27

1.2K 68 8
                                    


  Arnol terus melajukan mobilnya dengan kencang ketika Ali terus meraung-raung didalam mobil. Dia tidak tahu apa yang terjadi kepada prilly, yang pastinya itu adalah kejadian yang buruk...

  Sedangkan ditempat lain, Renata terus memandang kearah sungai dimana prilly terjatuh.
"Sebaiknya kita pergi dari sini bos" pinta seorang bodyguardnya.
"Sebentar lagi, saya hanya ingin memastikan bahwa dia sudah mati" jawab Renata.
  Tak lama suara sirine polisi terdengar, hal itu membuat Renata terkaget. Karena keadaan yang sudah genting, Renata berlari kearah mobilnya
Dor...
Akan tetapi semua sia-sia karena salah seorang polisi meluncurkan peluru tepat dibetisnya.

  "Prilly!" Teriak Ali saat berjarak 10 meter dari tempat kejadian. Ali berlari kearah sungai itu..
"Prilly!!" Kamu dimana pril" teriak Ali kearah sungai itu. Semuanya gelap yang ada hanya suara arus air.
  Ali berlari kesana-kemari bingung harus melakukan apa, "aku..aku harus menyelamatkan prilly, ya aku harus menyelamatkannya" racau Ali.
  Ali mengambil ancang-ancang untuk melompat kedalam sungai itu, tetapi sudah terlebih dahulu ditahan oleh Arnol, stela dan polisi lainnya.
"Kak jangan lakuin itu kak" teriak Arnol smabil menarik lengan kakanya.
"Li, Loe harus tenang Li jangan berbuat nekad" teriak stela.
  "Gak!!" Aku harus nolongin prilly!" Teriak Ali sambil berusaha melepaskan pegangan Arnol dan yang lainnya. Airmatanya sudah bercucuran, bagaimana tadi dia menyaksikan tubuh mungil prilly terhempas itu selalu terngiang-ngiang didalam pikirannya. Ali menggelengkan kepalanya "gue harus tolongin prilly hiks..hiks.. prilly pasti kedinginan.. prilly..hiks..hiks.. prilly juga gak tau berenang, tolong biarin gue nyelamatin prilly" Isak Ali.

"Mohon tenang pak, kami dan yang lain akan berusaha mencari korban" ujar salah satu tim SAR yang baru muncul.
  Ali yang mendengar itu, langsung menghapus airmatanya kasar dan langsung mendekat kearah salah satu anggota Tim SAR itu..
"Berjanjilah padaku...berjanjilah kau harus menyelamatkannya" mohon Ali sambil menyatukan kedua tangannya.
  "Kami akan berusaha se"...

"JANGAN HANYA BERUSAHA!" KALIAN HARUS BERJANJI MENYELAMATKAN NYA!" Teriak Ali..

"Aku mohon berjanjilah" lirih Ali.

Tim SAR itu hanya mampu menganggukkan kepalanya. Kemudian bergegas untuk mencari prilly.

"Hiks..hiks.."
Ali kembali terisak, kenapa? Kenapa harus prilly? Kenapa bukan dia saja?.

Ali kembali teringat bahwa yang mencelakai prilly adalah..Renata.

Ali kembali menghapus airmatanya kasar, mengedarkan matanya hingga sampai kepada satu orang. Dengan tatapan yang menyeramkan dia berjalan kearah orang itu.
  Tepat didepan orang itu, Ali mencekik lehernya "Loe yang udah buat prilly celaka!" Dan gue akan bunuh Loe sekarang juga!" Ujar Ali dengan nada yang sangat menusuk.

Renata tidak bisa melepaskan tangan Ali dari lehernya karena tangannya sudah diborgol
  Sang polisi pun berusah melepaskan cekikan Ali dari leher Renata.
"Tolong lepaskan tuan, karena jika dia sampai mati anda juga akan terjerat kasus hukum" ujar sang polisi.
  Ali pun melepaskan tangannya dengan tidak rela.
"Biarkan pihak kepolisian yang mengurusnya" lanjut sang polisi.

Renata pun dibawa pergi dari sana. Tak lama Kevin dan Rangga datang menghampiri Ali.
Mereka dapat melihat tatapan Ali yang terus tertuju kepada tim SAR yang mencari prilly.
"Li sebaiknya Loe pulang dulu, Loe juga belum makan kan.." ujar rangga pelan.

Ali beralih menatap Rangga dengan tajam, kemudian meraih kerah baju Kevin "makan?, Loe masih nyuruh gue makan disaat seperti ini" ujar Ali penuh emosi.
Ali melepaskan kerah baju Rangga dan beralih membelakangi mereka..
"Seandainya Loe ngasih tau gue tentang rencana Renata, prilly pasti selamat" lirih Ali dengan mata yang berkaca-kaca.

Ali kembali berbalik menghadap Rangga dan..
Bugh...
Ali melayangkan pukulannya sehingga Rangga tergeletak..
"SEHARUSNYA JIKA LOE MEMANG MENCINTAI PRILLY, LOE SEHARUSNYA NYELAMATIN DIA!" Teriak Ali penuh emosi...
Ali menghisap wajahnya dan kembali menatap kearah sungai dimana prilly terjatuh. "Aku mohon kembali prill" batin Ali.

Seluruh keluarga Syarief sudah kembali kedalam rumah. Mendengar kejadian yang menimpa prilly, membuat mereka semua hanya terdiam, sedangkan Digo heran dengan keheningan yang ada.
"Oma kok semua orang diam aja, bukannya hari ini kita pesta ya, truss mama sama papa dimana" ujar Digo dengan wajah polosnya.
  Resi hanya diam dan berusaha menahan agar airmatanya tidak menetes "pestanya ditunda sayang, mama sama papa lagi..."
Resi terdiam tidak tahu harus berkata apa.
"Lagi kerja" lanjut Rian.
Rian memang sudah sembuh, tetapi dia masih memakai kursi roda. Sebenarnya dokter belum mengizinkan Rian untuk beraktivitas akan tetapi Rian sangat antusias ketika mendengar putranya akan melamar prilly kembali. Tetapi semuanya tidak terjadi.
  Tak lama pintu terbuka menampilkan seorang pria. Dengan wajah yang pucat, mata bengkak, baju yang lusuh dan kotor sang pria berjalan dengan langkah yang gontai.
Resi memandang sendu sang putra, Rian menatap resi. Seakan mengerti tatapan Rian, resi menggendong Digo ke kamarnya.
  Rian dan Thea berdiri melihat Ali yang mendekat kearah mereka tepatnya kearah Rian. Ali berlutut didepan Rian yang menggunakan kursi roda..

"Hiks...hikss" Ali mulai terisak.

"Ali harus gimana pah..hiks..hiks..."

"Disini".. Ali menunjuk kearah dadanya
"Rasanya sangat sakit pah, rasanya.. Ali ingin mati" adu Ali pada sang papa.

Tak tahan melihat Ali, Rian menarik bahu Ali dan memeluk putranya. Rian tidak tahu harus berbuat apa selain memeluk anaknya ini. Tanpa dia sadari, airmatanya keluar dari pelupuk matanya.

Ali membalas pelukan Rian tak kalah erat sambil terus terisak. Rian tidak menyangka bahwa Ali akan seperti ini karena prilly. Bahkan dulu ketika Rian mengambil alih seluruh asetnya, Ali tidak menangis sama sekali.
  Thea langsung beranjak dari sana tidak tahan melihat kakaknya yang terus terisak...

Bersambung....

KEMBALILAH PADAKU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang