Pra-Event 1 yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba dengan tema besar yang diangkat tahun ini adalah teknologi. Rangkaian acara pertama dari F2WL yang dilaksanakan selepas Jumatan itu hanya dihadiri oleh warga sekolah. Panitia yang hadir dari berbagai divisi mengenakan warna baju yang berbeda. Sudah tradisinya jika setiap divisi mengenakan warna baju yang berbeda dengan divisi lainnya sesuai dengan warna tema. Acara yang digunakan untuk menggalang dana untuk main event F2WL tersebut akan berakhir pukul enam sore dengan acara makan bersama sebagai penutupnya.
Panggung yang selalu digunakan untuk rangkaian acara Pra-Event 1 dan 2 adalah panggung kecil di lapangan karet yang tentunya tampak professional dengan panggung rigging. Sementara ruang kelas 10 yang berjajar di koridor belakang lapangan karet itu kini digunakan sebagai artist room. Karena alasan tersebut, koridor itu juga memiliki sebutan unik, yaitu koridor bintang. Dan kini, Gita bersama teman-temannya yang tergabung dalam Acoupella sedang bersiap di belakang panggung lapangan karet. Mereka sedang menunggu giliran mereka untuk tampil pertama kalinya di depan warga sekolah. Tentu rasa gugup coba ditutupi dengan caranya masing-masing.
Sejak pergi ke belakang panggung, Gita tak berhenti meneguk air mineral dari botol berukuran 330 ml yang diberikan panitia acara untuk meredakan degup jantungnya. Gita takut melakukan kesalahan fatal di atas panggung nanti karena sebelumnya ia tidak pernah tampil secara solo di depan warga sekolah. Perempuan dengan kaus putih yang dibalut kemeja kotak-kotak berwarna mint itu kembali membuka tutup botol yang isinya hanya tinggal setengah itu. Belum sempat Gita meneguk minumannya, seseorang sudah menjauhkan botol air mineral itu dari jangkauannya. Pelakunya adalah Ezra yang kini berdiri di samping kanannya dengan gitar di tangan satunya.
Ezra mengambil tutup botol air mineral itu dari tangan Gita yang terasa dingin kemudian menjauhkan botol air mineral itu setelah menutupnya, "Jangan minum terus, nanti lo keburu pengen ke toilet pas manggung."
Enggan berdebat dengan Ezra, Gita hanya diam menggenggam kedua tangannya. Tak lama kemudian, anggota Acoupella selain Gita naik ke atas panggung untuk bersiap. MC yang juga kembali menyambut penonton di atas panggung kini bercerita sedikit mengenai Acoupella. Siang ini, mereka akan membawakan tiga lagu cover, yaitu Stitches dari Shawn Mendes, Mirrors dari Justin Timberlake, dan 2002 dari Anne-Marie. Ketiga lagu itu dipilih dengan harapan bisa membuat penonton ikut bernyanyi bersama dengan mereka.
Sementara Gita yang masih di sayap kiri panggung semakin gugup ketika salah satu panitia memberinya micrphone. Menarik napas kemudian membuangnya secara perlahan, Gita akhirnya ikut naik ke atas panggung setelah MC mempersilahkannya. Ajaibnya, rasa gugup yang Gita rasakan sejak tadi hilang seketika begitu kakinya memijak panggung. Sepertinya panggung memang diciptakan untuk Gita.
Dipimpin Adrian, intro lagu Stitches pun dimainkan. Gita sendiri takjub dengan dirinya yang bisa menikmati momen di atas panggung dengan teman-temannya. Pandangan antusias dari para penonton yang notabennya adalah teman satu sekolah mereka membuat energi di atas panggung tiba-tiba meningkat. Penonton pun ikut bernyanyi bersama menikmati lagu yang dibawakan mereka. Acoupella mampu membuat decak kagum di antara para penonton. Sembilan orang yang penuh semangat di atas panggung itu bak permata yang selama ini tersembunyi. Dan sebelum beralih ke lagu terakhir, Gita dan Ezra menyempatkan diri menyapa teman-temannya dari atas panggung.
"Siang, semuanya! Perkenalkan kami Acoupella. Di sini ada gue Ezra, Gita, Faza, Mada, Alfa, Gio, Adrian, Bianca, dan Giselle." sambut Ezra memperkenalkan Acoupella.
"Ini panggung pertama kami and we're looking forward for the next stages. Tapi sayangnya ini panggung pertama dan terakhir buat Alfa. Thank you for his consideration, akhirnya mau tampil sama Acoupella dan meramaikan Pra-Event 1." Gita menjeda kalimatnya dan terdengar sorakan kecewa dari penonton, "Dan ini lagu terakhir dari kami, 2002."
Sorak penonton menyambut mereka begitu suara Ezra dan permainan gitarnya menggema di area venue. Dan begitu Gita menyelesaikan bagian pre-chorus, penonton ikut bernyanyi bersama dengan dirinya dan Ezra menyanyikan bagian chorus. Di arahkannya microphone di tangan kanannya pada penonton. Gita bisa melihat wajah Ezra yang duduk di sebelah kirinya memainkan gitar tersenyum padanya. Tidak hanya mereka berdua, anggota Acoupella yang lainnya pun mengakhiri penampilan mereka dengan perasaan bahagia.
Begitu keluar dari backstage, Gita dan yang lainnya disambut oleh senyum bangga Pak Bowo. Pria berusia di akhir 50-an itu mengajak mereka berfoto bersama di spot favoritnya, yaitu wing. Ya, sekolah mereka memiliki sebuah sayap raksasa yang terbuat dari besi berdiri di pinggir lapangan basket. Logo sayap berwarna hitam dengan lubang di tengahnya itu merupakan peninggalan dari F2WL tahun 2016 yang sampai saat ini masih menjadi spot foto favorit para siswanya.
"Kalian hebat!" puji Pak Bowo mengangkat dua jempol pada anak didiknya itu kemudian beralih merangkul Alfa, "Kamu juga sukses di orkestranya, Al."
Selain perasaan lega karena berhasil memberikan yang terbaik di panggung pertama mereka, sedih juga mereka rasakan. Hari ini juga menjadi hari di mana Acoupella akan berpisah dengan si jenius Alfa. Dalam kesempatan kali ini Alfa memang tidak bisa ikut andil dalam Acoupella. Bisa saja ini memang jalan terbaik yang harus Alfa dan Acoupella sendiri jalani ke depannya. Mungkin mereka bisa kembali berada di atas panggung yang sama dengan Alfa di kesempatan berikutnya.
"Pak, kami balik ke venue dulu, ya." pamit Adrian mewakili yang lainnya.
Pak Bowo yang membawa kamera putihnya di tangannya mengangguk pelan.
"Jangan pisah dulu! Kita harus foto di karet." cegah Faza begitu yang lainnya hendak memencar di lapangan.
Sampai di spot foto pohon karet, mereka kebingungan mengenai siapa yang akan memotret mereka. Anak divisi dokumentasi yang mereka cari pun tak memunculkan batang hidungnya di sekitar venue. Di kerumunan tiga angkatan, mata mereka mencoba mencari setidaknya seseorang yang mereka kenal untuk dimintai bantuan.
"Sebentar, gue panggil Anggi dulu." Gita kemudian segera melesat menuju teman sebangkunya yang berdiri tak jauh dari pohon karet, "Anggi, gue minta tolong fotoin gue sama mereka." ucapnya begitu mendapat perhatian Anggi sepenuhnya.
Walaupun Anggi menghela napas berat, perempuan berambut pendek itu tetap mengikuti Gita.
"Tolong, ya, Nggi." Gita menyerahkan ponselnya pada Anggi.
"Yang cewek-cewek di depan, dong. Lo pada naik ke sini." pinta Faza menunjuk ke arah pembatas pendek yang mengelilingi pohon karet pada anggota laki-laki.
Setelah siap, Anggi menghitung mundur dan mulai menekan shutter pada layar ponsel milik Gita beberapa kali. Tak hanya sampai situ, Adrian meminta mereka bertukar posisi. Dan formasi yang terakhir, Adrian, Alfa, Faza, Gio, dan Mada di barisan belakang, sementara Bianca, Ezra, Gita, dan Giselle di depan. Intinya, Gio meminta supaya vokalis mereka, Gita dan Ezra berdiri bersebelahan untuk foto pertama mereka.
"Liat dulu, Nggi." pinta Gita menghampiri sahabatnya itu.
"Boomerang sekali, ya? Yang cowok-cowok di depan tapi." saran Gita yang kemudian langsung disetujui yang lainnya.
Untuk boomerang pertama, gaya mereka bisa dibilang terkesan sangat kaku. Anggi yang merasa hasil boomerang-nya biasa-biasa saja pun bersuara supaya mereka bergerak lebih heboh lagi. Namun tetap Gita dan yang lainnya meminta boomerang pertama mereka tetap disimpan. Akhirnya Faza memberi kode untuk mendorong barisan laki-laki di depan mereka yang membuat Gita harus mendorong Ezra.
"Kirim di grup, ya, Git!" seru Faza sebelum akhirnya berpisah dengan yang lainnya.
Menyelesaikan urusan berfoto, Gita memilih bergabung bersama Anggi dan teman-teman satu kelasnya yang lain untuk menikmati penampilan berikutnya.
"Itu Ezra yang waktu itu bikin sepatu lo basah?" tanya Anggi.
"Iya." balas Gita yang masih sibuk memilih foto untuk dikirimkan di group chat.
"Tapi hebat, ya, chemistry lo berdua di atas panggung udah paling top." celetuk Anggi.
Enjoy!
Love, Sha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acoupella
Teen FictionCharets Love Story #3 [COMPLETED] Menggabungkan beberapa kepala menjadi satu bukanlah perkara yang mudah. Berkat guru seni musik mereka, Gita, Ezra, Faza, Adrian, Mada, Gio, dan Alfa harus bisa berdamai pada satu sama lain. Acoupella, tempat di mana...