Sejak dua hari yang lalu, Adrian sudah meminta Pak Bowo untuk ikut hadir dalam sesi latihan mereka di AVI pada hari Rabu. Semua sudah berada di AVI tepat setelah salat asar berjamaah di masjid. Namun, sudah satu jam sejak bel tanda pulang berbunyi, Pak Bowo tak datang juga. Guru mata pelajaran seni musik kelas 11 yang biasanya ada di ruangannya itu kini tidak ditemukan berada di sana. Gita bisa melihat bahwa bukan cuma dirinya yang menunggu merasa cemas, teman-temannya juga begitu.
Lima menit berlalu, Pak Bowo akhirnya datang. Pria paruh baya yang nampak tak begitu sehat dengan sweater yang membalut kemejanya pergi ke ruangannya sebentar sebelum akhirnya bergabung bersama Acoupella di atas karpet. Pak Bowo duduk dengan tenang di antara anak-anak didiknya yang memikirkan bagaimana cara menyampaikan niat mereka itu. Semua pasang mata menatap Adrian yang masih bungkam.
Pak Bowo mengangkat alisnya, "Jadi, apa yang mau kalian biacarakan?"
Adrian menarik napas sebelum akhirnya berbicara, "Rencananya, kami mau bawain lagu kami sendiri untuk F2WL, Pak."
Wajah Pak Bowo nampak terkejut, "Kalian bikin lagu sendiri?"
Mada mengangguk, "Kami udah selesai bikin demonya. Kalau Bapak berkenan, kami juga mau meminta saran dari Bapak."
"Wah, coba Bapak mau dengar." Pak Bowo tampak antusias dengan kinerja Acoupella yang selalu di luar ekspektasinya.
Gita pun memutar lagu yang versi demonya mereka selesaikan beberapa hari lalu itu dari tablet yang ia bawa. Dengan volume maksimal, suara piano dan gitar langsung menggema di tengah-tengah keheningan AVI. Pak Bowo mendengarkannya dengan seksama. Gita dan Mada yang tidak bisa membaca ekspresi wajah Pak Bowo pun semakin merasa cemas. Versi demo yang mereka buat memang belum sempurna dan harus dikembangkan lagi supaya terdengar lebih hidup. Ketika lagu selesai, Pak Bowo tidak langsung berkomentar. Semua anggota Acoupella yang duduk melingkar ditatap satu per satu.
"Bapak no comment karena keliatannya kalian juga udah tau apa yang kurang dari lagu ini." terang Pak Bowo.
"Jadi kita boleh bawain lagu ini untuk F2WL nanti, Pak?" tanya Adrian.
Pak Bowo tersenyum, "Lakukan sesuka kalian. Bapak ada di sini hanya untuk membimbing kalian."
Wajah-wajah yang awalnya tampak lesu itu langsung tersenyum.
"Siapa yang nulis liriknya? Bapak suka." tanya Pak Bowo.
Mendapat tatapan dari teman-temannya, Gita pun menjawab, "Saya, Pak. Tapi kalo enggak ada Mada dan yang lainnya, enggak mungkin lirik yang saya buat bisa enak didengar."
Pak Bowo mengangguk-angguk dan nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya bertanya pada Gita, "Gita, kamu mau, kan, nulis lirik buat theme song F2WL tahun ini?"
Gita terpaku saat Pak Bowo memberi tawaran yang cukup besar padanya, "Sa-saya, Pak?"
Pak Bowo mengangguk, "Bapak percaya sama kamu. Kalo kamu mau, kita bisa obrolin lebih lanjut nanti."
Gita menatap teman-temannya yang mengangguk yakin padanya itu, "Saya mau, Pak." ujarnya pada Pak Bowo.
Latihan hari Rabu di AVI sementara ditiadakan di minggu-minggu berikutnya karena dirasa terlalu singkat untuk mengaransemen lagu bersama dan digantikan dengan jadwal berkumpul setiap hari Jumat di rumah Mada. Jika tidak ada jadwal pemantapan di sekolah, mereka juga berkumpul di hari Sabtu. Mereka memang langsung mengambil langkah untuk memperbaiki aransemen Gelapmu Telah Usai yang dirasa kurang setelah pertemuan dengan Pak Bowo. Namun, sampai tiga minggu setelah pertemuan dengan Pak Bowo, Mada dan yang lainnya juga belum menyelesaikan aransemen mereka yang akan digunakan untuk rekaman. Bahkan minggu depan Ujian Akhir Semester sudah akan dilaksanakan.
"Git, kalo gini gimana?" tanya Mada pada Gita yang duduk di sebelahnya. Ia menekan tombol mulai pada layar komputernya.
