Setelah F2WL, semua terasa berjalan begitu cepat. Gita dan teman-teman seangkatannya akan diwisuda hari ini. Memasuki gerbang sekolah bersama dengan kedua orang tuanya, Gita tampil cantik dengan kebaya berwarna soft pink yang membalut tubuhnya. Tenda raksasa sudah berdiri di lapangan karet yang biasanya digunakan untuk bermain futsal. Gita berpisah dengan kedua orang tuanya untuk menemukan barisan kursi di mana teman-teman sekelasnya berada.
Setelah masa ujian berakhir, tak banyak siswa kelas 12 yang datang ke sekolah. Sekolah yang biasanya ramai didatangi oleh tiga angkatan pun menjadi sepi begitu kelas 12 meninggalkan sekolah lebih awal. Baru hari ini seluruh siswa kelas 12 berkumpul kembali di sekolah untuk terakhir kalinya. Dibuka dengan suasana khidmat, upacara wisuda dimulai dengan siswa-siswa terbaik yang mendapatkan nilai ujian nasional dan ujian sekolah tertinggi naik ke atas panggung. Setelah itu, acara utama wisudah pun dimulai. Gita dan teman-teman sekelasnya yang mendapat giliran pertama, berbaris di tengah untuk menerima ijazah dan medali dari kepala sekolah.
"Selamat, ya." Pak Satya memberi selamat setelah mengalungkan medali dan memberi ijazah pada Gita.
"Makasih, Pak." balas Gita yang kemudian turun dari panggung menuju photobooth.
Sampai di photobooth yang berada di Taman Bahagia, Gita langsung menghampiri Anggi yang melambaikan tangan ke arahnya untuk bergabung. Kembali berada di tengah-tengah teman-teman sekelasnya, Gita menyadari bahwa banyak pengalaman berharga yang sudah ia lewati selama tiga tahun terakhir di sekolah ini. Di sinilah Gita tumbuh bersama teman-teman yang kata orang akan menjadi teman sepanjang masa.
"Satu, dua, tiga!" hitung fotografer mengambil foto kelas 12 IPA 1 yang sudah lengkap berkumpul di photobooth.
Setelah berfoto bersama, seluruh siswa kelas 12 IPA 1 kembali ke lapangan untuk rangkaian acara selanjutnya. Gita mengambil duduk di sebelah Anggi sembari memangku tas tangan dan buku ijazahnya. Setelah seluruh kelas 12 kembali ke lapangan, acara dilanjutkan dengan pembacaan janji alumni. Di tengah-tengah sambutan yang diberikan oleh Dhika, ketua angkatan 19, ponsel Gita bergetar. Mengeluarkan ponsel dari dalam tas tangannya, Gita membaca pesan yang rupanya Adrian kirimkan di group chat Acoupella. Lelaki itu meminta semuanya berkumpul di AVI setelah acara wisuda selesai.
Benar juga. Acoupella memang sudah tidak lagi berkumpul sejak panggung terakhir mereka di F2WL. Ujian praktik, ujian sekolah, dan ujian nasional yang datang beruntun setelah F2WL berakhir, membuat mereka tak memiliki waktu untuk berkumpul selain belajar. Adrian dan Ezra yang mulai mengikuti bimbingan belajar juga semakin sulit diajak berkumpul karena Acoupella memang tidak memiliki jadwal latihan lagi. Yang Gita masih sering temui adalah Mada. Satu minggu yang lalu, Gita dan Mada yang sama-sama tertarik dalam proses pembuatan lagu masih bertemu.
Lapangan karet sudah sepi karena rangkaian acara wisuda pun sudah berakhir sejak lima belas menit yang lalu. Dengan beberapa bucket bunga yang diberikan adik kelasnya, Gita beranjak menuju AVI. Langkah Gita memelan saat melihat teman-temannya sudah berkumpul di teras AVI dari ujung koridor. Tak diduga-duga, Ezra ada di sana bersama yang lainnya dengan jas yang sudah diselampirkan di lengannya. Bianca dan Giselle yang mengenakan baju bebas juga ternyata datang dengan beberapa tangkai bunga mawar di tangan mereka.
"Hai..." sapa Gita yang merasa canggung menginterupsi obrolan yang tengah berlangsung.
"Selamat, ya, Téh." Bianca menghampiri Gita dan memberikan satu tangkai bunga mawar yang ia beli bersama Giselle.
Gita menerima bunga dari Bianca, "Wah, makasih."
"Lo banyak fans, ya, Git. Eh, Faz,, kok, lo enggak dapet bunga banyak kayak Gita, sih?" celetuk Gio beralih pada Faza yang berada di sebelahnya.
Wajah Faza berubah cemberut.
"Eh, Faz. Selamat, ya. Lo keterima di UI, kan?" tanya Gita mengalihkan pembicaraan.
Faza tersenyum kemudian mengangguk, "Thank you, Git."
"Lo semua enggak nyelamatin gue juga? Bulan depan gue cabut ke Aussie, nih." Gio kembali menyela.
Gita tertawa pelan, "Iya, iya. Selamat, ya, Yo."
"Gue enggak telat, kan?" sebuah suara terdengar dari balik punggung Gita.
Alfa berdiri di sana dengan setelan jas abu-abu mudanya.
"Yah, Kang, maaf, kita enggak beli bunga buat Akang juga." Giselle meminta maaf karena dirinya dan Bianca melupakan bahwa Alfa masihlah anggota Acoupella.
Alfa tersenyum, "Enggak apa-apa. Santai aja."
Gita mendadak merasa sedih. Ia akan segera berpisah dengan teman-teman yang mengisi hari-harinya satu tahun terakhir ini di Acoupella. Alfa dengan grup orkestranya, Faza yang akan merantau ke Depok, dan Gio yang akan pindah ke Australia tentu membuat Acoupella terpaksa tidak bisa melanjutkan perjalanannya. Ia juga akan berpisah dengan Bianca dan Giselle yang beranjak naik ke kelas 12.
"Git? Lo kenapa?" tanya Faza yang menyadari kediaman Gita.
Gita menyadari bahwa air mata sudah menggenang di pelupuk matanya, "Gue minta maaf kalo selama ini gue egois. Gue enggak akan nahan kalian lagi di Acoupella karena kita udah punya jalan masing-masing. Makasih udah bantu gue nemuin apa yang gue mau."
"Tétéh, jangan nangis, dong. Bianca juga jadi pengen nangis." ujar Bianca.
Adrian menepuk pundak Gita, "Kita yang harusnya berterima kasih sama lo. Lo udah bikin tahun terakhir kita lebih bermakna berkat lagu yang lo buat bareng Mada."
"Acoupella, apa kabar?" Pak Bowo yang mengenakan kemeja batik baru saja datang dengan kamera yang digantungkan di lehernya.
"Bapak..." Gita menghampiri Pak Bowo.
"Good job, Gita. Bapak belum sempat bilang terima kasih buat lagu tema F2WL kemarin, makasih, ya." ucap Pak Bowo pada Gita.
Setelah Gita, yang lainnya ikut mencium tangan Pak Bowo satu per satu. Tak ada satu pun di antara mereka berbicara sampai Pak Bowo yang akhirnya memberi selamat, "Selamat, ya. Kalian sudah lulus."
"Kami masih tahun depan, Pak." celetuk Bianca merangkul lengan Giselle.
Pak Bowo tertawa pelan sebelum melanjutkan kalimatnya, "Bapak udah dengar tentang rencana studi kalian masing-masing. Faza dan Gio sudah diterima di luar Bandung. Bapak enggak akan memaksakan Acoupella untuk lanjut, tapi Bapak ada di sini kalau kalian butuh bantuan Bapak. Terima kasih untuk kerja keras kalian satu tahun terakhir ini. Bapak bangga."
"Makasih buat ilmunya juga, Pak." balas Mada mewakili.
Pak Bowo mengangguk, "Kalo gitu, Bapak ke dalem dulu, ya. Selamat liburan."
Selepas kepergian Pak Bowo, Adrian meminta Acoupella melakukan jargon mereka untuk terakhir kalinya. Hendak membubarkan diri, sebuah suara dari ujung koridor menyita perhatian mereka. Radyan dan Dhika berdiri di sana dengan napas terengah. Setelah berhasil mengatur napas, keduanya berjalan mendekati teras AVI di mana anggota Acoupella berada.
"Acoupella bisa tampil buat prom, kan?" tanya Radyan.
Sebentar lagi cerita ini selesai dan aku bakal ambil istirahat beberapa waktu sebelum menulis cerita baru.
Enjoy!
Love, Sha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acoupella
Teen FictionCharets Love Story #3 [COMPLETED] Menggabungkan beberapa kepala menjadi satu bukanlah perkara yang mudah. Berkat guru seni musik mereka, Gita, Ezra, Faza, Adrian, Mada, Gio, dan Alfa harus bisa berdamai pada satu sama lain. Acoupella, tempat di mana...