Akhirnya up juga, aku dah nunggu-nunggu 😂
Selamat membaca 🍑🍑
÷÷÷÷÷÷÷Acara baksos berakhir sesuai jadwal yaitu pukul 14.00, dan sekarang jam tangan Dani menunjukan pukul 13.58. Semua acara sudah beres, tadi dirinya sudah berpamitan kepada perangkat desa bahwa mereka akan kembali ke kampus, dan tak lupa berterima kasih karena sudah banyak membantu. Semua barang-barang sudah dimasukan kedalam bus, sebelum mereka pulang, tak lupa menyempatkan diri berfoto sebagai kenang-kenangan dan dokumentasi.
Setelah semua anak memasuki bus, dan bus melaju meninggalkan halaman balai warga, Dani segera menyuruh anak-anak yang membawa kendaraan juga segera meninggalkan tempat.
Mendekati Rico yang bersiap akan memasuki mobil dan berkata "Co, gue nitip rombongan ya, gue duluan"
Mengangguk paham dan berkata "key, ati-ati lo, jangan sampai kurang fokus"
Setelah berpamitan Dani segera menuju motornya dan pergi menuju kos Caca. Tadi dia sempat berfikir apakah dia akan langsung menemui perempuan itu, atau harus menunggu malam. Sampai akhirnya, Rico dan Galih menemuinya. Awalnya dirinya sempat kaget saat Galih mengetahui bahwa dia dan Caca sedang ada masalah, atau jangan-jangan bukan hanya mereka saja yang tau bahwa hubungannya tengah tak sebagus biasanya?
Rico dan Galih menyarankan agar dirinya segera menemui Caca, urusan anak-anak akan mereka urus, jadi dirinya tak perlu khawatir. Tadi pagi sebelum acara dimulai, dirinya juga sempat berpamitan pada Elsa dan juga Farhan bahwa dia tidak akan kembali ke kampus, karena ada acara yang harus dia urus, dan untungnya mereka berdua mau menerimanya.
Hanya butuh waktu satu setengah jam bagi Dani untuk sampai di depan kos Caca, sekarang jam tangannya menunjukan pukul 16.47. Dirinya segera memarkirkan motor dan memasuki gedung kos disampingnya. Terlihat sepi, mungkin karena weekend, banyak mahasiswa pulang ke rumah, dan belum kembali ke kos, mungkin nanti malam atau besok pagi.
Melangkahkan kakinya menuju kamar kos Caca, dan mengetuk pintu berwana putih itu dengan pelan, tiga kali ketukan tak ada jawaban sama sekali, terlihat sepi dan sunyi. Mencoba memanggil nama perempuan itu pun tak ada jawaban. Hingga akhirnya Dani memutuskan pulang, dirinya akan menghubungi perempuan itu nanti.
***
Dani keluar dari kamar mandi dengan tangan yang sedang mengeringkan rambutnya, terasa segar setelah mandi, setidaknya mengurangi sedikit rasa penat yang dia alami seminggu ini. Duduk di tepi ranjang dengan ponsel yang berada di tangannya, mencari kontak Caca, mencoba menghubungi Caca, dirinya tak sanggup jika harus menunggu hingga besok.
Suara dering terdengar hingga beberapa detik, tapi tak kunjung di angkat, mencoba beberapa kali lagi menelfon, hingga akhirnya tersambungkan dan juga terdengar suara sapaan dari sebrang sana.
"Hallo?" Ucap Caca pelan.
"Lagi dimana Ca? Aku ke kos kamu, kamu ngga ada." Tanya Dani, dia tak ingin berbasa-basi.
"Di rumah." Jawab Caca singkat.
"Kenapa pulang?" Dani sedikit menyergit saat mendengar jawaban singkat Caca.
"Di kos ngga ada temen."
"Ada yang mau aku omongin, aku jemput?" Tawar Dani berharap Caca mau mengiyakan ajakannya.
"Dah sore, aku yakin kamu juga baru pulang."
"Aku ngga cape, aku jemput sekarang. Sejam sampe, jangan tidur dulu."
Setelah memutuskan sambungan telfon, Dani segera mengambil jaket dan kunci mobil, menuruni anak tangga dan tak lupa berpamitan kepada sang Bunda.
Hanya butuh waktu satu jam lima belas menit untuk Dani sampai di depan rumah orang tua Caca, memarkirkan mobilnya dan segera turun untuk menekan bell rumah itu. Dani sedikit gugup, pasti orang tua Caca ada di rumah, tak mungkin perempuan itu pulang jika di rumah tak ada orang tuanya.
Pintu besar berwarna coklat itu terbuka, menampilkan Caca yang berdiri di hadapannya dengan wajah sedikit menunduk, sudah pasti perempuan itu tak ingin bertemu dengannya. Mata gadis itu sedikit sayu, pasti sisa tangis semalam.
"Masuk." Caca mempersilahkan Dani memasuki rumahnya.
"Mamah papah? Ada?" Dani bertanya setelah duduk tenang di sofa ruang tamu tersebut.
"Baru aja pergi, mau minum apa?"
Dani menggenggam pergelangan tangan Caca, saat dirinya tau perempuan itu akan pergi, ataupun akan memilih duduk di depannya.
"Duduk dulu, aku ngga butuh minum, tadi sempet mampir beli di jalan."
Caca menuruti kemauan Dani, perempuan itu duduk tepat disebelah Dani. Tercium bau mint menggelitik indra penciuman Caca, Dani pasti sebelum kesini menyempatkan mandi terlebih dahulu, lelaki itu terlihat sangat segar.
Dani merangkulkan tangannya ke sandaran sofa di belakang Caca, merapatkan duduknya dan menggenggam satu tangan perempuan itu, Caca terlihat diam, biasanya perempuan itu yang akan dengan agresif melakukan skin ship dengannya, kali ini berbeda.
"Sampai kapan disini?" Tanya Dani sambil mencoba melihat raut wajah Caca.
"Belum tau." Perempuan itu menjawab dengan singkat dan datar.
"Pulang yuk, ngga kangen sama aku? Disini ngga bisa kangen-kangenan." Ucap Dani diselipi kekehan geli.
Caca dengan cepat berbalik dan menghadap Dani, apakah dirinya tak salah dengar? Lelaki itu sedang bercanda? Di situasi seperti ini?
Membelai pelan pipi Caca, sambil mencubitnya manja Dani gemas ingin mengigitnya "Jangan melotot gitu, ayo pulang. Aku kangen, banyak juga yang harus kita selesain. Cape kan salah paham terus."
Caca diam, dia bimbang, apakah menuruti kemauan Dani, atau tidak. Dirinya masih kesal terhadap lelaki itu, tapi dia juga tak betah dengan situasi seperti ini.
"Ngga usah banyak mikir, kamu ngga cocok mikir terlalu serius, udah ayo pulang. Aku tau kamu masih kesel banget sama aku. Tapi, semakin lama kita menghabiskan waktu, semakin lama kamu bersedih. Ayok!" Dani mengecup pelan bibir Caca dan melumatnya sedikit, lelaki itu gemas. Astaga, bibir Caca sangat menggoda.
Caca cemberut saat lumatan Dani terlepas, dirinya kesal lelaki itu seenaknya menciumnya. Tidakkah Dani tau bahwa dirinya masih benci dengan lelaki itu.
"Ngga usah cemberut, jangan bikin aku narik kamu ke kamar atau ke mobil ya, sebelum masalah kita selese, ayo berdiri." Dani berdiri dan mengulurkan tangannya dihadapan Caca.
"Aku ambil tas dulu." Caca berdiri tanpa menerima uluran tangan Dani, dirinya masih kesal. Catat itu.
Dani tersenyum melihat Caca berjalan menuju kamarnya, selagi menunggu Caca, dirinya menyempatkan diri membuka ponselnya yang seharian ini tak dia buka. Banyak pesan masuk, dan juga panggilan tak terjawab. Perhatiannya jatuh pada kontak Elsa, perempuan itu menghubunginya beberapa kali dan mengirimnya pesan yang cukup banyak, Dani membuka pesan tersebut dan membacanya, tapi tak sempat membalas saat Caca berdiri di depannya tanpa sepatah kata apapun, perempuan itu masih marah.
"Ayo!" Dani merangkul pinggang Caca dan merapatkan ke tubuhnya, mencium kepala perempuan itu dan menghirup harum wangi shampoo kesukaannya.
"Hmmm, kamu ngga cape? Mau gantian?" Ucap Caca pelan
Dani berhenti melangkah saat mendengar ucapan Caca, tersenyum lembut dan mencium pipi pacarnya itu dengan gemas lalu menggeleng pelan.
"Ngga cape, masih kuat juga kalo nanti habis selese masalah, kita main sebentar." Dani tertawa melihat Caca semakin cemberut, pacarnya itu memang tak ada duanya.
24Juli2020
Main apa bang?
Main cium-cium anak orang.
Caca juga, ngga nolak.
Hmm 😂 kok aku yang sensiGuys, berhubung yang baca lumayan banyak, sampe 300 lebih di part sebelumnya, aku naikin vote jadi 60 ya...
Ayo semangat 😂

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Pacarku! (21+)
ChickLit⚠️ 21+ ==== "Aku tu, masih ngga habis pikir" ucap Linda memandang lelaki jangkung yang berdiri jauh dari tempat duduknya. "Ngga habis pikir kenapa?" tanya Rara mengikuti arah pandang Linda. "Orang kaya kak Dani kok mau sih sama Caca?" jawabnya sambi...