Draf aransemen yang disimpan di komputer studio milik Mada itu pun langsung menggema di seluruh penjuru ruangan. Aransemen yang sepertinya sudah Mada perbaiki itu jelas terdengar lebih hidup dari beberapa revisi sebelumnya. Gita yang sudah mengangkat kakinya ke atas kursi pun tak bisa menahan senyumnya. Tanpa disadari, Gita berperan sebagai music director dengan Mada yang membantunya sebagai produser dalam proses pembuatan lagu ini.
"This one sounds a lot better than before. Gue suka, Mad." wajah Gita yang awalnya muram pun kini tampak berseri-seri.
Mada pun membalas senyum Gita, "Should we wrap it up today?"
Gita mengangguk penuh semangat kemudian memutar kursinya menghadap sofa di mana yang lainnya sedang bersantai, "Ayo kita rekaman!"
"Beres, Git?" tanya Adrian.
Gita mengangguk, "Iya, udah selesai. Tinggal rekaman."
Gio yang sedang berbaring di atas karpet pun langsung terduduk menghadap Gita dan Mada dengan wajah terkejut, "Akhirnya!" serunya. Beberapa hari terakhir ini ia memang terus diteror Gita dan Mada mengenai bagian saxophone.
"Gusti, akhirnya selesai juga!" Faza yang sama-sama tersiksa beberapa minggu terakhir ini pun bersujud di atas karpet.
Adrian, Faza, dan Gio memang bisa bernapas dengan lega karena pekerjaan mereka kali ini sudah selesai. Penderitaan mereka tiga minggu terakhir ini menghadapi Gita dan Mada yang cukup cerewet itu akhirnya berakhir. Ezra yang mengikuti proses pembuatan lagu dari awal tentu tidak akan kesulitan dalam menghafal nada dan lirik lagu. Sementara Bianca dan Giselle yang sebelumnya memang cukup santai akhirnya mendapat giliran berhadapan dengan kebawelan Gita dan Mada.
"Lo pada mau balik atau gimana? Gue Cuma butuh Ezra, Bianca, sama Giselle soalnya." tanya Gita pada Adrian, Faza, dab Gio.
Faza beranjak dari atas karpet lesu, "Gue pengen ikut mantau rekaman, tapi gue harus berangkat ke tempat les sekarang."
Sesi rekaman dimulai selepas kepergian Faza. Adrian dan Gio yang ingin tahu bagaimana proses rekaman akan berlangsung pun tinggal. Gita-lah yang pertama masuk ke dalam studio rekaman. Sebelum rekaman dimulai, Gita melakukan pemanasan suara terlebih dahulu. Ia mengambil satu botol air mineral baru di dalam studio kemudian meneguknya. Menaruh partitur miliknya yang sudah penuh dengan coretan di stand partiture, Gita memakai headphone di kepalanya. Ia berdiri menghadap microphone condenser, Gita mengecek suaranya.
"Whenever you're ready, Git." ucap Mada melalui microphone yang tersambung dengan headphone yang Gita pakai.
"Bagian verse dulu, Mad." pinta Gita.
Mada mengarahkan mouse-nya untuk menekan tombol main pada layar komputernya. Gita yang mendapat verse setelah intro pun bersiap. Detik berikutnya, Gita sudah menyanyikan bagian verse dengan cukup baik. Namun setelah mendengar suaranya sendiri, Gita meminta supaya bagian itu ia ulang karena ada nada yang terdengar sumbang. Mendengar suaranya kembali, Gita memutuskan bahwa percobaan kedua-lah yang ia pakai untuk bagain verse Gelapmu Telah Usai.
"Is it fine?" tanya Gita keluar dari studio.
Mada yang sedang memindahkan rekaman suara Gita ke dalam track hanya mengangguk kemudian berbicara pada Ezra, "Giliran lo, Zra."
Dimulai ketika Ezra masuk ke dalam studio rekaman, dilanjut Bianca dan Giselle, Gita beberapa kali meminta mereka untuk mengulang rekaman bagian mereka. Namun, karena hasil rekaman masih terdengar kosong, Gita memutuskan untuk menambah layer di beberapa bagian. Ia juga menambahkan ad-lib di bagian chorus terakhir setelah interlude. Dan setelah Gita puas dengan hasil akhir rekaman mereka, sesi rekaman pun selesai.
Enjoy!
Love, Sha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acoupella
Teen FictionCharets Love Story #3 [COMPLETED] Menggabungkan beberapa kepala menjadi satu bukanlah perkara yang mudah. Berkat guru seni musik mereka, Gita, Ezra, Faza, Adrian, Mada, Gio, dan Alfa harus bisa berdamai pada satu sama lain. Acoupella, tempat di mana...