"Yo, Nona Mari. Tumben tidak bareng James?"
Mari melepaskan rangkulan lelaki itu dengan halus. "Ya, ada sesuatu. Hari ini aku membawa gadis ini." Ia menunjuk gadis di belakangnya. Lucy hanya tersenyum kaku pada lelaki bertampang menyeramkan itu.
"Wah, imut juga. Keturunan bule, ya." Lucy refleks mundur perlahan. Laki-laki itu justru tertawa melihat tingkahnya. "Tenanglah, Neng. Aku tidak akan melakukan hal buruk padamu."
Laki-laki berpakaian serba coklat dengan senapan tergantung di punggung membuka gerbang besi di belakangnya. "Semoga harimu cerah."
Manik Lucy membelalak melihat deretan gedung setengah hancur di depannya. Di sisi kiri kanan jalan terdapat gerai-gerai yang penuh dengan laki-laki bersenjata. Hampir tidak ada perempuan. Tapi tidak ada yang mengenakan seragam militer seperti dalam pikirannya.
"Apa mereka semua tentara?"
"Tidak. Mereka cuma preman biasa. Para tentara ada di empat gerbang utama," jawabnya sembari melambaikan tangan.
Sebuah mobil losbak berhenti di depan mereka. Tanpa aba-aba wanita berambut ikat kuda itu naik ke atas mobil diikuti Lucy dengan sedikit bantuan. Mereka duduk di kursi panjang dengan tiga orang lelaki dan satu anak kecil. Dengan suara bising, mobil itu bergerak menelusuri jalan raya.
Semua orang terdiam dengan pikiran masing-masing, termasuk juga Lucy. Bohong jika ia bilang tidak rindu rumah. Tak ada satu detikpun terlewat tanpa memikirkan hal itu. Meskipun mungkin ia telah dikutuk oleh cermin itu hingga harus berada di sini, gadis itu yakin pasti ada cara memecahkan kutukan itu.
Apa orang di dunia sana yang harus mematahkannya, ya. Mungkinkah dengan memecahkan cermin itu? Tapi bagaimana orang luar bisa melakukannya? Bagaimana kalau memecahkannya malah membuatku terjebak di sini selamanya?
"Pa, minggu lalu temanku diganggu hantu di kamarnya," celetuk anak kecil yang berada tepat di depan Lucy sembari menarik pelan baju lelaki di sampingnya.
Laki-laki berambut hitam itu menatapnya tajam. "Sudah kukatakan tidak ada hantu. Paling itu zombie yang menerobos atau mimpi buruk." Suara itu memecahkan pikiran Lucy.
"Ihh … aku tidak bohong, Pa. Kata Yuyu, dia melihat wanita berambut emas di dalam cermin kamarnya. Wanita itu mengenakan gaun putih. Hantu itu tidak memiliki wajah dan sangat menyeramkan."
Apa itu aku? Waktunya juga cocok.
"Sudah kukatakan tidak ada hantu!" Bentak lelaki berkumis tipis itu. "Daripada ngelantur, lebih baik kamu latihan menembak biar bisa melindungi diri"
Anak lelaki berambut hitam itu menangis. "Papa jahat!"
"Anu, apa yang kau katakan benar?" tanya Lucy malu-malu. Gadis itu merasa punggungnya merinding akibat tatapan tajam ayah anak itu. Mari bahkan menaham napas melihat kenekatan temannya.
"Aku tidak bohong! Sungguh!" ujarnya membela diri.
"Kakak percaya, kok." Lucy menghapus air mata anak itu. "Bisa kau ceritakan?"
Apa yang dia lakukan? Kenapa kau malah menanyakan hal itu, sih? Semoga saja Dan tidak menghajar Lucy.
Anak itu tersenyum senang dan mulai bercerita. "Yuyu bilang ia mendengar suara teriakan. Dia pikir ada zombie masuk. Jadi, dia mengambil pistol dan terjaga di tempat tidur. Tiba-tiba muncul cahaya dari cermin tua di pintunya. Katanya dia melihat hantu dari balik cermin itu. Tapi samar-samar."
Lucy mengeluarkan senyum manis andalannya. Ia mendekatkan wajahnya pada telinga anak itu "Apa kau tahu dimana dia tinggal?" tanyanya pelan.
Semoga saja Mari dan laki-laki itu tidak mendengarnya.
"Yuyu tetanggaku satu gedung. Kami tinggal di blok F-4."
Mobil hitam yang mereka naiki mendadak berhenti. Membuat semua penumpang nyaris terjatuh dari kursi mereka.
"Kita sudah sampai, Lucy." Mari segera turun dari mobil tua itu.
"Sampai jumpa." Gadis itu melambaikan tangannya sembari melompat. Anak laki-laki itu hanya menatap Lucy dengan mata berbinar-binar.
Akhirnya aku dapat petunjuk untuk pergi dari sini. Malam ini aku akan melakukannya
×××
Tema :
Tulisan dengan tema yang sama dengan cerita wattpad dengan pembaca terbanyak tapi menggunakan karakter berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
DWC2020 : 30 Days to Death
RandomSelamat datang. Selama tiga puluh hari mari kita bersenang-senang bersama. Dengan para peserta yang siap menghibur penonton sekalian. Tidak ada yang tahu akan seperti apa ini berjalan, karena merekalah yang menentukan awal dan akhir.