Alice dan Tiga Permintaan

10 4 0
                                    

"Ada seorang gadis kecil yang tinggal di sebuah rumah besar dekat pegunungan. Dia senang sekali berpetualang. Suatu hari, gadis itu menemukan sebuah lampu tua."

Eh? Bukankah ini kamarku saat kecil? Kenapa aku bisa berada di sini?

Ruangan tempatku berdiri terlihat lebih kecil dari kamarku sekarang. Rak buku di sudut ruangan penuh dengan dongeng. Cat warna biru yang entah kapan sudah kuganti menjadi putih. Hal paling mencolok di kamarku adalah cermin besar yang terpajang rapi di balik pintu. Aku yakin ini adalah kamarku saat kecil. Apalagi melihat diriku yang masih berusia sekitar enam tahun dan ibuku di kasur membuatku yakin bahwa ini kamarku saat masih kecil.

"Ketika dia memegang lampu itu, tiba-tiba muncul asap yang berubah menjadi laki-laki bertopi panjang. Seperti yang yang dipakai pesulap.

"Laki-laki itu akan mengabulkan tiga permintaannya. Gadis itu senang sekali."

"Wah! Aku juga ingin punya lampu seperti itu."

"Hahaha …. Apa aku pernah ngomong seperti itu dulu?" tawaku. Sepertinya mereka tidak bisa menyadari keberadaanku. Apa mungkin ini isemua hanya mimpi?

"Tidak ada lampu seperti itu, nak." Diriku versi mini memanyunkan bibirnya. Aku memegang perutku karena tertawa keras. Rasanya benar-benar nostalgia melihatnya.

"Karena sedikit ragu, dia meminta anak anjing. Laki-laki itu memasukkan tangannya ke dalam topi miliknya. Lalu muncullah seekor anak anjing berambut hitam dari tangannya." Mataku versi kecil berbinar seperti bintang malam. Apa dulu kecil mataku bersinar seperti itu, ya?

Ibuku terkekeh pelan sembari mengusap kepalanya. Ada sedikit rasa sakit di dadaku saat melihatnya. Aku ingin mengalihan pandanganku, tapi tubuhku seolah tidak mau mendengar.

Ia pun melanjutkan, "Karena sudah percaya, gadis itu meminta semua buku dongeng dan kue dari berbagai negara. Laki-laki itu menjentikkan jarinya dan semua benda itu muncul di dalam rumahnya."

Aku bisa melihat diriku yang berusia enam tahun itu semakin antusias dengan setiap alur ceritanya. Sementara aku hanya bisa berdiri di sini seperti patung yang hanya bisa menonton pemandangan di hadapanku. Tanganku bahkan tidak bisa meraih mereka.

"Gadis yang sangat senang membaca itu menghabiskan waktu dengan makan dan membaca buku. Tapi lama-kelamaan, ia bosan. Karena itu, gadis itu kembali menemui laki-laki dalam lampu dan mengucapkan permintaan terakhirnya."

"Aku ingin pergi dari rumahku. Aku ingin pergi ke tempat yang jauh. Tempat yang menyenangkan dimana aku tidak sendirian," kata ibuku dengan nada dibuat-buat.

"Laki-laki itu tersenyum dan tiba-tiba menghilang. Gadis itu kebingungan dan mulai mencarinya ke dalam hutan. Di sana ia melihat seekor kelinci putih berpakaian rapi melompat cepat dengan salah satu tangan memegang jam."

Ibuku kembali mengubah sedikit suaranya. "Gawat! Aku bisa terlambat." Aku versi kecil tertawa mendengar suara ibuku yang terdengar seperti orang panik.

"Gadis itu melihat kelinci unik itu memasuki sebuah lubang di dekat pohon besar. Karena penasaran, ia ikut masuk ke dalam lubang tersebut.

"Lubang itu mengarahkannya ke sebuah ruangan berisi meja dan kursi. Di sisi ruangan terdapat sebuah pintu yang sangat kecil. Di atas meja terdapat sebuah kue dan satu botol jus."

Aku versi kecil menguap. Ibuku mengelus kepalanya pelan. "Karena lapar gadis itu memakan kue di atas meja. Setelah satu gigitan, tiba-tiba tubuhnya membesar hingga kepalanya menyentuh ruangan. Kue di piring terasa sekecil sabun.

"Karena haus, sekali lagi ia meminum air di botol. Ukuran raksasanya membuat gadis itu bisa menghabiskan satu botol dalam sekali teguk. Tiba-tiba tubuhnys menyusut sangat cepat. Sekarang tingginya hanya sebesar tikus."

Meskipun matanya memejam, ibuku tahu dia masih bangun. Karena itu, ia melanjutkan ceritanya yang kutahu sudah hampir selesai. "Karena tubuhnya yang mengecil, gadis itu bisa keluar dari ruangan ini lewat pintu kecil di sana. Begitu ia membuka pintunya, sebuah taman mawar penuh warna menyambutnya. Di tengah-tengahnya terdapat meja dengan banyak makanan tersaji di atasnya. Di sisi meja terdapat kursi-kursi yang tertata rapi. Gadis itu melihat dua kelinci dan satu laki-laki lampu sedang duduk di sana.

"'Hai Alice. Mari kita pesta minum teh bersama,' kata kelinci berambut putih. Alice yang kini tak kesepian itu hidup bahagia di dunia baru itu selamanya."

Ibuku menyelimuti putrinya dan mengecup dahinya. Sekarang aku sedikit bingung. Kapan mimpi ini akan usai?

Ibuku menoleh ke arahku. Manik hijaunya menatapku dalam. Apa dia menyadari keberadaanku?

Mendadak muncul lubang di bawah kakiku. Aku terjatuh ke dalamnya. Meski sekejap, aku bisa melihat senyum yang terukir di bibir ibuku saat ia melihatku tenggelam dalam kegelapan.

"Hei, Lucy. Kau sudah sadar?"

Aku perlahan membuka kedua mataku. Mataku beberapa kali terpejam, menyesuaiakan cahaya yang masuk ke dalamnya. Samar-samar wajah Mari mulai terlihat. Wanita itu menatapku dengan tatapan khawatir sembari memotong sebuah kain usang.

Sepertinya aku masih hidup sejak kejadian di hutan itu.

___

Tema : gabungkanlah dua dongeng atau lebih menjadi satu tulisan

Dongeng : Alice in the wonderland dan Aladin

Hiya hiya! Makin ngaco dong tulisannya. Temanya juga makin ajaib.
I hope can survive this month

DWC2020 : 30 Days to DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang