-7-

178 32 0
                                    

Pra-Event 1 dari rangkaian acara F2WL akan dilaksanakan minggu depan. Acoupella akan tampil perdana di acara yang hanya dihadiri oleh warga sekolah tersebut. Dari hasil kesepakatan dengan panitia acara pada technical meeting beberapa waktu lalu, mereka akan membawakan tiga lagu. Latihan dari minggu ke minggu pun berlalu. Pak Bowo yang selalu mengawasi latihan mereka pun mengakui bahwa kesiapan mereka untuk tampil di atas panggung meningkat di setiap latihannya.

Rabu sore dengan langit berawan itu, Gita datang telat untuk latihan di AVI karena tertahan di ruang guru cukup lama. Baru saja Gita memasuki ruangan AVI, ia menemukan wajah teman-temannya yang duduk berjauhan itu murung. Ia telat setengah jam dan seharusnya teman-temannya sudah memulai latihan sejak saat itu. Melihat wajah-wajah tanpa semangat itu untuk pertama kalinya, Gita bertanya-tanya menganai apa yang baru saja terjadi dan ia lewatkan. Dari penglihatannya, ia juga tak menemukan sosok Pak Bowo di balik ruangan.

"Kalian kenapa, sih?" tanya Gita yang akhirnya sampai di tengah ruangan menatap teman-teman satu bandnya itu satu per satu.

Bianca dan Giselle hanya menunduk di tempatnya. Jelas mereka berada di dalam situasi yang cukup sulit. Gita juga menangkap raut wajah Adrian, Ezra, dan Mada yang sedang menahan emosi. Sementara Gio dan Faza bergerak gelisah menghindari kontak mata dengan Gita. Dan entah kenapa instingnya mengatakan bahwa Alfa yang duduk terpisah jauh dari yang lainnya adalah penyebab keganjilan ini.

"Ngomong sama gue sekarang, ini ada apa?" tanya Gita sedikit kesal karena dirinya adalah satu-satunya yang tak mengetahui apa-apa.

"Gue enggak bisa lanjut di Acoupella, Git." suara Alfa membuat Gita langsung memutar tubuh padanya.

Gita menatap nanar Alfa yang tampak resah, "Kenapa?"

"Sebelum gue sama Acoupella, gue udah gabung sama salah satu grup orkestra. Bakal ada konser dalam waktu dekat ini yang bikin gue harus memilih. Orkestra ini yang emang gue mau dan gue mau bertahan di sana. Setelah lulus dari sini pun, gue udah berencana untuk fokus di sana dan lanjut ke akademi musik." jelas Alfa yang juga menyesal.

Penjelasan Alfa tersebut menohok Gita, "Pak Bowo udah tau?"

Alfa mengangkat wajahnya menatap Gita, "Gue berencana bilang ke Pak Bowo hari ini. Tapi lo bisa liat, beliau enggak ada di tempat. Gue bakal kabarin Bapak secepatnya."

"Lo emang bener-bener enggak bisa ikut agenda Acoupella selanjutnya? Bahkan F2WL?" tanya Gita sama putus asanya.

Alfa menggeleng.

Gita sama kecewanya dengan yang lainnya. Tak bisakah kali ini semesta berpihak padanya? Baru kali ini ia melakukan hal yang ia benar-benar suka. Perempuan yang kini mengenakan cropped jacket jeans itu belum pernah tahu apa yang dirinya mau sampai Acoupella terbentuk. Dan semuanya berantakan begitu saja di usia Acoupella yang bahkan belum sampai satu bulan. Secepat itu. Ketika Gita mencoba memproses semuanya, Ezra yang duduk berdekatan dengan Mada beranjak dari duduknya, membuat semua mata tertuju pada lelaki itu.

"Dari awal kita dibentuk memang udah enggak bener. Kita dibentuk bukan karena keinginan kita sendiri. Lo semua juga pasti udah punya rencana masing-masing, kan, sebelumnya? Sekarang, terserah masing-masing lo aja. Kita mau lanjut atau enggak. Gue cabut." Ezra beranjak mengambil tasnya dan keluar dari ruangan meninggalkan yang lainnya.

Adrian yang duduk di balik drum menyisir rambutnya ke belakang dengan frustasi, "Sekarang, ngomong sama gue, siapa lagi yang emang enggak bisa lanjut di Acoupella."

Hening.

"Kalo gitu, latihan hari ini sampai di sini aja. Lo semua bisa balik." putus Adrian pada akhirnya.

Alfa beranjak meninggalkan ruangan pertama. Disusul dengan Bianca dan Giselle yang awalnya ragu pun akhirnya pamit setelah Gita meyakinkan mereka bahwa semuanya akan baik-baik saja. Gita masih belum beranjak dari tempatnya sampai akhirnya Faza menepuk pundaknya dan meberitahu bahwa Adrian akan segera mengunci pintu. Menggenggam erat tali tas ranselnya yang masih menyentuh karpet, Gita memutar tubuh menatap punggung teman-teman satu bandnya yang berjalan keluar dari AVI.

"Kita enggak bisa kayak gini. Lo semua mau bertahan di Acoupella, kan?" tanya Gita membuat teman-temannya kembali menatapnya. Kecewa kembali menghantamnya ketika ia menemukan tatapan ragu.

"Lo enggak denger tadi gue bilang kita lebih baik pulang?" tanya Adrian yang terpancing menghadap Gita.

"Lo nyerah, Ad? Cuma karena Alfa enggak bisa lanjut sama kita?" tanya Gita yang entah kenapa merasa marah dengan lelaki bertubuh besar itu.

Raut wajah penuh amarah yang sedari tadi Adrian tahan kembali terlihat. Lelaki itu berjalan mendekat pada Gita. Perlu digarisbawahi bahwa Adrian bisa membentak siapapun tanpa pandang hulu. Sebelum Adrian menumpahkan amarahnya pada Gita, Mada dan Gio bergerak cepat menahan lelaki yang tubuhnya dua kali lebih besar dari Gita itu. Sementara Gita tidak menunjukkan rasa takutnya sama sekali pada Adrian. Dengan Faza yang mencobe menenangkan dirinya di sampingnya, Gita ingin sekali Acoupella bisa bertahan.

"Adrian bener, Git. Lebih baik kita pulang dan tenangin pikiran kita masing-masing dulu." ucap Faza menahan kedua pundak Gita.

Gita menarik napas berat kemudian membuangnya. Kedua bahunya merosot membuat kedua tangan Faza yang ada di sana pun terlepas. Menarik tas ranselnya ke pundak, Gita menerobos Adrian, Mada, dan Gio yang menghalangi jalannya. Dengan perasaan kecewa, Gita pergi meninggalkan ruangan menuju parkiran motor untuk segera pulang ke rumah. Banyak pertanyaan muncul dalam benaknya. Hanya karena satu anggota mengundurkan diri, haruskah mereka berhenti? Apakah ini akhir dari mimpi yang juga belum dimulai itu? Tak bisakah teman-temannya itu bertahan setidaknya sampai mereka lulus?

I'm so sorry for this very late update. Beberapa hari kemarin, aku bener-bener enggak bisa ninggalin kasur karena sakit. But don't worry, I'm alright right now.

Enjoy!

Love, Sha.

AcoupellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang