Walaupun tak semua tanggapan yang Zero Avenue terima adalah tanggapan postitif, album Lucky ternyata cukup diterima oleh masyarakat. Terlepas dari jadwal promosi dari satu stasiun radio ke stasiun radio yang lain, Gita dan kawan-kawannya itu kembali tampil di panggung F2WL akhir pekan kemarin. Selesai dengan jadwal manggung yang padat itu, Gita dan yang lainnya menyanggupi permintaan Gio yang ingin bertemu kembali dengan Acoupella di tengah-tengah masa liburannya di Indonesia. Moira kembali menjadi tempat mereka berkumpul akhir pekan kali ini.
"Wah, Bianca sama Giselle juga ikut dateng." Gio yang baru bergabung pun menyadari keberadaan Bianca dan Giselle di antara teman-temannya.
"Iya, dong. Kita juga kangen kumpul bareng sama Akang, Tétéh." balas Bianca.
"Nih, buat lo." Alfa memberikan tiket konser orkestra pada Gio.
Gio mengangguk-anggukkan kepalanya sambil membaca tulisan yang tertera di tiket, "Pas banget, besoknya gue balik ke Aussie. Thanks, ya, Al."
"Awas lo. Gue yang duduk di sini duluan." Faza yang baru kembali dari toilet memukul pundak Gio yang mencuri kursinya.
"Enak aja. Itu masih ada kursi kosong. Lo duduk di sana aja." Gio menunjukkan kursi kosong di sebelah Mada.
Walaupun Faza mengalah, perempuan itu masih tampak kesal dengan menghentakkan kakinya menuju kursi yang berada di sebelah Mada. Untuk mengembalikan suasana, Gita memutuskan untuk memberikan album Lucky yang sudah ia siapkan bersama Ezra, Mada, dan Adrian sekarang juga. Mengangkat tas kertas berisi beberapa buah album Lucky, gita pun langsung memberikan satu album kepada satu per satu teman-temannya itu. Wajah Gio, Alfa, Faza, Bianca, dan Giselle yang menerima album Lucky langsung berubah takjub.
"Wah, emang high quality beneran albumnya." Faza langsung membuka album berwarna biru yang ia terima dari Gita itu.
"Gue jadi ngerasa enggak enak karna enggak bawa oleh-oleh buat kalian." celetuk Gio yang sebelumnya sudah menerima tiket konser dari Alfa dan kini menerima album dari keempat temannya yang melanjutkan karir bermusiknya.
"Santai aja, Yo. Lo jauh-jauh dari Aussie mau ketemu sama kita juga udah cukup." balas Adrian.
"Anjay! Foto grup favorit gue yang ini." Gio menunjukkan halaman photobook di mana Gita menyandarkan kepalanya di pundak Ezra.
"Lo semua harus tau kalo Out of Love gue dengerin hampir tiap hari." Faza tampak antusias menyebutkan title track dari album Lucky yang ia suka itu.
Giselle mengangguk setuju, "Music video-nya juga keren banget. Peran Téh Gita sama Kang Ezra bisa banget bikin yang nonton paham sama cerita yang coba disampaikan."
Pembahasan menganai album Lucky pun berlanjut. Pertanyaan demi pertanyaan mengenai proses pembuatan album terus bergilir. Mendapati teman-teman terdekatnya bisa menikmati karya yang ia buat, Gita ikut merasa senang karena hasil jerih payahnya dihargai. Mendapati teman-temannya yang kini sibuk mengulik kotak berisi CD, photobook, dan special gift dari album Lucky, Gita melirik ke arah Ezra yang duduk di sampingnya. Dalam kesempatan ini pula, Gita dan Ezra, yang bahkan belum sempat bercerita pada Mada dan Adrian karena kesibukan mereka, akan memberitahu yang lainnya bahwa mereka sudah berpacaran.
"Ada juga yang pengen gue kasih tau ke kalian hari ini." ucap Gita yang kemudia langsung mendapat perhatian teman-temannya.
"Apa?" tanya Faza menaruh lembaran lirik di atas album Lucky miliknya.
"Hm... Sebenernya..." kalimat yang Gita ingin ucapkan tersangkut di kerongkongan begitu mendapati tatapan penuh ingin tahu dari teman-temannya.
Ezra menggenggam tangan Gita kemudian melanjutkan kalimat perempuan di sampingnya itu, "Gue sama Gita jadian."
Bukan ekspresi wajah terkejut seperti yang Gita dan Ezra banyangkan sebagai tanggapan dari yang lainnya. Gita dan Ezra malah dibuat terkejut dengan tanggapan yang sangat biasa-biasa saja dari teman-temannya itu. Bahkan Mada dan Adrian yang hampir setiap hari bertemu dengan mereka juga tampak biasa-biasa saja. Padahal, Gita dan Ezra sudah menyimpannya selama tiga bulan ini karena tidak memiliki kesempatan bercerita dengan jadwal manggung yang sangat padat itu.
"Kenapa lo semua keliatan biasa aja?" tanya Gita menatap teman-temannya satu per satu.
Faza tertawa pelan, "Kita semua udah tau kalo lo berdua itu emang saling suka."
Gita merasa bodoh karena selama ini tidak menyadari perasaannya sendiri. Bahkan ia sempat denial ketika Ezra menyatakan perasaannya untuk pertama kali. Ezra yang duduk di sampingnya juga sama-sama merasa bodoh karena tak menyadari perasaan Gita padanya di saat teman-temannya itu mengetahuinya. Waktu itu, Ezra malah memilih mundur dan akhirnya menciptakan banyak masalah di Acoupella dengan Gita. Mungkin, waktu itu belum tepat untuk keduanya menjalin hubungan dan sekarang adalah waktu yang tepat ketika keduanya sudah bisa lebih berpikir dengan matang.
"Sejak kapan lo berdua jadian?" Alfa yang bisa dibilang paling pendiam di antara yang lainnya itu juga akhirnya bertanya.
"Udah jalan tiga bulan." balas Gita melirik ke arah Mada dan Adrian yang masih tampak biasa saja.
"Lo berdua udah tau duluan, ya?" tanya Gio pada Mada dan Adrian.
Adrian menggeleng, "Kita juga baru dikasih tau sekarang."
"Téh Gita sama Kang Ezra backstreet atau gimana sampe Kang Mada sama Kang Adrian juga baru dikasih tau sekarang?" tanya Bianca yang kemudian menyeruput milkshake coklatnya dengan sedotan di gelasnya.
Gita menggoyangkan kedua telapak tangannya membantah, "Kita emang belum sempet cerita karena kalo ketemu juga kita pasti latihan atau enggak langsung manggung. Pulangnya juga biasanya udah pada tepar semua."
"Mereka berdua masih suka berantem enggak?" tanya Gio pada Mada dan Adrian sambil menunjuk Gita dan Ezra dengan gerak matanya.
"Masih, lah. Kadang mereka yang debat menu makan siang pas latihan. Rasanya gue sama Adrian nonton drama tiap hari." balas Mada.
"Giselle sama Bianca suka takut kalo Téh Gita sama Kang Ezra udah berantem. Tegang banget suasananya." celetuk Giselle.
Bianca mengangguk menimpali celetukan Giselle, "Kadang mikir bakal jadi tampil atau enggak."
"Asli. Kepala gue udah mau meledak rasanya kalo lo berdua udah berantem." tambah Adrian menyuarakan kesengsaraannya selama menjadi leader Acoupella.
"Gue sama Faza juga selalu jadi penengah saking lo berdua enggak punya inisiatif buat ngobrol tenang." Gio ikut menyuarakan kefrustasian yang pernah ia hadapi bersama Faza.
Faza mengangguk setuju, "Tapi lo berdua selalu bisa tampil memuaskan walupun suasana pas latihan enggak enak banget. Salut."
Bukannya tersinggung, Gita dan Ezra malah menertawakan kenaifan mereka di bangku SMA. Cerita demi cerita di masa SMA mengalir begitu saja menemani mereka yang sedang melepas rindu. Cerita tentang bagaimana Acoupella menjadi lahan mereka untuk tumbuh bersama menjadi manusia. Melewati masa sulit bersama, tidak menjadikan mereka membenci satu sama lain. Senyum di wajah mereka saat ini mencerminkan bahwa dari semua rintangan yang sudah mereka lewati bersama mampu membuat mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Tamat.
Terima kasih sudah mengikuti cerita ini dari awal sampai akhir. Tunggu karyaku selanjutnya!
Love, Sha.
01/09/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Acoupella
Teen FictionCharets Love Story #3 [COMPLETED] Menggabungkan beberapa kepala menjadi satu bukanlah perkara yang mudah. Berkat guru seni musik mereka, Gita, Ezra, Faza, Adrian, Mada, Gio, dan Alfa harus bisa berdamai pada satu sama lain. Acoupella, tempat di mana...