"Teman tak ditentukan ada di dunia nyata atau Maya bukan?"
Zuha
Jika kamu bertanya padaku seberapa banyak temanku pasti ku jawab banyak karena aku dari dulu anak yang suka ikut organisasi temanku juga banyak dari yang kakak kelas, teman sebaya satu sekolah beda sekolah dan adik kelas. Memiliki banyak teman pasti tak akan kesepian karena sendirian.
Namun semua itu salah. Sebanyak apapun temanku nyatanya aku di sini sendiri berkencan dengan buku di saat teman-temanku menghabiskan waktunya bersama untuk keluar bareng. Mengapa aku tak seperti mereka? Pasti kalian bertanya-tanya. Apa aku introvert atau ekstrovert kalian salah.
Jika bergaul aku tentu bisa karena aku cerewetnya minta ampun. Begitulah kesan pertama orang yang mengenalku. Aku juga mudah akrab dengan orang baru. Yang sebenarnya aku tipe orang jika tak di ajak pergi maka tak ikut. Jika tak di ajak ngobrol maka juga diam. Kalau orang yang ku ajak ngobrol cuek aku akan diam. Bukankah benar yang ku lakukan? Daripada aku disekitar mereka tapi seperti raga yang di anggap.
Aku belajar untuk peka terhadap perasaan teman-temanku. Jika aku merasakan mereka tak menyukaiku maka aku tak akan di dekat mereka tapi jika butuh aku akan berusaha menjadi orang terdepan yang membantu mereka. Karena aku tak suka melukai orang lain tapi berusaha semaksimal mungkin untuk tetap bermanfaat untuk orang lain.
Seperti kebetulan aku bertemu dengan Abi Adskhan Fahmi Fawwaz yang memiliki arti ksatria yang memiliki pemahaman/wawasan luas dan selalu beruntung. Dia lebih suka dipanggil Abi karena dalam bahasa Sunda "abdi" yang berarti saya. Dia ingin semua orang tahu jika semua perkataan dan sikapnya adalah keinginannya. Dia juga bercita-cita dipanggil Abi sama anak-anaknya nanti. Abi dipanggil Abi lucu kan haha suatu alasan klise yang lucu wkwk.
Aku bahkan tak tahu bagaimana rupa hidung, mata, wajahnya secara langsung tapi hanya melalui foto. Itu pun juga karena dia ingin menunjukkan sudah tidak tindikan lagi lucu bukan. Dia adalah cowok yang kuat yang mampu perlahan-lahan merintis usaha dari 0 walaupun dia masih merasakan kehilangan seorang mama. Mamanya mengidap kanker bisa kalian bayangkan bagaimana perjuangannya menjaga mamanya? Begitu menyentuh hati walaupun dengan keadaan seadanya.
Aku salut dengan Abi walaupun baru beberapa hari mengenalnya. Dalam beberapa hari Abi mampu mengajarkanku arti teman. Dia tak kasihan padaku tapi malah menggenggam tanganku menguatkan aku. Di saat orang lain hanya berkata sabar, dia dengan berbagai persepsinya mampu mengubah cara pandangku dalam hidup. Dengan ceritanya dia mampu membuatku sadar yang ku alami tak seberapa dengan yang dialaminya.
Aku sendiri bingung dengan sosoknya yang begitu humble dan care padaku. Dia tanpa sungkan bercerita panjang lebar tentang pahit manis hidupnya padaku yang notabenenya baru beberapa hari dia kenal. Satu perkataan yang mampu menggetarkan hatiku.
"Saling percaya ya." Dia mengatakan itu seolah-olah kita sudah bertahun-tahun bertemu. Perkataan yang membuatku merasakan bahagia. Ucapannya membuat aku merasa semua akan baik-baik saja.
Kenyataan aku mudah akrab terbukti bukan. Kini aku sudah mendapatkan teman baru walaupun berteman melalui media sosial tanpa aku merasa dia lebih baik daripada teman di dunia nyataku atau hanya aku yang terlalu melebih-lebihkan tapi itulah yang ku rasakan.
"Ini tulang sikuku yang patah. Masih bisa diluruskan walaupun tidak sempurna," kata Abi sambil mengirimkan gambar sikunya kepadaku setelah dia bercerita panjang lebar tadi. Aku meringis membayangkan betapa sakitnya tangannya. Apalagi giginya juga ada yang tidak berfungsi setelah kecelakaan yang mengubah hidupnya.
"Itu kalau kamu marah jangan dibuat nonjok," kataku.
"Aku tidak berani nonjok pohon paling nonjok benda mati."
"Mending kalau kamu marah lihat bulan sama bintang. Terus marah-marahnya ke bulan sama bintang,"
"Aku sering kok lihat bulan dan bintang," sahutnya.
"Ih ikut-ikutan deh."
"Memang aku suka sama alam termasuk bulan dan bintang. Aku mau bikin kopi ah,"
"Bikin cappucino enak. Rasa pahit dan manisnya pas. Kayak hidupku tapi kebanyakan pahitnya deh wkwk."
"Ikut-ikutan ya haha. Aku juga suka cappucino,"
"Tidak kok wlek,"
Aku tak tahu mengapa sejak pertama kali aku chattingan dengannya hatiku merasakan bahagia. Seperti kekosongan dalam hatiku sudah kembali terisi. Ya mungkin karena aku kesepian makanya senang mendapat teman yang bisa mengerti aku dan menghargai perasaanku. Rasanya bahagia sekali.
Topik obrolan antara kita berdua seakan tak ada yang garing. Aku kerap dibuat tertawa entah karena aku yang kesal dengan sikapnya atau dia yang kesal denganku. Namun sepertinya dia tak mungkin kesal denganku.
Dulu dia adalah pemain tuba. Permainannya sangat bagus begitu harmonis dan menghipnotis siapa pun yang menontonnya termasuk aku. Dari mana aku tahu padahal baru mengenal? Tentu dia yang mengirimkan video permainannya padaku. Andai aku memiliki teman nyata seperti dia pasti menyenangkan. Namun jika dia benar ada di sekitarku pasti sudah untuk mengajaknya keluar wkwk.
"Tadi temenku datang ke rumah," katanya padaku melalui pesan singkat. Akhirnya dia mau berkomunikasi lagi dengan teman-temannya.
"Alhamdulillah aku ikut seneng kamu mau terbuka sama orang lagi."
"Bukan orang baru, aku kenal mereka dari akhir 2010. Hari ini mereka datang dan rencananya kita mau bikin project tadi aku di kasih wanya."
"Iya aku tahu. Tapi kan itu tandanya akhirnya kalian bisa komunikasi lagi kan? Project apa memang?"
"Iya juga ya hehe. Nanti deh kalau sudah terlaksana aku ceritakan. Do'akan ya." Ah selalu seperti itu dia wkwk. Mengenalnya beberapa hari seakan sudah mengenalnya lama. Apa ini the power of kesepian? I don't no lah wkwk.
"Iya pasti. Semangat."
"Mau bikin kopi ah." Begitu sikapnya yang selalu membuatku tersenyum-senyum sendiri. Tapi aku tidak gila ya. Aku hanya senang ada teman karena jujur aku kesepian sekali. Aku juga bingung mau main ke mana karena teman-temanku sibuk sendiri-sendiri. Ya hanya lewat hp aku mendapatkan teman penghibur kesepian.
Jangan lupa baca, vote, dan komen. Boleh memberikan krisar asal dengan bahasa yang sopan. Happy Reading. 😀
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream
Teen FictionTerlihat Zuha memutar story wa teman-temannya semuanya terlihat bahagia bersama teman-temannya. Air mata berhasil lolos dari matanya. Zuha kembali membuka galeri di hpnya, membuka foto bersama teman-temannya. "Semua ini palsu dan hanya formalitas sa...