"Apa aku bisa menetap pada hati yang telah terbagi?
Alma
"Aku mau jujur sama kamu, sebenarnya aku juga sedang pdkt sama cewek lain," Jantungku berdegup dengan kencang serasa ingin pecah. Aku serasa ingin menghilang sekejap saja dari bumi.
"Aku mau tanya ke kamu apa kamu mau menetap? Jika iya aku akan memperjuangkanmu jika tidak aku akan memperjuangkan dia," Aku mengakui dengan berani dia berkata jujur padaku. Tapi hati siapa yang tidak hancur mendapatkan pertanyaan seperti itu.
"Siapa yang kamu cintai? Aku atau dia?"
"Aku mencintaimu dan juga dia," Setiap wanita pasti senang jika dicintai tapi wanita mana yang mau cintanya terbagi. Bukankah lebih baik mencintai sendiri? Rasanya memang sakit namun tak lebih menyakitkan daripada melihat orang yang mencintaimu juga mencintai orang lain.
"Kejar lah dia bahagiakan dia. Aku memilih menyerah karena ku tak sanggup melihatmu juga mencintai orang lain,"
"Akh ...." Aku memegang kepalaku yang terasa pusing sekali sambil duduk. Aku melihat jam, ternyata masih jam 03.00 pagi. Aku kembali memimpikannya lagi dan lagi. Padahal ini sudah 4 tahun tapi dia masih saja berkeliaran di mimpi-mimpiku. Berbagai cara sudah ku coba tapi tetap saja dia tetap hadir. Apa yang ingin semesta ceritakan sungguh ku tak tahu. Aku memutuskan untuk bersujud pada-Nya. Memohon petunjuk untuk keresahanku tentang mimpi-mimpi yang menggangguku.
"Ya Robb mengapa setelah lama aku tak menemuinya lagi, ia selalu hadir dalam mimpiku. Aku tak tahu ya Rabb apa yang akan terjadi di masa depan. Jika hal ini merupakan hal yang terbaik untukku, aku pasrahkan semua padamu ya Robb.
***
"Kamu mau ke mana Buk," tanyaku melihat ibukku dan adikku bersiap-siap.
"Aku mau ke rumah Halimah, kamu di rumah saja. Pohon pisang disamping rumah sudah matang. Sayang kalau hilang,"
"Iya, nanti aku bungkuskan bakso," jawabku berbohong memperlihatkan aku baik-baik saja. Bibi Halimah adalah adik dari ibuku, ibukku tiga bersaudara dan ibukku anak nomer dua. Hati ini serasa dicabik-cabik, luka lama belum sembuh tapi selalu ada saja luka baru.
Aku tak mengerti dengan pemikiran ibukku sendiri. Mengapa tega meninggalkanku sendirian di rumah merasa kesepiaan hanya karena pohon pisang. Apa aku tak ada harganya dibandingkan pisang? Aku selalu bertanya-tanya aku ini anak kandungnya atau bukan bahkan untuk mengerti perasaanku saja ibukku tak bisa. Suara motor akhirnya terdengar menjauh lagi-lagi aku sendiri di temani kesepianku. Apa sebenarnya yang salah padaku. Aku merasa tak diinginkan oleh teman, keluarga bahkan ibukku sendiri.
"Buk, aku mau pergi sama teman-teman ya. Sama Fayra, Rania dan yang lainnya."
"Tidak usah. Ngapain pergi tidak jelas. Lebih baik di rumah saja." Hatiku menolak tapi aku tak bisa apa-apa. Begitulah yang selalu terjadi. Aku tak menyukai, tapi jika ibukku berkata tidak maka aku tak bisa pergi. Izin orang tua adalah hal yang terpenting bagiku walaupun akhirnya aku yang terluka dan kecewa.
Berkumpul bersama teman dalam satu ruangan saja aku sudah merasa diabaikan. Apalagi tak pernah bertemu membuatku semakin jauh dari mereka. Kata orang hp mendekatkan orang jauh, tapi nyatanya jika tak ada kepentingan mereka tak menghubungiku. Apa seperti itu definisi teman? Teman dekat ... Bahkan hampir tak ada dalam pemikiranku. Aku bersama mereka saja tak pernah tahu bagaimana kehidupan mereka apalagi aku yang selalu di rumah.
Aku menganggap mereka tak mempercayaiku untuk rahasia mereka jadi aku tak ambil pusing. Dalam kesendirian, aku merasa nyaman. Di mana aku tak perlu berpura-pura bahagia dan menutupi kesedihan.
Budayakan membaca, vote Terima kasih 😃
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream
Teen FictionTerlihat Zuha memutar story wa teman-temannya semuanya terlihat bahagia bersama teman-temannya. Air mata berhasil lolos dari matanya. Zuha kembali membuka galeri di hpnya, membuka foto bersama teman-temannya. "Semua ini palsu dan hanya formalitas sa...