Bulu yang Ditemukan

8 2 0
                                    

Api biru mengelilingi Sakura. Lingkaran sihir gadis itu aktif dengan sendirinya, menciptakan kubah tak kasat mata tuk melindungi pemiliknya. Bara biru terang itu perlahan pudar seiring sihir Sakura yang semakin membesar. Tiang-tiang yang berada di setiap sudut ruangan mulai terkikis oleh angin. Pasir dan kerikil mulai berjatuhan dari langit-langit. Namun tidak ada satupun yang mengenai tubuh remaja tiga belas tahun itu.

Sosok wanita berambut pirang muncul dari balik salah satu tiang. Gaun putih panjangnya tampak bersinar seterang manik hijaunya. Wajah tirusnya tampak lelah, namun tidak mengurangi kecantikan yang dipancarkan.

"Sihir yang sangat besar."

Wanita itu mengangkat salah satu tangannya. Sebuah sinar biru muncul dari bawah tanah, menyelimuti penjuru ruangan berdinding batu itu. Cahaya itu merambat hingga kubah yang menutupi Sakura. Perlahan lingkaran sihir gadis itu menghilang.

Gadis itu membuka kedua matanya. "Dimana aku?"

Sakura melihat sekeliling heran. Sebuah ruangan besar berbentuk lingkaran dengan obor di sekelilingnya. Tiang-tiang batu menjulang tinggi menyangga langit-langit batu yang dihiasi ukiran. Pintu besar di belakangnya sama persis dengan pintu yang ia dan teman-temannya masuki.

"Kau ada di tempatku. Mungkin bisa disebut rumah."

Dari balik punggung wanita itu muncul dua naga raksasa dengan sisik merah keemasan. Puluhan gigi tajam mencuat keluar, membuat Sakura melangkah mundur. Naga itu persis seperti yang Syaoran dan Hac bunuh saat itu. Ia mungkin bisa melawan mereka kalau saja dirinya memegang kartu dan tongkatnya.

"Tenang saja. Mereka tidak akan mengganggumu. Benarkan, Hoa, Lua?" Wanita itu mengelus tubuh hewan mitos itu seperti mengelus kucing jinak.

"Siapa kau?"

"Aku tidak tahu." Wanita itu menunduk dengan wajah meredup. "Aku tidak memiliki nama. Sejak ditolak dan hampir dibunuh oleh warga desa, aku bersembunyi di sini. Menulis buku untuk menuntun mereka di masa depan."

Sakura tertegun. Itu sama persis dengan yang diceritakan Eriol sebelum mereka pergi ke dunia ini. "Jadi kau anak dalam legenda?" Wanita itu mengangguk.

Wanita itu tersenyum kikuk. "Aku tidak tahu panggilanku di masa depan, tapi sepertinya begitu."

"Kalau begitu kau tahu bagaimana cara mengakhiri kiamat ini?" Sakura bangkit dari duduknya dan memegang kedua tangan wanita itu. Tangannya begitu dingin seperti tak pernah terjamah matahari.

Sakura yang sadar akan tindakan tiba-tibamya refleks melepaskan pegangannya. "Maaf, aku tidak bermaksud …."

Wanita itu terkekeh. "Aku tahu apa yang kau maksud. Aku juga tahu kau akan datang ke sini, Kinomoto Sakura."

"Kau tahu namaku?"

Wanita itu mengangguk dan mengambil sebuah buku tebal bersampul merah terang dari mulut salah satu naganya. "Aku memang menulis semua yang akan terjadi di masa depan. Tapi aku hanya menulis hal yang perlu diketahui."

Sakura teringat saat dirinya dan Syaoran mengambil buku itu. Sebuah cahaya terang yang membutakan pandangan mereka. Tanpa sadar dirinya berada di dunia aneh penuh zombie dan tanaman hidup. Lalu berpindah ke tempat ini.

"O ya, bagaimana dengan Syaoran dan yang lain?"

