28

1.2K 70 5
                                    


Sudah 2 Minggu lamanya prilly tidak ditemukan. Keadaan Ali semakin memburuk apalagi ketika mendengar prilly belum ditemukan sama sekali. Selama 2 Minggu ini Ali hanya mengurung diri didalam kamar dan meminum minuman keras. Kamarnya penuh dengan botol bir, yang berserakan,  sejak saat itu Ali juga tidak pernah menemui putranya Digo.
  Tak lama resi memanggil Ali untuk menemui pihak kepolisian yang sudah ada di ruang tamu. Ali pun segera beranjak untuk turun kebawah.
  Sesampainya diruang tamu, Ali duduk dihadapan 2 polisi beserta anggota keluarga yang lain. Dengan wajah dinginnya Ali menatap kedua polisi tersebut.
"Begini pak, Bu kita sudah berusaha mencari ibu prilly selama kurang lebih 2 Minggu, akan tetapi tidak ada tanda-tanda ibu prilly akan ditemukan" ujar salah satu polisi..
  Sejenak kedua polisi bertatapan dan melanjutkan ucapannya
"Dengan berat hati kami mengatakan bahwa pencarian terhadap ibu prilly kami hentikan"...
"Kami berharap semua keluarga dari ibu prilly untuk mengiklaskan keper..."

"APA MAKSUD KALIAN!" ujar Ali dengan nada tinggi. Ali kemudian berdiri dan mengepalkan tangannya menatap kedua polisi itu.."KALIAN SUDAH BERJANJI AKAN MENEMUKAN ISTRIKU, JADI KALIAN HARUS MENEPATINYA!"...

"Jika kalian tidak mau mencarinya, maka aku sendiri yang akan mencarinya" lanjut ali dengan tegas. Ali langsung pergi dari sana, dengan langkah yang lebar Ali keluar dari rumah itu tanpa memperdulikan resi dan yang lain memanggil nya. Ali menaiki mobilnya dan pergi meninggalkan rumah itu.
 
  Ali mengendarai mobilnya menuju tempat dimana prilly tenggelam, Ali turun dari mobilnya dan lari berdiri ditepi sungai...

"PRILLY!"
Teriak Ali kearah sungai itu
"KAMU DIMANA PRIL..PULANG PRIL AKU RINDU SAMA KAMU PRILLY!" Teriak Ali tanpa sadar bahwa arimatanya sudah menetes.
Ali meletakkan salah satu tangannya didepan jantungnya..
"Hiks..hiks..disini rasanya sangat..sangat sakit prill" isak Ali.

Ali kemudian berlutut dipinggir sungai itu
"KENAPA PRIL! KENAPA!, KENAPA KAMU PERGI NINGGALIN AKU, APA KAMU MASIH DENDAM SAMA AKU, KAMU MASIH MARAH SAMA PERLAKUAN AKU DULU!" Teriak Ali.

"KAMU BOLEH PUKUL AKU PRIL, MAKI AKU KALAU PERLU KAMU BUNUH AKU JIKA MEMANG KAMU MASIH DENDAM SAMA AKU, TAPI JANGAN TINGGALIN AKU KAYAK GINI PRIL!".....

"Aku mohon kembali hiks...hiks.." Isak Ali.
Sepertinya alam juga bersedih melihat keadaan Ali karena hujan deras tiba-tiba turun. Ali tetap tidak beranjak dari tempatnya dan masih terisak dan berlutut dipinggir sungai.
  Ali kemudian memegang kalungnya dimana terdapat dua cincin yang sangat indah..
"Kamu tau prill, ini adalah cincin yang seharusnya sudah tersemat dijarimu, seharusnya kita sudah menikah prill"..

"Hiks...hiks...tapi semua hancur pril, aku tidak bisa menyematkan cincin ini dijarimu"...

Ali memang sudah berencana, jika prilly menerima lamarannya dia akan langsung mengadakan pernikahan dengan prilly.

Ali berdiri dan menatap sungai itu...
"Prilly!" Teriak Ali...

"Sampai kapan pun aku gak akan pernah mencintai perempuan selain kamu, aku gak akan pernah biarin wanita lain menggantikan mu di hatiku maupun dihati anak kita!"...

"Jika memang kamu tidak mau kembali, maka biarkan aku yang menghampiri mu"..

