Bab 11 Awal mula

3 2 0
                                    

"Handphone memang mendekatkan yang jauh. Tapi handphone jugabmenjauhkan yang dekat. Hinggal nyatanya pertemuan kita seperti orang asing padahal saling mengenal."

Zuha

"Boleh itu idenya Zuha, kapan-kapan kita ziarah." sahut Fayra yang sudah duduk disamping Rania.

"Kapan?" tanya Akila yang berjalan ke arah kita.

"Gimana kalau lusa?" tanya Ghiza memberikan saran.

"Hari itu kan kita cuma ada les tambahan. Pasti selesainya tidak sampai siang deh," kata Arisha menambahi.

"Iya aku setuju sekalian bisa makan bareng," sahut Falisha.

"Aku sih bisa-bisa saja," sahut Keiza. Akhirnya kami semua sepakat akan ziarah lusa yaitu hari sabtu nanti.

Aku lega mereka tak mengetahui sebenarnya. Jika mereka tahu pasti akan ditodong dengan seribu pertanyaan. Aku memang tak pernah cerita ke banyak orang jika sedang dekat sama cowok karena belum tentu juga dia jodohku. Karena tak pernah terlihat dekat dengan cowok pernah ada pertanyaan yang membuatku tertawa.

"Zuha kamu kok tidak pernah deket sama cowok ya. Mau ku kenalkan sama temanku?" Aku yang kaget karena temanku tiba-tiba berkata demikian padahal tak ada yang memulai obrolan tentang itu.

"Hehe tidak perlu ... Jodohku masih otw kok," jawabku dengan senyuman.
Pertanyaan itu selalu saja ditanyakan temen-temenku yang ku balas dengan kekehan.

***

Farzan Raka Akalanka biasa dipanggil Raka aku mengenalnya melalui fb. Mungkin perkenalan kita aneh karena mantan dari Raka (Anggia) pernah berpacaran dengan Ade ( kita skip dulu ya siapa ade karena nanti juga dibahas). Pasti kalian bertanya-tanya kok aku tahu? Pasti stalking. Ya tidak dong karena aku berteman dengan Anggia jadi aku juga tahu saat dia updet story. Lalu aku berteman juga dengan Raka, berawal dari aku yang kerap memberi like dari setiap postingannya, dari sanalah kita akhirnya saling mengenal.

Raka seumuran denganku tapi disekolah dia satu tingkat diatasku. Wajah bulat, putik agak lebar ke samping tapi dia pribadi yang menyenangkan. Anak pondok dan kini satu universitas denganku tapi berbeda jurusan.

Raka
Aku sudah di dalam kamu masuk saja. Aku pakai batik.

Satu pesan masuk ke hpku. Hari ini aku dan Raka pertama kali bertemu. Jantungku berdebar-debar gelisah karena Aku, cewek yang belum pernah pergi berdua dengan orang yang belum pernah ku temui. Awalnya Rania akan menemaniku tapi karena suatu acara aku pergi sendiri. Aku mengayuh sepedaku dengan masih mengenakan seragam sekolahku. Ragu-ragu aku masuk ke dalam. Mengedarkan penglihatanku mencari sosok Raka. Kini Raka berada disebelahku. Kami berjalan beriringan masuk ke dalam setelah mengambil wudhu. Kami duduk berdua dengan tetap menjaga jarak.

"Katanya sama temenmu? Tidak jadi?" tanya Raka memulai obrolan di antara kami setelah selesai ziarah.

"Tidak jadi soalnya dia ada acara," sahutku. Kami berjalan beriringan.

"Habis ini mau ke mana?"

"Pulang. Kita kan ke sini mau ziarah." Raka hanya tersenyum membalas ucapanku. Aku masih polos tak mengerti jika dia ingin kita jalan-jalan ke mana dulu gitu. Sedangkan aku yang masih polos dengan entengnya menjawab pulang. Padahal dia jauh-jauh menemuiku. Namanya juga belum pernah jalan sama cowok, ya begitu jadinya. Memang kalau di chat kami asyik mengobrol tiada henti. Sedangkan saat bertemu kita hanya sedikit bicara mungkin karena faktor baru pertama bertemu. Namun memang benar jika dekat lewat sosial media dan bertemu itu berbeda. Kita seperti orang asing

"Hati-hati ya," kataku pada Raka sesaaat sebelum kami terpisah yang dibalas senyuman olehnya.

***

"Zuha, gimana kemarin gimana?" tanya Rania antusias. Rania tak sengaja bertemu di parkiran saat aku baru tiba.

"Ya gitu kita ketemu ziarah lalu pulang," sahutku cuek.

"Hih kesel deh. Jangan lupa nanti kita ziarah bareng," kata Rania dengan bibir yang menggerutu kesal mendengar jawabanku.

"Rania tunggu deh. Jalannya jangan cepat-cepat," kataku yang berusaha menyamakan langkah kakiku dan Rania yang ada di depanku. Aku terheran-heran dengan sikap Rania. Memang apa yang salah denganku kok dia kesal.

Hari ini Aku, Akila, Fayra, Falisha, Ghiza, Arisha, Keiza, Rania pergi berziarah.

Kami pergi ziarah mengendarai motor masing-masing. Setelah tiba di makam kami pun masuk.

"Aku nunggu di masjid bagian putri saja ya aku lagi halangan," kata Arisha dan Keiza.

Akhirnya Aku, Akila, Fayra, Falisha, Ghiza dan Rania yang masuk ke dalam. Setelah selesai berziarah kami menemui Arisha dan Keiza yang menunggu kami.

"Enak ya suasananya adem," kata Akila sambil berfoto-foto dengan Falisha dan Ghiza mencari posisi yang pas.

"Iya bener katamu Akila," sahut Keiza.

Aku lebih memilih diam dan memainkan ponselku. Kami berkumpul tapi mereka lebih sibuk berfoto-foto, stalking ig orang. Semuanya sibuk sendiri sungguh membosankan. Aku di sini duduk diam tak ada yang berniat mengajakku ngobrol atau ngajak foto gitu. Hmm menyebalkan. Tadi kami sempat berfoto bareng-bareng itu juga cuma satu dua jepret. Setelah itu mereka sibuk foto sendiri-sendiri. Kalau tidak foto bertiga berempat tapi lagi-lagi aku tak diajak. Aku yang merasa tak diajak untuk apa ikut, lebih baik diam memperhatikan mereka. Aku kadang bertanya-tanya aku yang kurang bergaul dengan mereka atau mereka yang tak menyadari keberadaanku. Ahh ... Entaglah percuma juga dipikirin.

Jangan lupa baca, vote, dan komen ya. Boleh kok memberikan krisar. Happy Reading.😃

Lucid DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang