"Saat dunia nyata tak mampu mengajarkanku arti sebuah senyuman, dunia maya lah yang mengajarkanku arti senyuman."
Zuha
Dunia maya memanglah menyenangkan menjauhkan yang dekat. Membuat kita mudah mengakses apapun. Sebaik apapun dunia maya, dunia nyata lebih nampak walaupun pahit.
Setelah pertemuan pertama kali aku dan Raka, ziarah bersama kita terus bertukar kabar lewat media sosial. Aku yang sedang duduk dibangku kelas dua belas membuat kesibukanku semakin padat. Tak kalah dengan Raka yang juga baru semester awal masuk kuliah. Yang awalnya kita sering bertukar kabar kini semakin renggang.
Me
Kamu kok sekarang sibuk banget ya
19.30Raka
Iya aku sibuk ospek kampus
21.00Aku mendegus kesal karena Raka makin susah dihubungi. Dulu hampir tiap hari dia mengutarakan perasaannya. Memanggilku sayang atau cinta. Kini tiada kabar darinya. Ku akui tak ada rasa untuknya, apa kemarin aku hanya merasa kesepian? Kesepian karena tak ada teman.
Tiba-tiba setelah bertahun-tahun Raka kembali hadir dengan pernyataan perasaannya lalu aku harus menjawab apa? Seberusaha apapun aku menjauh, suatu hari aku tetap harus memberikannya kepastian tentang jawaban apa yang ku berikan.
***
Zuha tak langsung membalas chat terakhir dari Raka. Bagaimana juga ia takut salah memberikan jawaban. Zuha lebih memilih membuka galeri foto. Hingga Zuha kembali menemukan foto saat kakak kelasnya di wisuda. Foto yang mengingatkannya jika dia memiliki banyak teman di dunia nyata namun selalu sendirian.
Acara wisuda sekolahannya selalu diadakan di luar dengan menyewa gedung. Zuha diantarkan oleh ayahnya. Sampai di sana Zuha tak menemukan satu pun temannya. Lalu dia memutuskan untuk langsung antri dibagian konsumsi. Beruntung Zuha bertemu dengan Zavira. Setelah selesai mengantri kita pun masuk dan memilih tempat duduk. Kita memilih di belakang, setelah kami duduk Falisha dan Ghiza juga baru masuk.
"Tahu Rania, Fayra apa tidak?" tanya Falisha.
"Tidak tahu aku. Tadi aku cuma bertemu Zavira." Falisha kembali menatap ponselnya. Pandangannya menatap ke beberapa penjuru lalu tersenyum saat ada lambaian tangan dari Fayra.
"Duluan ya. Aku mau ke sana udah dibookingkan tempat," kata Falisha dan Ghiza yang langsung berlalu ke arah Fayra dan kawan-kawan lainnya. Zuha merasa kecewa mengapa tadi saat masuk dia tak dipanggil oleh teman-temannya yang lain padahal mereka tak jauh dari posisiku. Jika mereka tak menginginkanku dekat dengan mereka mengapa harus ku paksakan.
Zavira yang disampingku juga diam terus dari awal acara seakan enggan mengajak Zuha bicara. Dia lebih memilih sibuk dengan handphonenya.
"Sebegitu tak diinginkan kah aku?" Batin Zuha yang merasa sesak. Zuha kini bisa tersenyum setelah beberapa menit yang lalu membalas pesan dari orang yang baru dikenalnya. Setidaknya dia memiliki aktivitas untuk mengusir kesepiannya.
Humoris itulah sebutan Zuha untuknya. Muhammad Fadhil At Attaqwa biasa dipanggil Fadhil tapi Zuha lebih memilih menamainya humoris karena orangnya lucu.
Seorang laki laki yang Zuha kenal tanpa sengaja beberapa menit yang lalu. Zuha merasa bosan pun membuka Facebook. Dahi Zuha berkerut heran melihat satu pesan masuk yang isinya stiker.Humoris
🏇🚴
08.00Me
Maaf siapa ya?
08.01Humoris
Fadhil
08.02Me
Ada apa?
08.03
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream
Teen FictionTerlihat Zuha memutar story wa teman-temannya semuanya terlihat bahagia bersama teman-temannya. Air mata berhasil lolos dari matanya. Zuha kembali membuka galeri di hpnya, membuka foto bersama teman-temannya. "Semua ini palsu dan hanya formalitas sa...