Ditempat lain seorang bocah berumur 6 tahun duduk termenung dlbersandar dipintu kamarnya sambil memeluk kedua lututnya. Hatinya sesak melihat keadaan rumah yang berbeda dari sebelumnya, mamahnya tidak ada dirumah papanya Yang menghindari nya serta anggota keluarga yang lain selalu menunjukkan raut wajah yang sedih. Anak itu adalah Digo.
"Hiks..hiks..Digo rindu mama, mama dimana" lirih Digo.
"Mama kenapa ninggalin Digo hiks..hiks...gak ada lagi yang sayang sama Digo, papa gak sayang lagi sama Digo"...

Semua isakan itu didengar oleh Arnol, saat ingin memanggil Digo tadi dia tidak sengaja mendengar isakan Digo. Arnol tahu bahw semua anggota keluarga menghindari Digo, Karena Digo selalu bertanya dimana mamahnya sehingga mereka yang tidak tahu harus menjawab apa terpaksa menjauh dari digo.

Arnol mengetuk pintu kamar Digo, mendengar ketukan pintu Digo langsung menghisap arimatanya dan membuka pintu.

"Ayah" ucap Digo sambil tersenyum.

Hati Arnol ikut sakit ketika melihat Digo yang tersenyum. Dia tau bahwa itu adalah senyum paksaan, Arnol menggendong Digo.

"Digo itu anak yang kuat, Digo itu cowok jadi apapun musibah yang terjadi nanti Digo harus kuat menerima semuanya" ujar Arnol sambil tersenyum.

"Ayah tau, Digo itu anak yang kuat seperti mamanya dan Digo pasti bisa menghadapi semuanya, meskipun tanpa mama"..

"Digo gak akan bisa kalau tanpa mama" lirih Digo.

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam akan tetapi Ali belum pulaang kerumah sehingga menimbulkan rasa khawatir di seluruh anggota keluarga.
  Semua anggota keluarga Syarief berkumpul diruang tamu minus Digo dan Ali. Tak lama suara langkah kaki seseorang terdengar.
  Semuanya mengalihkan pandangan pada orang yang baru saja muncul

"Ali" panggil resi lembut.
  Ali yang dipanggil hanya diam dan melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan orang yang ada disana. Semua orang menatap Ali sendu, Ali menjadi tidak terurus sejak tidak ada prilly. Seperti saat ini, pakaian yang basah, kaki yang kotor kena lumpur dan juga pakaian Ali yang kotor.

Ali terus berjalan menuju kamarnya, akan tetapi saat meraih knop pintu seseorang tiba-tiba muncul disampingnya.

   Orang itu menatap Ali dengan tajam
"Mama dimana" tanya Digo dengan nada yang dingin.
  "MAMA DIMANA!" Teriak Digo.

Ali hanya diam dengan tatapan sendu memandang anaknya. Inilah alasan mengapa Ali menjauhi digo, karena Digo akan bertanya hal yang tidak bisa dia jawab.

"Hiks...hiks.." suara Isak tangis Digo mulai terdengar.

Ali memutar menghadap anaknya dan mensejajarkan tubuhnya dengan Digo. Dia menghapus airmata bocah itu.

"Balikin mamanya Digo hiks..hiks..papa balikin mamanya Digo!" Isak Digo sambil memukul-mukul dada ali.

Ali hanya diam menerima pukulan Digo.
"Kenapa..hiks..hiks..kenapa papa gak bawa mama pulang"...

"Papa bilang kemarin mau buat pesta yang mewah sama mama,tapi kenapa mama gak datang hiks...hiks..."

  Ali kemudian menarik Digo kedalam pelukannya, isakan Ali kembali terdengar.
"Maaf" lirih Ali...

"Maaf..maaf...maaf"..

Hanya itu yang bisa dikatakan Ali.

   Jam menunjukkan pukul 00.30 tetapi Ali masih belum tidur. Dia hanya duduk di atas king size nya sambil memeluk pakaian prilly.
  Sejenak Ali termenung dan mengucapkan satu kata yang berbahaya.

"Mati" gumam Ali

Ali beranjak dari king size nya dan mengarahkan pandangannya keseluruh kamar hingga matanya tertuju pada sebuah laci. Ali membuka laci itu dan dengan tangan bergetar dia mengambil sebuah benda yaitu pisau lipat.

Ali mengarahkan pisau itu ke nadinya "aku datang prilly".....

.

Jangan lupa follow akun wattpadnya ya, biar tambah semangat ngetiknya

 

KEMBALILAH PADAKU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang