Bab 22 Barang kenangan

5 0 0
                                    

"Setiap benda memiliki kenangannya masing-masing."

Zuha


Setelah kembali ke kost aku langsung membersihkan diri. Aku juga menata barang-barangku.

Ku buka tasku itu lalu ku keluarkan barangnya satu persatu. Membereskan pakaianku satu persatu.  Aku tersenyum melihat tempat pensil dari kain.  Bukan karena tempat pensilnya yang berharga tapi barang-barang di dalamnya. Aku memang sengaja membawanya. Memang terlihat tidak penting tapi itu berharga untukku. Di dalam tempat pensil itu terdapat beberapa barang berharga yang sengaja ku bawa untuk berjaga-jaga jika aku rindu.

Masih teringat jelas bagaimana berkembangnya barang-barang itu. Contohnya bros berbentuk tunas kelapa yang ku dapat setelah kegiatan.
Membuatku teringat bagaimana aku dan teman-temanku harus mengurusi kegiatan selama tiga hari tiga malam dengan peserta ratusan yang berbanding terbalik dengan jumlah kita yang kurang dari seratus orang.

Barang-barang ini adalah barang-barang yang ku selamatkan setelah hampir saja dibuang oleh ibuku jika aku terlambat menyelamatkannya.

"Ibuk itu jangan dibuang. Semua ini barang berharga tauk," kataku kesal melihat ibuk seenaknya mengumpulkan barang-barangku dan berniat membuangnya.

"Kamu itu ya sukanya nyimpan sampah. Barang-barang gini harusnya di buang saja tidak berguna tau," sahut ibu tak mau kalah denganku.

"Lihat sarung tangan ini. Ini sarung tangan sudah sobek tapi dipakai orang tua saja tidak boleh sampai kamu nangis karena dipakai. Dasar kayak anak kecil!" kata ibu lagi sambil menunjuk sarung tangan putih yang sudah usang dan sobek.

"Ibu tahu apa sih? Semua ini ada kenangannya tauk. Apa tidak cukup ibu sudah menghancurkan mimpi-mimpiku dan sekarang ibu juga mau membuang kenangannya? Sungguh ibu tidak punya hati. Sebenarnya ibu itu ibuku atau bukan sih." Aku mengumpulkan kembali barang-barang yang akan di buang ibu lalu memasukkannya ke dalam kardus. Kemudian ku bawa kardus itu ke kamarku agar aman.

Begitulah kejadian tragis yang hampir merenggut barang-barang ini dari pemiliknya.

Disini juga ada id card yang sedikit basah pada pokoknya sehingga menjamur sedikit. Aku tak beraniat membuangnya karena ini adalah saksi bisu aku menjadi peserta dalam kegiatan kampus. Setiap barang memiliki kenangan sendiri. Bros lonjong warna keemasan ini mengingatkanku akan kepedulian teman-temanku padaku saat itu.

Flashback

Saat itu kita sedang ada outbond dan harus melewati sungai yang debit airnya tak terlalu banyak. Saat aku akan naik ke atas tanah sangat licin sehingga aku beberapa kali naik terperosok jatuh ke bawah. Kita adalah kelompok terakhir, sudah pasti kelompok lain sudah naik ke atas terlebih dahulu. Sepatu yang basah terkena air sungai yang digunakan untuk memanjat naik membuat tanah di depanku becek dan licin.

Beberapa kali aku naik didorong Mutiara dari bawah tapi tetap jatuh.

"Ayo Zuh kamu pasti bisa," kata Zhanara dari atas.

"Tidak bisa ya. Tanahnya terlalu licin," sahutku.

"Bentar aku akan turun," kata Revina.
Akhirnya Revina yang sudah diatas turun lagi untuk membantuku mendorongku memanjat sedangkan Zhanara dan Sheila menarik tanganku dari atas. Jangan tanyakan lagi bagaimana kondisiku. Bajuku terkena tanah yang basah.

"Makasih ya teman-teman. Maaf merepotkan," kataku pada mereka saat berjalan.

"Itulah gunanya teman," sahut mereka serempak. Hatiku menghangat dengan sikap mereka walaupun aku malu karena ternyata tadi ada kakak kelas yang merekam kejadian tadi. Ku perhatikan kakak kelasku tersenyum melihatku, mungkin karena kejadian tadi.
Mereka begitu tulus padaku itulah aku lebih menyukai kegiatan Pramuka.

Flashback off

Setelah beres semua barang-barangku. Aku pun tidur tak lupa sebelum tidur membuat alarm.

Kak Abi
Ayo keluar. Aku mau mengajakmu melihat pemandangan.
16.00

Aku mengecek hpku setelah mendengar bunyi notifikasi dari hpku. Tadi aku sudah bangun hanya saja aku masih bermalas-malasan dikasur. Tidak ada kegiatan juga jadi tak masalah.

Me
Iya boleh. Aku siap-siap dulu ya. Nanti ku kabari kalau sudah siap.
16.01

Setelah selesai bersiap-siap aku mengabari Kak Abi jika sudah siap. Ternyata Kak Abi malah sudah menungguku di depan.

Aku tak tahu dia mau membawaku ke mana. Ternyata dia membawaku ke tempat yang pernah dia ceritakan. Membawaku ke danau yang juga menyajikan pemandangan kebun teh. Sangat indah, sejuk dan menenangkan. Mataku berbinar melihat pemandangannya.

"Makasih kak sudah mau bawa aku ke sini."

"Iya sama-sama," sahutnya sambil memberikan secup minuman.

"Capuccino?" Dia mengangguk mengiyakan. Dia memang mengetahui aku menyukai cappucino.

"Enak kak cappucinonya. Pahit manisnya pas aku suka."

"Bukannya kamu sering minum cappuccino ya hayo. Kamu mau tidak menemaniku minum cappuccino bersama?"

"Mau dong. Mau beberapa kali juga tak apa. Apalagi ditambah pemandangan indah seperti ini atau sambil melihat bintang dan bulan."

"Kapan-kapan kita minum cappuccino lagi sambil melihat bintang bulan."

"Kok kapan-kapan?"

"Ya kan bisa saja kita bertemu lagi. Tak ada yang bisa menerka bukan? Ketemu kamu secara langsung saat ini adalah kejutan untukku."

"Kok kejutan?"

"Ya kaget lah tidak nyangka bisa bertemu."

"Oh begitu."

Kita menghabiskan cappucino masing-masing sambil menikmati pemandangan alam di depan kita. Dia juga mengajakku berkeliling sambil kita membicarakan banyak hal. Bicara dengan Kak Abi seperti tak ada habisnya. Sangat menyenangkan.

***

Aku menikmati waktuku di sini. Jika saatnya makan Kak Abi akan mengajakku keluar. Aku juga sudah membantu Kak Abi untuk mencetak buku. Dengan sabar dia mengajariku ngelayout dan mencetak buku. Aku ingin belajar kedua-duanya agar bisa membantunya walaupun harus berdebat dulu dengannya.

"Zuha, apapun yang terjadi hadapi ya. Jangan menghindari terus, aku tahu kamu bisa. Selesaikan masalahmu dengan kepala dingin." Aku tak tahu kenapa tiba-tiba Kak Abi mengatakan demikian.

"ada tamu di depan mencarimu. Seorang cowok namanya Fahmi calonmu katanya," kata Kak Abi lagi.

Deg. Ternyata Fahmi menyusulku. Pasti dia melacakku hpku.

"Kak, apa kakak mau menemaniku menumui dia?" Kak Abi mengangguk menyetujui menemaniku menemui Fahmi.

"Kenapa kamu ke sini?" tanyaku pada Fahmi langsung.

"Aku ingin menemuimu. Waktu itu aku bilang akan menemuimu ternyata kamu-,"

"Malah kabur kan," kataku memotong ucapannya.

"Kamu tinggal dengannya?"

"Aku ngekost tak jauh dari sini. Aku di sini membantunya." Terlihat raut lega dari wajah Fahmi.

"Aku mau bicara berdua denganmu Zuha," kata Fahmi.

"Aku ke dalam dulu ya Zuha," kata Kak Abi langsung berdiri.

"Disini saja kak ya please," kataku pada Kak Abi. "kalau Fahmi mau bicara ya bicara saja. Aku tidak mau bicara kalau cuma berdua saja."

"Baiklah," sahut Fahmi.

Jangan lupa baca, vote dan komen. Boleh memberikan krisar. Happy Reading. 😀

Lucid DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang