Setelah negosiasi panjang antar empat penyihir di pulau terpencil, mereka akhirnya setuju untuk berkerja sama. Tentunya dengan perjanjian yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Meskipun beberapa kali pembicaraan mereka harus terganggu oleh dua tiga zombie yang ada di pulau itu. Beruntung Yue dan Cerberus berhasil mengalahkan mereka tanpa melibatkan penyihir-penyihir itu.
Pembicaraan selesai pada waktu malam. Setelah mendapat kata sepakat, mereka memutuskan untuk tidur dan memulai rencana mereka esoknya.
"Untunglah hari ini cerah."
Sakura keluar dari gubuk dan merenggangkan tubuhnya. Cuaca sejuk dengan angin sepoi-sepoi berhasil menenangkan hatinya. Senyumnya merekah saat melihat pepohonan berdaun lebat yang bersinar bagai zamrud.
Ia melirik ke dalam gubuk. Tomoyo tampak masih bermimpi indah dengan tubuh Cerberus sebagai bantal. Yue tidur sembari duduk. Semalam ia sudah meminta guardian berkekuatan bulan itu untuk berubah wujud menjadi Yukito untuk menghemat tenaga. Tapi pria berambut putih panjang itu menolak halus dengan alasan agar mereka siap pada situasi darurat. Dua penyihir itu juga masih terlelap di atas alas anyaman kayu. Tapi ia tidak melihat Syaoran.
Sakura berjalan mengelilingi gubuk, mencoba mencari lelaki itu. Beruntung ia berhasil menemukan laki-laki di belakang gubuk. Manik hijaunya menatap kagum saat penyihir berambut coklat tua itu mengayunkan pedangnya. Kakinya beberapa kali melangkah maju dan mundur. Kedua tangannya juga bergerak dengan berbagai posisi. Ia seperti menari di antara angin. Gerakannya begitu tegas namun juga indah. Sakura tidak bisa memalingkan tatapannya dari lelaki itu.
"Kau menyukainya, ya?"
"Hoee!" Sakura meloncat saat mendengar suara itu. Wanita berambut ungu itu terkekeh pelan sembari meletakkan jari telunjuk di depan mulutnya. Gadis itu menutup bibirnya dengan kedua tangan.
Gadis itu kembali menoleh ke arah Syaoran, tapi laki-laki itu masih berlatih seakan suaranya tak terdengar di telinganya.
"Aku menggunakan sihir untuk membuat keberadaan kita tidak bisa ia rasakan." Hac menunjuk ke arah kubah transparan yang mengelilingi mereka. Meskipun tak terlihat, tapi gadis berambut coklat pendek itu bisa merasakan kekuatan sihir yang melingkupi mereka berdua.
"Tapi aku tahu itu tidak akan bertahan lama. Laki-laki itu cukup kuat di usianya yang masih belia." Wanita itu menatap Sakura. "Begitu juga denganmu."
Pipi gadis itu memerah seketika. "Terima kasih."
"Namamu Sakura, bukan? Dari bunga Sakura."
Sakura mengangguk. "Apa kau pernah melihat bunga itu?"
Wanita itu mengangguk. "Pernah. Tapi bukan di tempat yang kau pikirkan."
Sakura terdiam mendengar jawaban Hac. Ia memang sering melihat penyihir yang bisa mengetahui isi pikirannya dalam sekejap. Seperti Eriol dan Mizuki-sensei. Tapi tetap saja gadis itu masih tak terbiasa.
Kalau bukan di Jepang, mungkin di negara lain yang menanam bunga sakura.
"Sakura itu artinya kecantikan yang rapuh, bukan?"
"Hoe?"
"Ketika mekar di musim semi, kecantikannya menarik semua orang. Namun keindahan itu akan gugur ketika musim berganti." Sakura merasa tatapan Hac seakan menenggelamkannya. Wanita itu seperti melihat sesuatu yang lain dari dirinya. "Karena itu ia begitu rapuh."
Trakk!
Hac mendadak tersenyum. " Tapi aku dengar bunga sakura juga berarti hati yang lembut dan murni. Cocok untukmu penyihir muda."
"Sakura?" Syaoran berlari saat merasakan sihir Sakura berada di dekatnya. Keringat bercucuran di dahinya setelah berlatih beberapa jam. Sakura yang menyadari hal itu segera memberikan saputangannya kepada laki-laki itu.
"Melihat kemampuan kalian, sepertinya perjanjian kita akan berjalan lebih baik dari dugaan."
Syaoran menatap tajam wanita berambut ungu dengan jubah hitam itu. Meskipun sudah ada kata sepakat di antara mereka, ia masih tidak bisa mempercayai wanita itu sepenuhnya. Apalagi ia sempat merasakan sihir perempuan itu keluar. Sementara Hac hanya tersenyum menanggapi tatapan menusuknya.
"Hei, apa kalian mau mencari makanan?"
Ryu berjalan cepat menghampiri mereka bertiga. Sakura menghela napas lega melihat atmosfer di antara mereka berdua sedikit melonggar.
"Oke. Aku akan mencari ikan di pantai." Hac berjalan duluan meninggalkan mereka ke arah pepohonan yang membatasi mereka dengan pinggir laut.
"Anu … apa Hac-san sering berpergian ke berbagai tempat?" Syaoran menatap heran gadis di sampingnya.
"Ya, bisa dibilang begitu. Dia sering berkelana ke berbagai dimensi dulu." Ryu meregangkan kedua tangannya. "Kalau aku lebih suka mendekap di ruanganku membuat berbagai ramuan.
"Mungkin dia pernah melihatmu di dimensi lain. Tidak ada yang tahu."
Selama mencari makanan di hutan, Sakura terus memikirkan perkataan kedua wanita itu.
°°°
🌸Beruntung namamu Sakura🌸
Tema : Floriografi
KAMU SEDANG MEMBACA
DWC2020 : 30 Days to Death
RandomSelamat datang. Selama tiga puluh hari mari kita bersenang-senang bersama. Dengan para peserta yang siap menghibur penonton sekalian. Tidak ada yang tahu akan seperti apa ini berjalan, karena merekalah yang menentukan awal dan akhir.