah, ya. Kalau ada apa-apa, panggil aja." Pak Bowo menyusul meninggalkan AVI menuju laboratorium yang ada di sebelah ruangan.

Bahkan setelah kurang lebih sepuluh menit Pak Bowo meninggalkan ruangan, belum ada yang mau membuka suara.

Ezra yang nampak tidak tenang akhirnya beranjak dari duduknya dan mengambil gitar yang memang ditinggalkan di AVI dari dalam tasnya, "Lo semua pada enggak mau latihan emang?"

Hanya dengan satu kalimat yang terdengar mematikan itu, Adrian, Mada, Gio, dan Faza bergerak menyiapkan alat musiknya masing-masing. Bianca dan Giselle pun menyusul duduk di kursi yang berjajar di samping Mada membantu menyiapkan microphone untuk Gita dan Ezra. Sementara Gita, dengan perasaannya yang masih kacau, akhirnya beranjak menuju kursi di sebelah Ezra, berhadapan dengan Mada dan pianonya. Aba-aba dari Adrian yang mulai menabuh perkusinya, memulai sesi latihan Acoupella yang dirasa begitu mencekam. Belum lagi, saat music tiba-tiba terhenti karena Gita yang seharusnya bernyanyi setelah musik intro malah melewatkan bagiannya.

"So-sorry." Gita yang menyadari kesalahannya hanya bisa meminta maaf sambil menggenggam microphone di tangannya dengan erat.

Kesalahan Gita yang dikira hanya akan terjadi satu kali ternyata kembali terjadi. Suara sopran Gita yang biasanya stabil tiba-tiba pecah saat lagu ketiga. Suasana yang sudah tidak enak semakin memburuk. Gita terlalu takut untuk menoleh pada Ezra karena dirinya sangat yakin bahwa lelaki yang duduk di sampingnya itu sedang menatapnya tajam kali ini. Lanjut ke lagu ke empat, Ezra sudah benar-benar kehilangan kesabarannya. Gita yang sedari tadi nampak tidak fokus malah menyanyikan bagian verse 2.

"Lo bisa yang bener enggak, sih, latihannya!" seru Ezra yang kini sudah beranjak dari duduknya menghadap Gita, "Kalo gini terus, kapan latihannya beres?"

Gio yang berada di balik punggung Ezra menahan kedua pundak lelaki itu supaya tidak bertindak semakin jauh. Dengan keberanian yang tersisa, Gita berdiri dari duduknya kemudian memutar tubuhnya menghadap Ezra. Microphone dalam genggamannya diletakkan di atas kursi yang ia duduki tadi. Ingin rasanya Gita menyerah. Ia sudah benar-benar lelah kali ini.

"Lo bisa enggak, sih, ngomongnya baik-baik? Gue tau gue salah, tapi lo enggak berhak bentak-bentak gue kayak tadi." setelah meluapkan kekesalannya, Gita meraih totebag-nya kemudian meninggalkan AVI.

Ezra hanya tidak tahu bahwa sedari tadi, Gita menahan sesak supaya tidak kembali menangis saat itu juga.

Kabar baik untuk cerita ini. Akhirnya aku menyelesaikan story board-nya. Tapi aku juga belum mau pisah sama Gita dan Ezra yang banyak nguras tenaga dan emosi ini. Well, see you on the next chapter!

Enjoy!

Love, Sha.

AcoupellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang