Kegagalan

3 3 0
                                    

Entah sudah berapa jam Lucy mengelus punggung gadis di sampingnya. Meskipun memang dari awal dirinya ingin bertemu dengan anak bernama Yuyu itu, tapi tetap saja ia tidak ingin pertemuan seperti ini. Anak laki-laki yang juga ia temua saat datang ke sini sudah lebih tenang. Tapi tidak dengan gadis yang bersamanya. Terlebih lagi anak perempuan itu tidak memiliki keluarga satupun.

Tapi meskipun rasa iba menjadi salah satu hal yang membuat Lucy berakhir di kamar kumuh ini, cermin di kamar anak itu membuatnya tertarik. Sejak menginjakkan kaki di ruangan bercat putih kusam itu, ia sudah menyadari keberadaan cermin di balik pintu. Kaca besae berbingkai kuningan itu tampak mencolok diantara perabotan lainnya yang tampak tak lagi tampak layak pakai. Apalagi benda itu sama persis dengan yang ada di kamarnya.

"Terima kasih kak sudah menemani Yuyu," ujar anak lelaki itu setelah melihat teman sebayanya terlelap di bahu Lucy.

Lucy menggendong gadis berusia sepuluh tahun itu dan membaringnya di kasur kecil tua. "Sama-sama."  Ia membungkus anak itu dalam selimut tipis dan menutup jendela di sampingnya. "Jadi ini temanmu yang kau bilang melihat hantu di balik cermin." Anak itu mengangguk.

Lucy melangkah ke arah cermin itu. Ia mengulurkan tangannya, menyentuhkan jarinya ke refleksi dirinya. Sejak dirinya terlempar ke dunia kiamat ini, ia sadar ada yang tidak beres dengan cermin ini. Dia ingin percaya ada jalan untuk kembali. Sekecil apapun.

"Maaf sudah menahan kakak sampai malam," ucap anak itu sembari menatap kedua kaki telanjangnya.

Lucy menggeleng dan berjongkok menatapnya. "Aku juga berencana untuk bermalam di sini. Bukankah kau bilang Yuyu tidak punya siapa-siapa. Jadi lebih baik kakak di sini dulu."

Yahh … walaupun aku ingin menyelidiki cermin itu.

Bibir anak itu terangkat. "Terima kasih banyak, kak."

Anak itu akhirnya pulang setelah ayahnya menjemputnya. Gadis berambut pirang itu pun berdiri di depan cermin. Ia tidak tahu jam berapa ini. Jadi yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu.

Perlahan mata gadis itu memberat. Kepalanya beberapa kali terkantuk-kantuk dengan kedua tangan memeluk lutut. Kedua kakinya gemetar.

"Tahu gini … aku bawa selimut."

PRANGGG

Kedua mata Lucy mendadak terjaga kala suata pecahan terdengar di telinganya. Sontak ia menoleh ke belakang. Namun tidak ada apapun selain jendela yang terbuka, memberi jalur bagi angin dingin untuk masuk. Melihat Yuyu yang memeluk diri dan gemetar membuat Lucy berdiri dan menutup jendela. Gadis itu menelan ludah.

Persis seperti waktu itu.

Begitu tiba ke depan cermin, samar-samar ia bisa melihat sesuatu yang gelap menutupi benda itu. Gumpalan itu perlahan keluar dari cermkn dan mendekatinya. Jika sebelumnya Lucy menjauh, kini gadis itu memilih diam. Berkali-kali dirinya berdoa dalam hati agar benda itu bisa membawanya pulang. Namun tetap saja tidak menghilangkan gemetar di seluruh tubuhnya.

Sayang Mari tidak bisa ikut. Tapi aku tidak punya pilihan lain.

Lucy memejamkan mata kala gumpalan itu menyentuh tubuhnya. Perlahan benda itu menutupi seluruh tubuh gadis itu.

Mendadak napasnya terasa sesak. Rasanya seperti berada di dalam air. Sekujur tubuhnya tak bisa di gerakkan. Kepalanya terasa seperti di tarik ke segala arah.

Kenapa bisa seperti ini? Seseorang ... tolong ...

"Kak? Kakak baik-baik saja?"

Perlahan Lucy membuka kedua matanya. Beberapa kali ia berkedip, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam manik hijaunya. Dengan bantuan Yuyu dan temannya, ia duduk bersandar di pintu. Kepalanya masih terasa berputar-putar, membuatnya sulit mengenali suara yang memanggilnya.

"Dimana ini?"

Kedua anak itu saling berpandangan sesaat. "Tadi kakak tidur di lantai kamarku. Apa kakak baik-baik saja?

Eh?

Lucy menatap sekelilingnya. Gadis itu mengusap mata dan wajahnya. Mukanya yang pucat pasi membuat kedua anak yang bersamanya menatap cemas.

Kenapa aku masih berada di sini?

===

Tema : Cerita dengan cicle ending. (klimaks dan resolusi kembali ke adegan, tempat, atau tema yang sama di mana narasi dimulai.)

DWC2020 : 30 Days to DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang