"Zuha ...," panggil Rania karena aku masih pada posisi duduk setelah sholat tanpa berniat melepas mukenaku.
"Zuha kamu kenapa?" tanya Rania yang melihatku menangis saat mendekat padaku. Aku memeluk Rania dengan derai air mata yang tak terbendung lagi.
"Zuha, aku baru pertama kali melihatmu menangis seperti ini," kata Fayra.
"Lihat fotomu," kata Fayra setelah memotretku saat menangis. Dia menertawakan aku yang bisa menangis di depan mereka. Dia ingin menghiburku tapi aku menggerutu hanya karena ditertawakan saat menangis. Setiap orang punya titik lelah begitu juga aku.
"Menangis saja Zuha," kata Rania yang masih memeluk menenangkanku. Sedangkan aku hanya bisa menangis tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.
"Makasih ya," kataku pada mereka setelah air mataku reda.
"Ada apa kok nangis?" tanya Fayra.
"Teman-temanku dikelas-," Belum sempat ku selesaikan perkataanku Rania sudah memotong perkataanku.
"Kenapa sih dengan teman-temanmu?" tanya Rania.
"Aku hanya kecewa dengan mereka. Aku membantu mereka tulus tapi jika sikap mereka seperti itu ya sudahlah," kataku dengan raut wajah kecewa.
"Cerita saja Zuha," sahut Rania. Fayra juga meminta cerita agar aku merasa tenang.
"Besok saja deh. Aku sedang tak ingin membahasnya. Tak bisakah kita makan? Aku lapar." Kita pun tertawa lalu berjalan menuju warung makan. Kami memutuskan untuk makan geprek kampus. Tak sengaja ku lihat Fahmi tak jauh dari tempatku berdiri. Dia melihatku tapi cuek. Aku bersyukur dia sekarang menjauh. kulihat dia sedang memegang buku.
"Eh itu bukuku kok dibawa Fahmi ya," batinku dalam hati. Aku segera berjalan dan langsung menyambar buku ditangan Fahmi. Ku lihat sampul buku itu dan ku bolak-balik halamannya.
"Apa-apaan sih," kata Fahmi ketus.
"Kamu kenapa Zuha," tanya Fayra dan Rania melihat sikapku yang aneh.
"Dia yang tak sopan. Membaca-baca bukuku, ini privasi tauk!" kataku marah padanya.
"Zuha, kenapa kok kamu tidak ada kabar setelah pergi sama cowok itu," kata Raka yang tiba-tiba didekatku sambil menunjuk-nunjuk Fahmi.
"Maaf Raka, akan pasti akan menjelaskan semuanya tapi tidak sekarang. Nanti ku hubungi ya," kataku pada Raka. Raka kemudian pergi meninggalkan aku, Fahmi, Fayra dan Rania.
"Zuha kok-," Perkataan Fayra terpotong ketika disenggol oleh Ramia. Rania yang kerap mendengarkan ceritaku sudah tahu tentang mereka, dia paham kalau ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya.
"Kita duluan ke warungnya ya,"
"Tidak perlu kok. Aku ikut kalian,"
"Bukunya kamu ambil tidak apa-apa kok. Aku sudah baca semuanya. Termasuk yang di lipat itu," Aku yang kaget langsung berhenti lalu balik badan.
"Maaf ya aku tidak jadi ikut."
"Iya tidak apa-apa," sahut Rania.
Rania dan Fayra pun meninggalkan kami berdua. Samar-samar Fayra meminta dijelaskan. "Biar Zuha sendiri yang cerita,"
"Baiklah," sahut Fayra menghentikan aksi ingin tahunya"Kamu jangan egois. Jangan melihat semuanya dari caramu memandang saja tapi juga orang lain. Dulu kamu masih terbayang-bayang masa lalumu. Apa sekarang juga?" Aku terdiam mencerna perkataan Fahmi.
***
"Terkadang yang terjadi tak bisa dipikirkan dengan logika."
Zuha
"Ndul bangun," kataku sambil membangunkan Zian yang tak sadarkan diri. Aku menggoncang tubuhnya berulang kali tapi dia tak kunjung sadar.
"Tolong ... Tolong ...," kataku berteriak dengan air mata yang terus menetes. Meminta tolong dan mencoba membangunkan Zian yang tak sadarkan diri.
Aku pun bangun setelah memimpikan Zian yang tak sadarkan diri. Rasa takut dan cemas masih menyelimuti hatiku.
Me
Ndul.Satu pesan ku kirimkan pada Zian. Ndul adalah panggilanku untuknya, lelaki yang ngeselin. Selalu berdebat denganku tak mau mengalah. Begitulah dia, selain itu dia juga gundul walaupun masih ada rambutnya sedikit tetap terlihat gundul. Makanya aku panggil dia ndul, gara-gara dibuat kesal dengan sikapnya. Zian adalah teman SMPku dulu dan satu organisasi membuat kita dekat. Dekat dalam artian dekat sebagai teman ya bukan pacar hehe.
Zian
Pie?Me
Apa kamu percaya jika mimpi ada artinya?Zian
Mimpi apa lagi?Pasti penasaran kan kenapa bilang lagi, wkwk. Itu karena aku pernah menceritakan mimpiku padanya. Dimana aku, dia dan keluargaku sedang berkumpul ada acara. Dalam mimpi kita terlihat begitu dekat. Seperti biasanya, belum selesai mimpinya aku sudah terbangun.
Me
Tragis🤣🤣Zian
Pye jal?Me
Aku lupa kajadian secara detailnya tapi dimimpiku ku dijahati. Hingga kamu tak sadarkan diri. Aku berusaha menyadarkanmu tapi kamu tak kunjung sadar. Aku bilang tolong-tolong tak ada yang menolong. Lalu aku terbangun karena kaget.Zian
HaduhMe
Kok haduh?Zian
Kan kasian akuMe
🤣🤣🤣
Yang kasian kan aku. Aku yang memimpikan itu, pasti takutlah cemas. Ini saja masih takut dan cemas.😌Zian
Ya aku aMe
Kan kamu tidak yang bermimpi.ituZian
Aku aktornyaMe
DagelanZian
TidakMe
Kamu ini didunia nyata atau mimpi atau online sama-sama mengesalkan.Zian
ElehMe
Bener kokZian
Tidak ahhBegitulah aku dan Zian, percakapan kita selalu berakhir dengan keras kepala masing-masing. Tidak heran karena sikap kita sudah seperti ini sejak dulu. Jika teringat awal ku kenal dia aku jadi teringat masa-masa SMP.
Budayakan membaca, vote, komen. Boleh memberikan krisar juga kok. Happy reading😀
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream
Teen FictionTerlihat Zuha memutar story wa teman-temannya semuanya terlihat bahagia bersama teman-temannya. Air mata berhasil lolos dari matanya. Zuha kembali membuka galeri di hpnya, membuka foto bersama teman-temannya. "Semua ini palsu dan hanya formalitas sa...