part 10

1.7K 66 0
                                    


   2 minggu kemudian...

   Wanita itu menghembuskan nafasnya kasar sambil memegang amplop tebal ditangannya, dengan tatapan sedih dia menatap bangunan didepannya dia adalah prilly. Dengan terpaksa harus menjual butik yang dia bangun selama 5 tahun ini.

   Sedangkan ditempat lain, seorang wanita berpakaian kantoran memasuki kediaman Syarief yang ternyata disana sudah berkumpul semua penghuni rumah Syarief kecuali prilly. Arnol terkejut melihat kedatangan wanita itu. "Saya harap anda tidak lupa dengan saya pak Arnol Syarief" ucap wanita itu.
"Anda adalah sekretaris pemilik perusahaan Alsyaf company, stela Fransiska adinata bukankah begitu" ujar arnol yang berusaha setenang mungkin.
"Saya datang kesini atas perintah tuan saya, bahwa kalian harus meninggalkan rumah ini karena kalian tidak mampu membayar hutang kalian sesuai dengan waktu yang kami berikan"...
"Dimana tuanmu aku ingin menemuinya" tanya Rian membuka suara.
"Tuan saya ada didalam mobil dia tidak akan mau bertemu dengan orang yang tidak penting seperti kalian" ucap stela sombong.
  Dalam pikiran Rian dan yang lain bahwa mungkin stela belum mengetahui bahwa Ali adalah bagian dari Syarief.
"Kenapa lama sekali"....
Suara dari arah pintu membisukan ruangan itu, semua yang ada diruangan itu terkejut melihat seorang pria berdiri dengan angkuhnya didepan pintu.
"Ali...."
Lirih resi...
"Mengapa wajah kalian terkejut seperti itu? Apakah kalian merindukanku"
"Sudah kuduga itu kau" gumam rian yang ternyata masih bisa didengar oleh seisi ruangan itu.
Ali tersenyum mengejek "bagus kalau kalian sudah tau, itu artinya kita tidak perlu berkenalan lagi bukan"
"Sesuai dengan perjanjian bahwa jika dalam waktu 2 Minggu kalian tidak melunasi hutang kalian,maka aset Syarief termasuk rumah ini jatuh ketanganku"
"Ja...jadi kau mengusir kami, kami ini keluargamu Ali" ujar resi sungguh tak menyangka dengan tindakan Ali.
"I don't care" ucap Ali dengan nada sinis.
Bruk....
Rian tiba-tiba terjatuh pingsan.
"PAPA"!!!
Teriak seseorang dari arah pintu, dia berlari kearah rian tanpa memperdulikan orang yang dia lewati  yang terus memperhatikannya.
"Kita bawa papa kerumah sakit sekarang" titahnya. Tanpa banyak tanya arnol, Thea dan resi membopong Rian.
"Prilly" lirih Ali.
Saat melihat prilly yang melawatinya tanpa menatapnya sedikit pun. Prilly berhenti dan menatap Ali dengan tajam.
"Sudah puas tuan Aliando Syarief yang terhormat, sekarang anda sudah mendapatkan apa yang anda inginkan" ujar prilly dengan nada dingin dan langsung beranjak dari sana. Dengan sekuat tenaga Ali berusah untuk mengontrol dirinya agar tidak berlari kearah prilly "sabar Li ingat rencanamu, nanti dia akan kembali padamu" batin Ali menguatkan dirinya.
"Sekarang bagaimana pak" tanya stela yang sedari tadi diam.
"Kosongkan semua kamar bagian atas rumah ini" titah Ali.

  Dirumah sakit.
Semua anggota keluarga sedang risau menunggu diluar ruangan UGD, tak lama seorang dokter paruh baya muncul "sebaiknya tuan Rian harus segera dioperasi, penyakit jantungnya semakin parah" ujar dokter.
"Lakukan saja pak" mohon resi.
"Sebaiknya kalian urus administrasinya"
"Berapa biayanya dok" tanya Arnol.
"250 juta" ujar sang dokter.
Semua terkejut mendengar itu, sekarang Meraka tidak punya apa-apa lagi, arnol sebagai anak laki-laki merasa dirinya tidak berguna.
"Masalah administrasi biar aku yang urus" ucap prilly.
"Kamu dapat uang darimana pril..hiks...hikss" lirih resi.
Prilly memejamkan matanya sejenak "prilly jual butik prilly mah"
"Memangnya uangnya cukup kak" tanya Thea dengan mata yang berkaca-kaca.
Prilly terdiam sejenak, uangnya masih kurang 50 juta lagi untuk biaya Rian dia bingung harus apa sekarang.
"Waktu kita tidak banyak Bu kitaharus segera melakukan operasi" ujar sang dokter.
"Sepertinya kalian butuh bantuan dariku" ujar Ali yang tiba-tiba muncul dengan wajah sombongnya.
Resi yang melihatnya langsung mendekat kearah Ali dan memegang kedua tangan ali "mama mohon sama kamu Li, tolong bantu biaya papa kamu hiks...mamah janji bakalan lakuin apapun kemauan kamu hiks..hiks.."
Ali membuang mukanya jujur dia tidak sanggup melihat mamanya seperti ini akan tetapi dia tetap pada pendiriannya untuk menjalankan rencana yang sudah dia buat.
"Baik aku akan membantu kalian... tapi dengan satu syarat....
Ali memberhentikan sejenak ucapannya "kalian semua tanpa terkecuali harus tinggal di rumahku..sebagai seorang asisten rumah tangga"...
Duar....
Itu bagaikan Boomerang bagi prilly, setetes airmatanya turun dia tidak menyangka seorang Aliando akan menjadikan ibu dan saudaranya sebagai pembantu.
"Ya..mamah mau" sahut resi cepat
"Bagaimana dengan kalian" tanya Ali melihat prilly, thea, Arnol dan Dita.
Dengan terpaksa semua mengangguk. Sejujurnya Ali heran mengapa ada Dita yang notabenenya adalah sekretaris Kevin dikantor bisa ada disini, akan tetapi Ali mengacuhkannya karena merasa itu tidak penting.
Melihat hal itu Ali tersenyum devil "biarkan dokter yang bertindak disini, sebaiknya kalian semua ikut pulang sekarang sepertinya rumahku sangat berantakan" titah Ali.
    
     Diparkiran sudah ada 2 mobil yang siap menjemput mereka "kalian semua masuk mobil yang ada dibelakang" titah Ali. Mereka hanya menurut lalu berjalan menuju kearah mobil yang dibelakang saat prilly ingin masuk Ali mencekat tangannya "kamu satu mobil denganku" titah Ali dan langsung menarik prilly masuk kedalam mobilnya.
Didalam mobil sedari tadi Ali terus menggenggam paksa tangan prilly "tolong lepaskan genggaman anda tuan" ucap prilly formal.
"Gak usah terlalu formal prill kita...
"Maaf tuan tapi sekarang anda adalah majikan saya" ucap prilly memotong Ali. Ali menenangkan dirinya suatu saat nanti prilly pasti akan terbiasa dengannya karena mereka akan tinggal satu rumah, meski dengan keadaan yang berbeda tetapi tidak apa karena itu adalah langkah utama bagi Ali untuk membawa prilly kembali padanya lagi.

   Tak lama kemudian mereka pun sampai dirumah, mereka awalnya heran karena mendengar suara kkeributan...
Cklek...
Suara pintu yang dibuka Ali "ada apa ini" tanya Ali melihat rumah yang berantakan dengan banyak mainan anak-anak.
Stela dan seorang bocah kecil terkejut melihat wajah dingin Ali.
"Mama"
Teriak anak yang bernama Digo itu. Digo berlari kearah prilly yang berada di belakang Ali. Digo melewati Ali tanpa menatapnya sekalipun, "mama lihat Tante gila itu buang semua mainan Digo" adu Digo sambil menunjuk kearah stela.
"Dia bilang ini bukan rumah kita lagi" lanjut Digo.
Prilly meneteskan airmatanya "Tante itu benar sayang ini bukan....
"Siapa bilang....
Ucapan prilly dipotong oleh Ali.
Ali berbalik lalu berjalan kearah prilly dan Digo "ini akan selalu menjadi rumah Digo" lanjut Ali.
Ali mengusap kepala Digo dengan lembut "tapi om, tente itu bilang ini bukan milik kami lagi"
Ali berjongkok didepan Digo dia langsung membawa Digo kedalam pelukannya tanpa sadar airmatanya menetes "dia bohong sayang, nanti om akan hukum dia karena udah bicara kayak gitu kekamu,"
Hati Ali sakit saat dengan terpaksa kata "om" harus keluar dari mulutnya.
"Tapi mainan Digo udah rusak semua" lirih Digo
"Nanti kita beli yang lebih bagus dan banyak, okay" ujar Ali.
"Om kenapa nangis" tanya Digo sambil menghapus air mata Ali, ali meraih tangan digo lalu menciumnya
"Om menangis karena senang...,om senang melihat seorang anak kecil yang sangat tampan dan menggemaskan yang ada didepan om inii"....
"Digo memang tampan, ehh tapi om betulkan mau beliin Digo mainan" tanya Digo antusias.
Ali hanya menganggukkan kepalanya, Digo dengan riang berbalik kearah prilly "mah Digo akan dibeliin mainan baru sama om itu yeyyy"
Prilly hanya bisa tersenyum memaksa sambil mengelus-elus rambut Digo.
"Aku akan membaw kalian kembali padaku" batin Ali....

Bersambung....

KEMBALILAH PADAKU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang