"Sejauh apapun aku berusaha rasa itu tak mampu hadir dalam hatiku. Ternyata aku tahu jika aku tak bisa merubah rasaku untukmu."
Zuha
"Mending kita cari tempat buat buka. Aku ingin menghabiskan waktu denganmu." Raka mengajakku mencari tempat untuk berbuka karena tadi dia menawariku makan aku mengatakan jika sedang berpuasa sunnah.
"Baiklah. Ke mana kita?" kataku setelah tadi aku menjelaskan panjang lebar padanya tentang apa jawabanku padanya.
"Ke fortcourt susu ya?" tanya Rino. Sepertinya tempat itu akan menjadi kenangan. Kebetulan atau bagaimana Raka, Ade dan Fahmi selalu mengajakku ke situ. Membuat tempat itu memiliki setiap kenanganku.
"kamu kenapa?" Aku resah melihat perubahan raut Raka tak seperti awal bertemu.
"Tidak apa-apa. Yok masuk."
Flashback on
Aku janjian bertemu dengan Raka di taman dekat kampus. Taman yang selalu menjadi tempat jika kita bertemu. Pohon-pohon yang hijau menambah taman semakin asri.
Aku langsung menghampiri Raka di tempat biasa kita duduk. Tepat di bawah pohon tua rindang ini. Saksi di mana dia dulu mengatakan cinta kedua kalinya juga melamarku di bawah pohon ini. Di bawah pohon ini aku juga akan memberikan jawabanku.
"Sudah lama?" kataku memecah keheningan di antara kami.
"Baru saja tiba kok. Bagaimana jawabanmu?" tanyanya dengan raut gelisah.
Aku menghembuskan nafas perlahan. Menyusun kata yang pas tapi tak menyinggung. "Aku merasakan kenyamanan saat di dekatmu. Kamu baik dan bisa mengerti diriku." Terlihat senyum mengembang di raut wajahnya. Aku seakan tak mampu menghancurkan harapannya.
"aku sudah mencoba mencintaimu tapi maaf tidak bisa. Aku sudah berusaha tapi cinta itu tak bisa tumbuh. Jika kamu tanya apa kamu sayang aku maka aku jawab, aku sayang kamu sebagai teman atau sahabat tak lebih. Sekali lagi maaf." Terlihat raut kecewa di wajahnya tapi dia tetap tersenyum.
"Tidak apa-apa cinta tak bisa di paksakan. Kalau kamu jodohku sejauhmana pun kamu pergi tetap akan kembali bukan? Mau bersahabat denganku?" Aku mengangguk senang mendengar ucapannya. Kenangan memori bersama Raka kini seakan berputar-putar. Dia sudah berusaha mencuri hatiku tapi hatiku susah di curi. Sekali di curi malingnya tak mau tanggungjawab.
Aku jadi teringat bagaimana usaha Raka dulu untuk dekat denganku. Dulu Raka mengatakan cinta pertama kali lewat chat. Tidak ku terima karena hatiku belum bisa mencintainya masih mencintai Ade. Setelah kita larut dalam kesibukan masing-masing hingga tiada kabar. Bertahun-tahun kemudian kita di pertemukan lagi di kampus yang sama beda jurusan saja.
Masih teringat jelas saat itu Raka mengajakku ke taman ini. Kita berjanjian bertemu di luar, sebenarnya dia sudah menawarkan menjemputku tapi karena tidak ada orang di rumah aku takut menimbulkan fitnah. Jadi kita memutuskan kita bertemu di luar, motorku di titipkan agar bisa berboncengan dengannya. Sebenarnya aku juga tak enak berboncengan dengannya hanya saja untuk menghargainya aku mengiyakannya.
"Kenapa kok cemberut?" Mungkin Raka memperhatikan raut wajahku.
"Kesel karena nungguin kamu lama."
"Aku minta maaf deh. Sudah makan belum?"
"Belum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream
Teen FictionTerlihat Zuha memutar story wa teman-temannya semuanya terlihat bahagia bersama teman-temannya. Air mata berhasil lolos dari matanya. Zuha kembali membuka galeri di hpnya, membuka foto bersama teman-temannya. "Semua ini palsu dan hanya formalitas sa...