"Tenang saja. Mereka sedang berada di mimpi yang berbeda." Wanita itu membuka lembaran buku itu hingga berhenti di sebuah halaman. "Bukankah kau ingin mencari cara menghentikan kiamat di masa itu, bukan?"

Sakura mengangguk. "Tapi begitu buku itu terbuka, ada sinar yang membawaku ke sini."

"Jika hanya mengetahui satu dua hal di masa depan, mungkin tidak terlalu berbahaya. Tapi melihat hampir semua hal dari setiap orang di masa depan sangatlah berbahaya." Buku di tangannya bercahaya dan terangkat di udara dalam keadaan terbuka. Gadis berambut pendek itu terpana melihatnya. "Karena itu aku membuat setiap orang yang membukanya melihat masa depan yang mereka butuhkan."

"Tapi kenapa aku berada di sini?" tanya Sakura. Dilihat dari manapun ini masa lalu.

"Karena aku sudah menunggumu."

"Menungguku?"

"Membuat semua orang melihat masa depan yang berbeda-beda dari satu buku yang sama membutuhkan sihir yang besar, sementara aku tidak memiliki sihir." Wanita itu memberi isyarat bagi kedua naga peliharaannya untuk kembali ke balik kursi tempat mereka beristirahat. "Aku bisa melakukan semua ini karena sebuah benda sihir kuat. Tapi benda itu pula yang membuat kiamat itu terjadi."

"Jadi bukan karena ramuan Hac dan Ryu, kan?"

Wanita itu menggeleng. "Ramuan mereka tetap membuat pandemi awal terjadi. Benda sihir itulah yang membuat pandemi itu berujung pada kiamat yang kau pikirkan itu."

"Bagaimana cara menghentikannya?"

"Dengan mengembalikan keadaan sebelum semua terjadi." Sebuah bulu keluar dari buku itu. Cahaya dari buku itu meredup dan perlahan jatuh ke tangan wanita itu.

"Itu …"

"Benar." Wanita itu menangkap bulu putih berkilau itu dengan tangannya yang lain. "Ini adalah bagian dirimu yang hilang. Entah sudah berapa lama benda ini ada disini. Tapi pasti itu sesuatu yang sangat berharga untukmu, bukan?"

Sakura tak bisa mengalihkan pandangannya dari bulu itu. Tak hanya putih tak tercela, ukiran berwarna merah mudanya membuat benda itu sangatlah indah di matanya. Ada suatu rasa rindu saat melihatnya. Padahal gadis bermanik hijau itu sangat yakin tidak pernah melihat bulu itu sebelumnya.

"Apa yang akan terjadi jika bulu itu hilang?"

Wanita itu tidak menjawab. Ia mendekatkan tangannya pada Sakura. Bulu itu perlahan masuk ke dalam tubuhnya. Begitu benda itu terserap sepenuhnya, Sakura jatuh terduduk dengan mata yang begitu berat. Dengan sekuat tenaga ia menatap wanita berambut pirang panjang itu.

Cahaya putih perlahan menyelimuti wanita itu. "Semuanya akan kembali sediakala."

Tanah yang mereka pijak bergetar. Bebatuan dari langit-langit mulai berjatuhan. Kedua naga yang sedang terlelap mulai menghilang seperti hembusan debu.

Sakura menarik napas panjang, memaksa kesadaraannya yang semakin menipis. "Terima kasih ..., Lucy."

Manik hijau wanita itu membelalak. "Nama itu sangat indah, sepertimu. Apa boleh aku memberimu nama itu?" tanya Sakura dengan suara lemah.

Lucy mengangguk. Air mata mengalir di pipinya. "Itu nama yang cantik. Terima kasih, Sakura."

Kesadaran Sakura menghilang seiring raga wanita itu lenyap dalam balutan cahaya putih. Meninggalkan jejak bangunan dan legenda yang tak akan dikenal lagi.

Semoga kita dapat bertemu lagi, Lucy.

🌸🕊️🌸

Udah bawa-bawa anime lain, bikin paradox baru lagi //tabok diri sendiri

Tema : Menemukan sesuatu yang sudah lama hilang

DWC2020 : 30 Days to DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang