6 Tahun kemudian....
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, sudah 6 tahun lamanya prilly menjalani hidupnya tanpa bayang-bayang Ali. Sejak Ali memutuskan untuk pergi dia tidak pernah muncul lagi semua keluarganya sudah melacak keberadaan Ali tetapi tidak ditemukan. Pikiran Prilly menganggap bahwa Ali sudah bahagia dengan wanita lain.
"Mama.. cepat nanti Digo telat kesekolah" teriak anak yang bernama Digo itu.
"Ini itu baru jam 06.45 sayang, sedangkan kamu masuk sekolah itukan jam7.30 jadi kamu gak akan terlambat" ujar prilly yang masih bersiap-siap.
Tak lama Arnol dan seorang wanita seumuran prilly dengan perut membesar berjalan menghampiri Digo.
"Digo kenapa teriak-teriak" tanya Arnol yang tersenyum geli menatap Digo memayunkan bibirnya.
"Ayah, liat deh bunda lama banget Digo kan udah gak sabar mau sekolah" sungutnya.
Wanita yang berada disamping Arnol tersenyum lalu mengacak-acak rambut Digo "hari pertama sekolah semangat banget sih, padahal ini masih pagi loh.." ujar wanita yaang bernama Dita itu.
Digo tersenyum lalu ia mengarahkan tangannya keperut Dita "bunda Dita, dedek bayinya kapan keluar, Digo gak sabar mau main sama dedek bayi"
" Kita tunggu satu bulan lagi yah, baru dedek bayinya keluar" ujar prilly yang baru muncul.
"Makanya suruh mamahnya nikah biar bisa bikin dedek bayi lagi" ujar arnol yang tanpa dia sadari membuat prilly tersedih.
Dita yang merasa ucapannya salah langsung meminta maaf pada Prilly "maaf ya prill, Arnol suka ngawur kalo bicara"...
"Gak papa kok" ujar prilly sambil tersenyum paksa. "Kita berangkat duluan yah".Dita menatap sendu punggung prilly, lalu ia mencubit perut Arnol
"Aish.., sakit sayang knapa cubit aku sih" ringis Arnol.
"Kamu tuh mulutnya gak bisa dikontrol, kasihan prilly jadi sedih lagi kan...
Arnol menghela nafasnya "udah 6 tahun berlalu tapi kayaknya prilly belum bisa move on dari kak Ali".
Didalam mobil prilly masih sedih memang benar apa yang dikatakan Arnol agar ia menikah, Digo juga butuh seorang papa disampingnya. Akan tetapi sejauh apapun prilly mengelak, bayang-bayang Ali Masih terus mengikutinya, banyak rekan bisnis Arnol yang terang-terangan mendekati prilly tetapi satupun tidak ada yang berhasil menyentuh hatinya.Prilly dan Digo sudah sampai didepan sekolah Digo bernama SD Nusa jaya, dengan antusias Digo berlari masuk kedalam sekolahnya
"Hati-hati sayang nanti jatuh"...
Digo berbalik lagi kearah prilly "mah, nanti jemput Digo yah"
Prilly mencium kedua pipi Digo, "belajar yang rajin biar bisa jadi orang sukses" ujar prilly.
"Oke bunda, truss nanti kalo Digo udah sukses bisa ketemu papah dong" ucap Digo dengan senyum lebar.
Prilly hanya mengangguk, Digo langsung berlari masuk kedalam sekolahnya. "Mamah gak tau apakah ali masih mengingatmu atau sudah bahagia dengan yang lain" batin prilly tanpa sadar airmatanya menetes.
Seseorang didalam mobil mewah tak jauh dari Prilly memeperhatikan interaksi prilly dan Digo. "Digo Alfrando Syarief, itulah nama putraku" gumamnya pelan yang masih bisa didengar oleh orang disampingnya. Sang pria tersenyum tipis "tunggu aku sayang, aku akan kembali" ucapnya lirih menatap prilly dari kejauhan. Tiba-tiba raut wajahnya kembali dingin "kita mulai rencana dari sekarang" perintahnya dingin. Pria itu adalah Aliando Syarief."Seberapa banyak hutang Syarief company pada kita" tanya pria itu kepada sang sekretarisnya.
"Hutang mereka terhitung 5 milyard pak, sebagai jaminannya mereka memberitahu semua sandi perusahaannya pada kita" Sahut
sang sekretaris bername tag stela.
"Hubungi mereka katakan bahwa mereka harus membayar hutangnya dalam waktu 2 Minggu ini, kalau tidak perusahaan mereka akan jatuh padaku" titahnya dingin.
"Baik pak".
Stela keluar dari ruangan itu tak lama seorang pria muncul "Li, Loe yakin sama tindakan Loe ini"...tanya pria yang ternyata adalah Reno.
"Mereka semua yang memisahkan aku dengan peillidan anakku , maka mereka harus menerima akibatnya".
"Tapi gak sepenuhnya salah mereka Li, ingat ini juga kesalahan Loe di...
"JANGAN MENGATURKU Reno" ucapnya yang mulai meninggikan suaranya.
Ali menghela nafasnya "maaf gue kelepasan gue gak bermaksud membentak Loe" . Bagaimana pun Reno adalah satu-satunya orang yang ada padanya saat dia terpuruk.
"Gue paham Li, keinginan Lo itu cuman mau prilly kembali, tetapi menurut gue cara Loe salah gue sebagai sahabat Loe gak mau liat Loe menyesal untuk yang kedua kalinya" ujar Reno.
"Kali ini gue gak salah langkah lagi" Sahut Ali.Arnol dengan wajah kusut masuk kedalam rumahnya, diruang tamu dia bertemu Rian lalu Arnol langsung duduk didepan Rian. "Maafin Arnol pah, Arnol udah buat Syarief company hancur" ujar Arnol dengan nada sedih.
Rian menghela nafasnya, "bukan salah kamu, papah yang salah seharusnya papa gak maksain kamu buat ngurus perusahaan".
"Sekarang kita berhutang banyak sama Alsyaf company pah, bahkan Arnol udh sampe bocorin semuanya sandi perusahaan sama mereka, mereka tadi menghubungi kita katanya kita harus bisa lumasin utang kita dalam waktu 2 Minggu maafin Arnol pah...
"Alsyaf company" gumam Rian sejenak lalu tiba-tiba Rian tersenyum tipis sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kenapa pah, papa kenal sama pemiliknya, sejujurnya Arnol belum pernah ketemu sama pemiliknya itu karena pemiliknya itu sangat tertutup biasanya kalau ada pertemuan penting dia hanya mewakilkan sekertarisnya ucap Arnol.
Tiba-tiba resi muncul dengan wajah khawatirnya "pah gimana kalau perusahaan kita bangkrut, papah bertindak dong, memang seperti apasih pemilik Alsyaf company itu, kok mamah jadi penasaran yah
Rian berdiri "gak ada yang bisa kita lakukan, kita hanya bisa pasrah saja
"Kita gak bisa nyerah gitu aja, kita harus berusaha jangan sampai perusahaan yang papa bangun selama ini hancur" ujar prilly yang baru saja muncul. "tapi prill hutang kita itu udah terlalu banyak, 3 milyard prill bagaimana kita bisa mengumpulkan uang sebanyak 5 milyard dalam waktu 2 minggu"
"Apa!! 5 milyard dalam waktu 2 Minggu!! Siapa sih pemilik perusahaan itu ini udah kurang ajar banget sepertinya dia memegang sengaja buat jatuhin kita" ujar prilly.
"Biarkan dia bertindak sesuka hati" ujar Rian. "Kamu benar prill, dia memang sengaja menjatuhkan kita, bukan kita tepatnya kami karena kamu adalah targetnya"
"Maksud papa apah"
"Papa ikhlas setidaknya perusahaan kita jatuh pada orang yang tepat"
Arnol semakin bingung dengan perkataan Rian "orang yang tepat maksud papa siapa"..
Rian terdiam dan menatap foto besar yang terpajang diruang tamu, Rian memandang tepatnya pada pria yang berada disamping kanan Thea...
Semua orang mengikuti arah pandang Rian...
"Jangan bilang orang itu adalah Ali......
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALILAH PADAKU (END)
Romancesebuah hubungan memerlukan kepercayaan satu sama lain