10

34.4K 1K 32
                                    

2agustus2020

Aku tunggu vote hingga di atas 1rb baru up selanjutnya ya...

***

Dani mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, tangan kirinya menggenggam erat tangan perempuan yang berada di sampingnya. Sesekali mencium punggung tangan Caca, Dani rindu pacarnya.

"Suka naik mobil atau motor?" Dani bertanya kepada Caca, mencoba mengajak berbicara perempuan itu.

Caca hanya memandang Dani diam, pertanyaan lelaki itu aneh baginya, terlalu rancu, jika dirinya menjawab mobil apakah akan dia akan di cap perempuan matre? Dan jika memilih motor, apakah akan di anggap berbohong?

"Hm? Kenapa ngga jawab?" Dani masih berusaha mengajak Caca berbicara, perempuan itu tak menolak saat tangannya di genggam, bahkan sekarang punggung tangan perempuan itu tengah iya ciumi.

"Kenap emang? Kalo aku jawab mobil, aku cewe matre gitu?" Ucap Caca sedikit kesal.

Dani tersenyum lebar, Caca lebih cocok jutek dan kekanak-kanakan seperti ini, mencium punggung tangan Caca hingga berbunyi keras dan berkata "Mulai malam ini, aku lebih suka naik mobil kalo sama kamu, bisa manja-manjaan, besok kaca mobilku aku ganti yang lebih gelap."

"Mau ngapain kamu pake mobil yang kacanya gelap?" Tanya Caca sambil memandang Dani dengan curiga.

Tawa Dani pecah, dirinya seperti lelaki mesum yang tertangkap basah sedang memikirkan cara agar bisa melakukan hal mesum tersebut "Biar kalo pengen, ngga ada yang liat"

Caca dengan cepat memukul lengan Dani dengan keras, apa katanya? Kalo pengen? Lelaki itu sudah gila.

"Lupa kalo kamu ketua BEM?" Caca berucap pelan, dirinya tak mau membuat Dani tersinggung.

"Ck! Aku tu pacar kamu, kalo di luar kampus ya bebas aku mau ngapain. Lagi pula ngga mungkin kamu laporin aku ke advokat kampus." Dani sedikit kesal jika hubungannya di bawa-bawa dengan urusan BEM.

"Bebas mau ngapain, termasuk pergi sama sekretaris kamu? Jadi itu urusan pribadi atau organisasi? Di mall kan itu, bukan kampus." Caca berbicara lirih, tapi Dani mendengarnya dengan jelas.

Menghela nafas kesal, Dani tak menjawab ucapan Caca, berbahaya jika harus meluruskan masalah di tengah jalan seperti ini, lebih baik dirinya menaikan kecepatan agar segera sampai di kos perempuan itu.

Jam tangan Dani menunjukan pukul 9 malam saat dirinya memarkirkan mobil di garasi mobil kos Caca, saat tadi akan memasukan mobil, Caca sedikit menyergit bingung, tapi dengan cepat Dani berkata bahwa dirinya ingin bermalam di kos perempuan itu.

Tanpa menunggu Dani, Caca terlebih dahulu berjalan menuju kamarnya, terdengar sayup-sayup suara televisi dan juga obrolan orang lain, hari Minggu sore memang biasanya lebih ramai daripada hari biasanya.

Dani mendekati Caca yang terpaku di depan pintu, entah sedang melamunkan tentang apa, dengan pelan Dani merangkul pundak Caca dan berbisik "Ayo masuk."

Dani menuntun Caca untuk duduk di sofa depan Tv, menurutnya ini tempat paling aman jika akan membahas semua kesalah pahaman diantara mereka.

"Aku mau ganti baju dulu." Caca berdiri dan pergi memasuki kamar.

Getaran ponsel yang diiringi bunyi tanda masuk pesan mengalihkan pandangan Dani yang sedang menonton Tv, seharian ini dia memang enggan memegang ponselnya, tak ada yang menarik.

Caca datang membawa dua gelas jus jeruk dan pizza, entah pizza kapan dia menemukannya di dalam lemari pendingin, tadi sebelum berganti pakaian dirinya menyempatkan diri menghangatkannya terlebih dahulu, Caca paham betul bahwa Dani sangat suka menonton Tv sambil mengemil.

"Perhatian banget sih." Ucap Dani saat melihat Caca duduk di sampingnya sambil meletakan nampan di hadapannya.

"Mau mulai dari mana?" Tanya Dani sambil meminum jus yang Caca bawakan untuknya.

"Ngga tau."

"Sini peluk, ngga enak kalo deket-deket tapi ngga peluk kamu." Dani merentangkan tangannya menyuruh Caca datang memeluknya.

Sempat ragu, tapi akhirnya menuruti kemauan Dani, Caca beringsut masuk dalam pelukan hangat lelaki itu, menghirup rakus aroma tubuh Dani adalah salah satu kegiatan kesukaan Caca.

"Okey, kalo kamu jawab ngga tau. Aku tanya, mulai kesel sama aku dari kapan?" Dani membelai pelan rambut Caca sambil sesekali mencium pucuk kepala perempuan itu.

"Lama bales pesanku." Cicit Caca pelan

"Kan kamu tau seberapa sibuknya aku ngurusin acara baksos?"

"Kamu lebih milih sponsor dari Elsa dari pada aku." Caca mendongak untuk dapat melihat wajah Dani.

Dani gemas, mencium bibir Caca dan sedikit melumat sebelum menjawab "aku ada alasan sendiri, waktu itu dah mepet. Posisi aku emang habis ngurus sponsor sama Elsa, mau telfon kamu tapi aku tau kamu masih ada kelas. Lagi pula, dah sering banget aku minta sponsor sama Papahmu, ngga enak sayang."

"Papah ngga pernah keberatan Dan, Papah malah seneng kamu minta tolong sama dia." Caca masih tak terima dengan keputusan Dani.

"Aku yang ngga enak, keluargamu terlalu baik sama aku yang" Dani tak bisa fokus dengan bahasannya saat ini, bibir Caca terlalu menggoda.

"Jangan cemberut gitu please yang. Sumpah, aku ngga bisa fokus." Ucap Dani sambil mencium bibir Caca yang sedikit terbuka, kesempatan itu tak akan di siakan olehnya, bermain lidah sebentar tak akan masalah.

"Eeuughh... " Caca mendesah saat Dani semakin memperdalam lumatan di bibirnya, tangan lelaki itu sudah meremas pelan payudaranya.

Sadar bahwa suhu tubuhnya sudah meningkat, Dani segera melepaskan ciumannya, melihat Caca yang semakin memanyunkan bibirnya karena aktifitasnya terhenti membuat Dani terkekeh geli, bukan hanya dia yang merindu disini.

"Selesain dulu masalah, aku ngga mau numpuk masalah sayang. Dan juga, mukanya di kondisikan, jangan bikin aku makin nafsu."

Caca semakin cemberut, dia menegakan tubuhnya dan melipat kedua tangan di depan dada, memandang Dani dengan pandangan kesal.

"Yang main nyosor siapa dari tadi, aku mulu yang disalahin."

Dani gemas, tawanya pecah, sungguh Caca memang tak cocok jika harus bertingkah diam, sifatnya yang mudah marah dan tak mau disalahkan sangatlah cocok dengannya, bagi Dani melihat Caca seperti ini jauh lebih seksi dan juga semakin membuatnya mengeras dibawah sana. Cacanya sudah kembali.

"Ya udah, sekarang aku tanya. Mau lanjutin yang barusan? Atau mau ngelesain masalah dulu?" Ucap Dani, dirinya tak masalah dengan keduanya, dia akan menuruti kemauan pacarnya itu.

Caca berbalik badan dan menghadap Dani, raut muka Dani serius, tapi masih terlihat ramah dan jinak, dengan gerakan cepat dirinya mendekat dan mengalungkan tangannya ke leher lelaki itu, menciumnya dalam dan menuntut.

Dani hanya bisa mengikuti kemauan Caca, membalas ciuman perempuan itu, sambil memeluk pinggang Caca dan mengusapnya pelan. Dani selalu menyukai Caca yang seperti ini, agresif dan sangat menginginkannya.

Ciuman mereka berdua semakin dalam, sedikit menghisap dan mengulum lidah satu sama lain, baju tidur yang dikenakan Caca sudah tersingkap hingga ke pinggang, Dani ingin menyentuh langsung kulit lembut Caca.

Erangan Caca membuat Dani semakin bersemangat menjamah tubuh perempuan itu, dan membuat Caca semakin mengerang. Caca mendorong pelan Dada Dani, saat merasakan dirinya kehabisan nafas, keduanya terengah kasar, mencoba mengambil nafas sebanyak-banyaknya.

"Pindah kamar" Dani merentangkan tangannya, dan Caca dengan cepat mengalungkan tangannya pada leher Dani, membenamkan mukanya di pundak Dani dan menghirup rakus tubuh lelaki itu.

Dani beranjak dari sofa dengan Caca yang berada di gendongannya berjalan menuju kamar lalu tak lupa menutup pintu kamar perempuan itu dan menguncinya.





Loh? Kok?
Heh kalian, masalah belum selese udah main nananina. 😏
Itu ngapain bang, sampe di kunci segala pintunya?

Dia Pacarku! (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang