"Lucy, kau sudah sadar?"
Senyum Mari merekah melihat gadis itu membuka kedua matanya. Ia sempat cemas mengingat banyaknya luka tembakan di tubuhnya. Sebuah keajaiban ia bisa hidup.
Lucy mencoba bangkit dari tempat tidurnya. Namun berakhir dengan erangan kesakitan di sekujur tubuhnya. Mari membantu gadis itu bersandar di dinding gua tempat mereka berteduh. Wanita itu memberikan sebotol air kepadanya.
"Apa yang kau inginkan, hah?" Gadis berambut pirang itu menatap wanita di hadapannya dingin.
"Heh? Apa maksudmu?"
"James, laki-laki itu temanmu, bukan? Asal kau tahu 'temanmu' itu hampir membunuhku tanpa alasan. Pasti kau menolongku dengan maksud tertentu, kan!"
"Itu, maaf—"
"Maaf?" bentaknya. "Kau tahu betapa senangnya aku ketika kalian menolongku? Aku pikir sudah mendapatkan keberuntungan besar di tengah segala kesialan yang kudapat ini. Ternyata ini hanya salah satu kesialan lainnya."
Air matanya tak lagi dapat dibendung. Biarlah dia tidak sopan pada orang yang lebih tua. Persetan meskipun wanita itu sudah menyelamatkannya. Tidak menutup kenyataan bahwa wanita ini teman dari laki-laki yang nyaris melenyapkannya. Entah apakah ini hanya rencana tersembunyi mereka. Dia sudah tidak peduli lagi.
Jika cermin itu ingin membunuhnya harusnya dia langsung membunuhnya saja!
Secara tak terduga, Mari merengkuh Lucy. "Maafkan aku. Aku tulus ingin menolongmu. Tolong jangan bilang ini adalah kesialan," ucapnya pelan.
Isakannya semakin keras. Bercampur dengan suara hujan yang semakin deras. "Harusnya aku mati saja saat cermin itu menelanku. Kalian harusnya biarkan saja aku mati di toko itu. Harusnya aku mati saja di tangan laki-laki itu. Tidak ada gunanya aku hidup—"
"Hushh …." Mari mengelus punggungnya yang hanya berlapis gaun kusam. "Kau tidak boleh bilang begitu. Kau harus bersyukur masih bisa hidup hingga sekarang. Kita akan cari jalan keluarnya. Oke?"
Hati wanita itu tersayat. Ia sudah melihat ratusan anak mati di depannya karena kiamat ini. Berliter-liter air mata dan darah tumpah dalam waktu singkat. Setiap hari Mari menyesali kehidupannya. Menyesali ketidakmampuannya menolong mereka. Berandai jika ada satu saja anak di tempat asalnya yang dapat ia selamatkan waktu itu.
Sekarang seorang gadis remaja menangis di depannya. Menyesali kehidupannya yang dipenuhi keterpurukan. Meminta untuk mati di saat yang lain memohon kehidupan. Membuat air mata tak henti-hentinya mengalir di pipinya.
"Kau harus bersyukur masih bisa hidup. Aku janji akan melindungimu. James tidak akan menemukanmu. Jadi kamu jangan sia-siakan kehidupan ini. Oke?"
Lucy mengangguk pelan dan masih menangis . Ia ingin pulang. Ia ingin bertemu orang tua dan teman-temannya lagi di dunia sana. Karena itu, sekali lagi ia akan berjuang dan mempercayai wanita ini sekali lagi.
Aku akan menjagamu. Tidak akan kubiarkan kehidupan yang kau dapatkan sia-sia. Akan kubuat kehidupanku ini menjadi berarti.
+++
Tema :
3 digit akhir nomor telepon + meaning angel number (Nomorku 280)"Malaikat Nomor 280 adalah pesan untuk menghargai dan berterima kasih atas berkah Anda yang terwujud dalam hidup Anda. Dan ingat, semakin banyak yang Anda miliki, semakin banyak yang harus Anda berikan. Malaikat ingin membantu Anda mencapai hasil terbaik, dan itulah tujuan dari pesan dan bimbingan mereka."
^Hasil translate karena foto tidak bisa diupload^
Terang sekali temanya ya
KAMU SEDANG MEMBACA
DWC2020 : 30 Days to Death
RandomSelamat datang. Selama tiga puluh hari mari kita bersenang-senang bersama. Dengan para peserta yang siap menghibur penonton sekalian. Tidak ada yang tahu akan seperti apa ini berjalan, karena merekalah yang menentukan awal dan akhir.