The Promised Sky

38 2 3
                                    

"Sepertinya tempat ini aman."

"Benarkah? Akhirnya!" ujar seekor singat tanpa surai nersayap itu, "makhluk-makhluk tadi begitu menjijikan."

"Kero-chan!" Sakura menatap tajam guardian berkekuatan matahari itu.

"Apakah kita masih jauh?" Tomoyo turun dari punggung Cerberus.

Syaoran memandang pepohonan di sekitarnya. "Entahlah. Aku tidak pernah ke tempat ini. Apalagi kita sempat dikejar-kejar mereka di mall. Bagaimana denganmu, Sakura? Kau bisa merasakan sesuatu?"

Sakura berdiam sejenak. Mencoba merasakan sihir yang ada di sekitarnya. Ia pun menggeleng "Sedikit. Tapi aku tidak bisa merasakan darimana asalnya."

Gadis berambut hitam kebiruan itu mengangguk mengerti. Ia masuk ke dalam gubuk tua di dalam hutan sembari memegang kamera rekamannya. Ia mengambil saputangan untuk di jadikan alas duduk.

"Maaf ya, Tomoyo. Kamu jadi dalam bahaya," sesal gadis berambut pendek itu.

Tomoyo menggeleng. "Aku akan selalu mengikutimu. Lagipula …."

Ia memeriksa hasil rekamannya dan tersenyum bahagia. "Aku bisa merekam aksi heroik Sakura!" Sakura menutup wajahnya yang merah dengan kedua tangannya.

"Kau tidak pernah berubah ya, Daidouji-san."

Mereka bertiga pun duduk di lantai yang terbuat dari anyaman bambu itu dengan beralaskan saputangan. Sementara Cerberus dan Yue bersiaga di dekat mereka. Karena hujan yang cukup deras, mereka harus bertedu di tempat ini.

Gubuk tua ini terlihat sudah tak terurus dengan dinding dan atap yang berlubang. Membuat air hujan kerap masuk. Sakura pun mengeluarkan kartu Shield untuk melindungi mereka dari tetesan air. Syaoran berjaga dengan pedang Jian di tangannya. Begitupun Sakura dengan tongkatnya. Sementara Tomoyo memeriksa hasil rekamannya sembari menggumamkan lagu.

"Lagu apa yang kau nyanyikan?" tanya Sakura.

"Yakushoku no Sora."

Sakura menatap Tomoyo dengan mata bersinar. "Itu lagu yang kamu nyanyikan di resital waktu itu, kan?"

Syaoran menoleh ke arah dua gadis itu. Ia tidak pernah mendengar mengenai lagu itu. "Mungkin itu lagu yang dinyanyikan saat aku sudah berada di Hong Kong," pikirnya.

"Iya. Itu lagu yang kunyanyikan ketika Li akan pergi ke Hong Kong."

Tomoyo pun mulai bernyanyi. Suara pelannya bercampur dengan rintik hujan membawa kedamaian bagi mereka yang mendengarnya. Seakan-akan alam menjadi instrumen yang mengiringi suara emasnya.

Aenai toki wa setsunai omoi to
Maemuku tsuyosa sodateteiku

"Aku ingat sebelum resital Tomoyo meneleponku dan mengatakan kalau pesawat Syaoran berangkat pukul sepuluh. Aku sangat terkejut saat itu." Sakura mengingat-ingat kejadian itu dengan pipi merona.

"Maaf, aku tidak memberitahumu." Syaoran menunduk dengan wajah yang tak kalah merah. "Aku tidak ingin membebanimu."

Sakura menggeleng. "Tak apa-apa. Aku mengerti, kok."

Niji no saki ni wa
Futari no ashita

Sakura menatap lelaki berambut cokelat itu dengan tatapan hangat. Laki-laki itu melakukan hal yang sama. Manik mereka bertemu. Waktu seolah berhenti untuk mereka berdua.

Mendengar lagu ini membuat Sakura teringat perpisahan pertamanya dengan Syaoran. Saat lelaki itu menyatakan perasaan kepadanya. Kebimbangan yang gadis itu rasakan. Kesedihan kala laki-laki bermanik coklat tua iti harus meninggalkannya. Penantian yang harus mereka berdua hadapi hingga dapat bertemu kembali. Juga janji di antara mereka.

Syaoran menggenggam erat tangan gadis di sebelahnya. "Maaf ya."

Kono te nobaseba
Futari no yume

Rasa hangat menjalar di telapak tangannya. "Tidak apa-apa. Aku memang ingin membantumu—"

"Bukan itu!" Genggaman tangannya mengerat, tapi tidak terasa menyakitkan. "Aku minta maaf karena sudah meninggalkanmu. Karena membuatmu menangis selama ini."

Yakusoku no sora
Itsudemo shinjiteru

Syaoran menatap tangan mungil Sakura. Tangan yang ia janji tidak akan dilepaskan. Karena itulah ia berlatih keras setiap harinya. Melakukan berbagai ujian sebagai penerus Klan Li. Ia ingin menjadi kuat. Agar bisa melindungi Sakura.

Sakura tertegun mendengar pengakuan lelaki itu. Manik hijau itu menatap sepasang mata coklatnya lekat. Pikirannya melayang pada kenangan yang sudah mereka buat bersama. Meskipun ada kesusahan, baginya semua itu adalah permata yang begitu indah.

Hanereteitemo
Daisuki na hito yo

Wajah keduanya semakin mendekat. Cerberus dengan cepat  menoleh ke arah lain, sementara Yue tetap setia menatap rintik hujan yang menabrak dedaunan. Di sisi lain, Tomoyo terus bernyanyi dengan tangan menggenggam video rekaman yang menyala. Senyum merekah di bibir mungilnya.

Kehangatan di antara mereka membuat hawa dingin hutan ini tak berarti.

"Mereka datang," ujar Yue saat melihat gerombolan manusia berkulit pucat dengan pakaian compang camping berjalan ke arah mereka. Nyanyian Tomoyo sontak terhenti.

Sakura dan Syaoran segera menjauhkan diri. Pipi mereka merah padam. Degup jantung mereka masih berdetak cepat. Tapi Syaoran segera menenangkan diri dan berdiri dengan pedang di tangan. Sakura dan Tomoyo ikut bangkit. Wanita berambut panjang itu segera naik ke punggung Cerberus. Sementara Sakura dan Syaoran menyiapkan posisi.

"Siap?" tanya Syaoran yang dijawab anggukan Sakura. Mereka menghindari gerombolan itu dan kembali melanjutkan perjalanan.

Yakusoku no sora
Owari wa hajimari ne kakegae no nai
Daisuki na hito yo

❤️💙❤️

Hei! Ini cerita apocalypse gelap! Kenapa tiba-tiba jadi manis gini? //Protes para zombie yang merasa tersingkirkan

Entah kenapa aku candu lagu ini. Sejak liat-liat kartun '90an😂
Jadi ... ya terbawa sekarang.
Semoga besok kembali ke jalur

Tema : Songfic

DWC2020 : 30 Days to DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang