Bab 19 Siapa kah pengisi hati?

3 0 0
                                    

"Ada satu hal yang tak bisa kuatur hanya hatiku."

Zuha

Setelah berhari-hari aku masih sama terpikir kembali ke memori dimana tiba-tiba Fahmi hadir dalam mimpiku. Hingga hari ini tiba-tiba Fahmi menghubungiku lagi. Apa ini ada sangkut-pautnya? Aku sendiri tak mengerti. Aku ingin menceritakannya pada Fahmi tapi aku yakin bagi orang lain aku terlalu berlebih-lebihan.

Bagaimana tidak berlebihan? Dulu aku dihantui mimpi bertemu dengan Ade dengan keadaan yang sama berulang-ulang kali dengan mimpi yang sama. Lalu mimpi-mimpi tentang sosok-sosok laki-laki asing yang selalu memenuhi mimpi-mimpiku membuat tidurku resah dan tak nyaman.

Apalagi lagi dengan kehadiran Dandi yang akhir-akhir ini terus saja menggangguku padahal aku sudah berbohong sudah punya pacar berarti aku menolaknya secara halus sudah jelas sekali. Aku juga membiarkan pesan-pesannya tanpa berniat membalas karena tak ingin memberinya harapan. Namun dia terus saja menanyakan kabarku lewat temanku yang membuatku kaget begitu kekeh dia mendekatiku.

Aku wanita normal yang pernah mencintai sepihak, dicintai atau saling mencintai. Tentu aku paham bagaimana gelagat seorang laki-laki yang sedang menyukai seorang wanita. Belajar dari sikap-sikap Ade, Raka aku tahu jika sebenarnya Dandi sedang menyukaiku.

Sejenak aku kembali teringat kembali pertemuanku tadi dengan Falisha yang membuat aku semakin kesal karena saat aku bertemu dia malah membahas tentang Dandi.

Flashback on

"Zuha, Dandi menanyakan kabar tentangmu loh." Falisha terus saja menggodaku dengan mengedipkan matanya padaku sambil menikmati pesanannya.

"Terus aku harus bagaimana?" Moodku kini tiba-tiba kembali buruk mendengar penuturan Falisha.

"Sepertinya Dandi menyukaimu deh," kata Falisha dengan nada yang serius.

"Aku sudah bilang kalau udah punya pacar."

"Hargai dikit perjuangannya, Zuha. Jangan langsung nolak."

"Aku keganggu dengan sikapnya yang menurutku berlebihan kok. Asal kamu tahu walau pun dia tahu aku sudah ada pacar, berkali-kali dia tanya masih langgeng apa tidak. Kan kesel ditanyain gitu, ditolak halus kok tidak nyadar."

"Berarti dia mengharapkanmu Zuha. Kasih dia kesempatan gitu loh,"

"Gini ya aku belajar dari pengalaman. Perasaan itu tak bisa dipaksakan. Bukankah tindakanku benar? Karena aku sadar dia menaruh rasa padaku makanya aku menjauh dan tidak membalas chatnya. Semua itu agar aku tak menyakiti hati orang lain. Saat kamu memiliki seseorang tapi dia tidak mencintaimu rasanya lebih menyakitkan daripada mencintai sepihak."

"Iya aku tahu tapi kenapa kamu menjauhinya coba? Kalau tidak suka ya tidak apa-apa setidaknya kalian berteman," kata Falisha menasehatiku.

"Aku juga ingin begitu, tetap berteman. Namun setiap aku membalas pesannya, dia malah salah tanggap menganggap aku memperbolehkan dia mendekatiku. Dia bahkan terus saja perhatian tidak seperti berteman layaknya pertemanan laki-laki dan perempuan namun seperti laki-laki yang mengejar cintanya."

"Up to you deh," sahut Falisha pada akhirnya.

Flashback off

Aku di sini meringkuk dalam keheningan. Berusaha tegar dengan berpura-pura baik-baik saja. Wattpad adalah pelampiasan terbaikku melupakan semua yang ku rasakan. Tentang hati yang semakin hari semakin membangkang. Aku terlihat tegar, tapi aku tak bisa mengatur hatiku bukan.

Aku tak tahu rasa apa ini, apa ini suka atau cinta atau sekedar rasa nyaman. Namun aku merindukannya. Kata orang pura-pura

Kini aku berakhir dikegelapan membaca satu persatu kata menyelaminya untuk mengobati rindu. Bertarung menangis dalam kegelapan. Bayanganmu saja tak pernah tersentuh bagaimana bisa membuatku menjadi rapuh hanya dalam hitungan hari. Satu ... dua ... tiga ... adalah angka yang selalu sering terucapkan karena sangat spesial. Juara yang dianggung-anggungkan hanya juara satu, dua dan tiga. Ya hampir seperti itu perasaanku bahagia yang hanya dihitung mundur ... tiga ... dua ... satu, lalu hadir lenyap  meninggalkan bekas.

Lucid DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang