Matanya menatap masa depan
Tubuhnya rusak akan dengki manusia
Nurani menopangnya
Menuliskan panduan kehidupanHatinya membuat dewa iba
Menghadiahkan teman baginya
Namun nyawanya tak baka
Menyisakan buku tumpuan bagi yang menemukannya"Apa maksud tulisan ini?" Ryu menelusuri kata demi kata yang terukir di pintu bantu itu alit tertekuk. Sementara Tomoyo merekam tulisan itu dengan video kamera dan bantuan obor.
"Dahulu ada anak yang bisa melihat masa depan. Karena kemampuannya, banyak orang membenci anak itu. Tapi dia tetap membantu manusia dengan kekuatannya." Hac menerjemahkan tulisan di pintu dengan bahasanya sendiri.
"Karena itu, dia mulai menulis buku tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Dewa tersentuh dengan tindakannya dan memberikan hadiah. Dia terus menulis hingga akhir hayatnya," lanjut Syaoran.
"Kasihan sekali," gumam Sakura.
"Jadi menurutmu catatan tentang kiamat ini juga tertulis?" tanya wanita berambut biru itu.
"Harusnya," jawab Syaoran.
"Sepertinya pintu ini bisa dibuka jika ada dua sihir api yang diluncurkan bersamaan," duga Hac.
Sakura dan Syaoran mengangguk sesaat sebelum mereka mengeluarkan tongkat dan pedangnya. Sakura mengeluarkan kartu Firey, sementara Syaoran sudah siap dengan jian miliknya.
"Apa kau yakin akan berhasil?" tanya Cerberus ragu. "Bukankah di sepanjang jalan sihir tidak bekerja."
"Sepertinya itu untuk mencegah pertarungan tidak perlu," jawab Yue. "Jika kata-kata wanita itu benar, seharusnya penghalang itu tidak sampai sini."
Tanpa aba-aba, kedua penyihir muda itu mengeluarkan sihir mereka ke arah lubang yang berada di antara dua mulut naga. Hac dan Ryu menatap tidak percaya api besar yang dikeluarkan dua remaja itu. Sementara Tomoyo masih senantiasa menangkap setiap detik aksi kedua teman baiknya itu.
"Apa benar mereka masih anak-anak?" Ryu tidak bisa memalingkan pandangannya pada kedua anak itu.
Perlahan pintu setinggi hampir lima meter itu terbuka. Menimbulkan suara retakan yang memekakan telinga. Meski hanya terbuka sedikit, tapi cukup untuk dimasuki. Ruangan di balik pintu sangat berbeda dari bayangan mereka. Semua dinding batu di sana terpoles halus. Puluhan obor yang berada di sepanjang sisi ruangan menyala dengan sendirinya. Memberi penerangan lebih bagi mereka.
"Apa itu bukunya?"
Sakura menunjuk debuah buku bersampul merah yang berada di genggaman patung wanita. Patung itu begitu menampilkan keindahan dari sosok yang terpahat di sana. Terdapat dua pantung naga yang mengelilingi wanita berambut panjang dengan gaun tanpa lengan itu.
Begitu mereka melangkahkan kaki memasuki ruangan besar itu, tanah tempat mereka berpijak bergetar hebat. Sakura refleks berpegangan pada lengan Syaoran. Hac dan Ryu bersandar pada pintu di belakang mereka. Yue sudah siap dengan panahnya sementara Cerberus menahan tubuh Tomoyo agar tidak menyentuh tanah.
"Sepertinya panitia penyambutan telah tiba." Dua patung naga raksasa yang mengelilingi patung wanita itu retak. Memunculkan sosok asli dari penjaga buku itu.
Semua yang berada di dalam ruangan itu menahan napas saat dua naga setinggi tiga meter terbang dengan gagah di depan mereka. Mata merahnya menatap tajam para penyusup yang dengan beraninya melangkahkan kaki di ruangan majikannya. Kulit merah keemasannya bersinar terang terkena pantulan cahaya api. Mulut mereka terbuka, siap meluncurkan api yang mampu menghanguskan makhluk apapun yang ada di sana.
"Sepertinya hadiah Dewa adalah hewan peliharaan itu," gumam Syaoran dengan tangan menahan tubuh Sakura erat. Pedang miliknya berhasil menahan tubuh mereka agar tetap berdiri. Salah satu dari kedua naga itu menghembuskan apinya ke arah mereka.
"SHIELD!" Sakura dengan cepat menggunakan kartunya untuk melindungi mereka semua. Meskipun amukan api sang naga berhasil dipantulkan, serangan naga itu membuat tenaga gadis itu terkuras. Sakura menghela napas dengan tubuh bersandar pada Syaoran.
Lelaki itu mengumpat dan mengeluarkan salah satu jian. "Raitei Shourai!" Peti menyambar dari pedangnya, menusuk kedua naga tanpa melukai yang lain. Kedua hewan peliharaan pemberian Sang Dewa memgaum kesakitan. Salah satu dari mereka bahkan sampai tumbang ke atas tanah.
"Waw!" gumam Ryu melihat petir biru yang menyambar hebat itu. Syaoran hendak meluncurkan serangan berikutnya saat gadis berambut pendek itu berdiri dan menghalanginya.
"Jangan!" teriak Sakura. "Mereka hanya bertugas menjaga buku itu."
"Tapi, kalau tidak begiu mereka akan—" ucapan Syaoran terpotong saat Sakura melangkah ke arah naga yang terbaring di atas tanah.
Sakura mengelus kepala hewan besar itu lembut. "Kau pasti kesepian karena pemilikmu pergi."
Naga itu terdiam melihat gadis itu mengelus saudara satu pemiliknya. Namun, itu hanya sesaat. Naga itu tetap menghembuskan api dari dalam mulutnya. Lebih besar dari sebelumnya.
"Kashin Shourai!" Api besar muncul dari pedang Syaoran. Menghantam api milik sang naga. Namun, serangan hewan mitos itu berhasil mematahkan sihir laki-laki itu. Api itu terus menyambar ke arah Sakura.
"SAKURA!" Syaoran dengan cepat memeluk Sakura dan mengarahkan punggungnya ke arah api. Siap menerima serangan.
Beberapa detik Syaoran memejamkan matanya. Tapi ia tidak merasakan sakit sedikitpun. Begitu menoleh ke belakang, ia menyadari naga itu sudah tumbang dengan setengah tubuhnya terbakar. Tak jauh dari mereka, Hac tampak terengah-engah. Ryu mengeluarkan salah satu ramuannya dan memberikan botol itu kepada temannya.
"Hah … sudah lama aku tidak menggunakan sihir itu," ucapnya setelah menghabiskan isi botol ramuan Ryu. Ketiga remaja itu menatap tak percaya tubuh mengenaskan sang naga dan wanita yang telah membunuhnya.
"Hebat," gumam Sakura.
"Sekarang kita bisa mengambil bukunya, bukan?"
_-_-_-_
Tema : hewan peliharaan adalah tokoh antagonis.
KAMU SEDANG MEMBACA
DWC2020 : 30 Days to Death
RandomSelamat datang. Selama tiga puluh hari mari kita bersenang-senang bersama. Dengan para peserta yang siap menghibur penonton sekalian. Tidak ada yang tahu akan seperti apa ini berjalan, karena merekalah yang menentukan awal dan akhir.