Aduh, aku bisa terlambat ke kampus!
Wanita berambut ikat kuda itu berjalan cepat menyusuri trotoar. Rambut pirangnya melambai menyambut angin musim semi. Kelopak bunga sakura berguguran di sepanjang jalan. Meninggalkan karpet merah muda yang menuntun setiap langkahnya. Blus kuning cerah dan rok putih panjang tampak serasi dengan sepatu hak rendahnya. Membuat kulit putihnya semakin bersinar di bawah cakrawala.
"Semoga aku tidak ketinggalan bis." Wanita delapan belas tahun itu membuka ponselnya. Menatap jam yang terpampang di layar. Gantungan bola hijau dengan rantai emas ikut bergerak berirama dengan langkah kakinya.
Mendadak sesuatu menabrak tangannya. Membuatnya nyaris kehilangan keseimbangan. Begitu sadar, ia melihat sosok gadis berseragam putih hitam dengan corak merah dan kuning. Topi putihnya terjatuh di dekat kakinya. Menampilkan rambut pendek coklatnya. Tangan mungilnya menahan kepalanya agar tidak menyentuh aspal.
"Maafkan aku. Apa kau baik-baik saja?" Wanita itu mengulurkan tangannya. Membantu gadis itu berdiri. Sedikit sulit mengingat ia mengenakan sepatu roda merah. Untung saja dia juga memasang pelindung di siku dan lututnya.
"Sakura-chan!" Sosok gadis berseragam sama berlari menghampiri mereka. "Apa kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja." Sakura menatap wanita bermanik hitam legam itu. "Maafkan aku." Gadis itu sedikit menundukkan kepalanya
"Tidak. Seharusnya aku yang minta maaf." Wanita itu mengambil topi Sakura dan menyerahkannya.
"Terima kasih." Gadis itu tersenyum. Manik hijaunya tampak berkilau.
Warna mata yang indah.
"Hati-hati, ya." Wanita itu melangkah meninggalkan kedua siswa berseragam sekolah dasar itu.
"Wanita yang cantik, ya," gumam Sakura. Ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wanita itu. Seolah sesuatu seperti menghubungkan mereka.
"Benar. Sepertinya dia dari luar negeri."
"Ahh … lelahnya."
Wanita itu melepas ikat rambutnya dan melemparkan tubuhnya ke atas kasur. Ia masih belum terbiasa dengan musim dan udara di negara matahari terbit ini. Belum lagi segala kesibukannya sebagai mahasiswa baru. Hari terasa berlalu dengan cepat. Tak heran mengingat ia baru dua bulan berada di sini dua bulan.
Meskipun begitu, ia tetap merasa nyaman. Ketenangan dan keindahan tempat ini benar-benar memikatnya. Apalagi pohon-pohon Sakura yang ia lihat sepanjang jalan. Rasanya dirinya beruntung bisa melanjutkkan studi lanjut ke negara ini.
Begitu tenaganya pulih, ia bangkit dari kasur dan berjalan ke arah meja belajar coklat di seberangnya. Sebuah buku bersampul merah dengan judul Lucy Sutianto bertinta hitam tergeletak di atasnya. Wanita itu duduk dan membuka lembar demi lembar buku yang sudah terisi tulisannya.
"Wah hari ini halaman terakhir," gumamnya saat menyadari hanya tersisa satu halaman untuk menulis kesehariannya.
Ia tidak menyangka buku misterius ini sudah menemaninya sejak hari itu. Hari dimana dirinya terbangun di rumah sakit saat usianya lima brlas tahun. Menurut orang tuanya, dia ditemukan koma di kamar dengan jendela dan kaca cermin kamarnya pecah sembari memeluk sebuah buku merah tebal kosong. Tidak ada luka berarti selain sedikit goresan di kaki dan tangan. Dokter pada akhirnya tidak bisa menemukan penyebab dirinya koma selama lebih dari satu bulan itu.
Sejak saat itu buku itu menjadi rekaman hidupnya. Dan sekarang akan terisi penuh setelah delapan tahun.
Bunga Sakura bermekaran. Ini kali pertama mataku melihatnya secara langsung. Dewi keberuntungan sepertinya memihakku. Karena aku berhasil datang tepat waktu ke kampus. Semua tempat dan bangunan di negara ini sangat menakjubkan.
L
ucy menghentikan gerakan tangannya. Manik hitam malamnya menerawang. Memikirkan hal apa yang perlu ia tulis tentang hari ini. Ia teringat akan gadis berambut pendek itu. Wajahnya begitu manis. Apalagi manik hijaunya.
Seorang gadis manis menabrakku pagi tadi. Wajahnya begitu manis. Rambut coklat pendeknya melambai lembut bersama angin musim semi. Manik hijaunya menyejukkan. Senyumannya seperti bunga sakura kecil.
P.s. kalau tidak salah nama gadis itu Sakura. Nama itu sangat cocok dengannya.
Lucy
"
Mungkin besok aku pakai softlens berwarna hijau." Lucy menutup bukunya. Dalam hati berterima kasih telah menemaninya hingga saat ini.
~[TAMAT]~
Tema : hari terakhir menggunakan sesuatu
Yayy! Setelah 31 hari akhirnya selesai juga! Jujur bimbang mau dibuat nyambung atau tidak cerita ini. Apalagi melihat tema yang semakin lama semakin menyeramkan. Ga nyangka bisa tamat seperti ini (apalagi ngingat DWC thn laluku yang endingnya ngaco). Aku berusaha membuat tiap chapternya senyambung mungkin. Walaupun masih menyisakan lobang sana sini
Bagaimana menurut kalian? Apakah cukup nyambung?
Btw judul sama ceritanya ga cocok banget ya? Hehehe.
Well sampai jumpa di cerita lainnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
DWC2020 : 30 Days to Death
RandomSelamat datang. Selama tiga puluh hari mari kita bersenang-senang bersama. Dengan para peserta yang siap menghibur penonton sekalian. Tidak ada yang tahu akan seperti apa ini berjalan, karena merekalah yang menentukan awal dan akhir.