"Apa kau yakin ini tempatnya?" Hac menatap ragu gua besar di hadapannya.
Meskipun matahari berada di puncaknya, namun tak ada satu cahayapun yang mampu menembus hingga ke dalam. Suatu kekuatan misterius seakan menciutkan nyali siapapun yang hendak masuk ke dalam. Tapi tentu saja itu tidak berlaku bagi mereka yang bisa menggunakan sihir.
"Tak salah lagi," jawab Syaoran yakin.
Suara seperti auman samar-samar terdengar dari dalam gua. Tomoyo bahkan sampai mengeratkan genggaman kameranya erat. Tak bisa diungkiri kekuatan itu mendorongnya menjauh. Tapi gadis berambut hitam legam itu tak bisa mundur saat sahabatnya hendak masuk ke dalam.
"Kalian semua, kumohon berhati-hatilah," pintanya.
"Tenang saja, Tomoyo-chan." Sakura tersenyum penuh keyakinan.
"Apa kau yakin ingin masuk, Daidouji-san?"
"Aku tidak akan melewatkan aksi heroik Sakura-chan sedetikpun." Manik hitamnya berbinar-binar dengan senyum terlukis manis di wajahnya. Keraguan tadi seakan lenyap begitu saja.
Sakura menggunakan kartu Glow untuk menerangi sekitar mereka. Syaoran membantu menerangi jalan dengan jian apinya. Sedangkan Ryu mengeluarkan botol cairan yang bersinar dalam gelap. Mereka pun berjalan mendatangi kegelapan di sana.
Bahkan setelah segala pencahayaan yang mereka buat, kegelapan masih mendominasi gua itu. Mereka hanya bisa melihat satu sama lain dan sedikit jalan di depan. Tomoyo meremas erat rambut Cerberus dan berjalan di belakang Syaoran dan Sakura. Sementara Yue berada di sampingnya. Kedua penyihir muda itu melangkah beriringan di balik punggung Hac dan Ryu.
Mendadak angin berhembus kencang, menerbangkan jian api yang sudah digenggam Syaoran erat. Angin itu bahkan membuat botol cahaya Ryu terlepas dari tangan pemiliknya. Beberapa saat kemudian, cahaya dari kartu Glow lenyap. Kegelapan benar-benar menguasai mereka.
"Kenapa kartu Glow tidak berfungsi?" Sakura kembali mencoba menggunakan kartu di tangannya, tapi tidak ada perubahan apapun.
"Sial!" umpat Syaoran saat sihir apinya berkali-kali gagal. Bahkan api Cerberus dan panah Yue yang bercahaya tidak bisa dikeluarkan di sini.
"Sepertinya sihir tidak bekerja di tempat ini," gumam Hac yang bisa dengar mereka.
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Tomoyo cemas. Sayang sekali senter mereka telah rusak terkena hujan saat mereka mengejar kedua penyihir itu.
"Oh ya," ujar Sakura menarik perhatian yang lain, " apa di dalam tas ada korek api?" Tomoyo mengubek-ubek isi tas di punggungnya.
"Ini." Tomoyo meraba-raba dan meletakkan sekotak korek api di tangan mungil Sakura. Gadis berambut pendek itu menggesekkan satu batang korek api dengan kotaknya. Api kecil muncul dari ujung batang. Cahaya kecil yang terlihat jelas di tengah kegelapan.
"Kita bisa membuat obor." Hac mengeluarkan sapu terbang dengan sihirnya.
"Kau yakin?"
"Tenang saja. Sapu ini tidak akan hangus." Sakura kembali menyalakan api dengan batang yang lain dan menyalurkan api itu ke ujung sapu. Nyala api membesar, memperlihatkan jalan di depan mereka. Dengan Hac dan Syaoran memimpin di depan, mereka kembali menelusuri gua raksasa itu.
"Wuah!" Tomoyo menganga melihat pintu raksasa yang berdiri kokoh menutupi jalan gua.
Terdapat ukiran dua naga berhadapan yang saling megeluarkan api. Di dalam api itu terdapat sebuah lubang. Di bawah pintu terdapat ukiran tulisan berbahasa asing. Tidak ada cacat celah di setiap meternya. Membuat siapapun yang melihatnya akan berdecak kagum.
"Kita sudah sampai."
===
Tema :
Cerita (bukan puisi) di mana tokoh utama harus menyelesaikan masalahnya dengan menggunakan Korek Api
KAMU SEDANG MEMBACA
DWC2020 : 30 Days to Death
RandomSelamat datang. Selama tiga puluh hari mari kita bersenang-senang bersama. Dengan para peserta yang siap menghibur penonton sekalian. Tidak ada yang tahu akan seperti apa ini berjalan, karena merekalah yang menentukan awal dan akhir.