6

34.3K 1.2K 55
                                    

Rico memarkirkan mobilnya disebelah bus besar yang menjadi alat transportasi seluruh anak BEM. Total anak BEM yang mengikuti acara baksos ini kurang lebih 30 orang. Belum termasuk alumni dan juga tamu undangan. Mereka sampai menyewa balai  warga yang cukup besar. Bersyukur balai warga tersebut memiliki beberapa bilik ruangan, jadi tak perlu lagi meminta tempat tambahan untuk memisah antara anak laki-laki dan perempuan.

Jam tangan Rico menunjukan angka 8.10 malam. Perjalanan yang cukup panjang baginya, kemarin waktu survei ke tempat tersebut. Dirinya hanya membutuhkan waktu 2 jam kurang. Sekarang bahkan hampir 3 jam. Sedikit pegal apalagi siang tadi dirinya ada praktikum di bengkel.

Galih mendekati mobil Rico saat melihat lelaki itu membuka bagasi belakang "baru dateng bang?"

"Iya nih, habis nenangin macan betina" kepala Rico tersentak sesaat Rara dengan keras memukulnya.

"Shit! Sakit Ra. Heran gue, bisa-bisanya bang Raka betah sama lo" Rico mengusap tengkuknya seraya memerintahkan Galih untuk mengangkat beberapa kardus yang dia bawa.

"Apaan ini bang?" Tanya Galih heran, pasalnya kardus itu lebih dari satu. Dan semua barang baksos sudah dibawa tadi siang.

"Jajan, noh dari bu bos" Rico mengendikan bahu seraya menunjuk Caca dengan dagunya

Bergumam lirih "Dah di sakiti sama bapaknya, masih aja perhatian sama anak-anaknya" Galih sedikit menyergitkan dahinya saat mendengar ucapan Rico.

"Ini buat anak-anak bang? Martabak manis sama telor bukan si? Gilak. Pas banget tadi anak-anak ngeluh ke gue minta jajan" Galih dengan senang hati memanggil beberapa anak untuk mengangkut semua kardus berisi martabak. Sebelum pergi dirinya melirik sekilas pada Caca, gadis itu tak biasanya hanya berdiam diri. Dan, ada apa dengan kacamata hitamnya itu.

Caca, Rara dan Linda berjalan memasuki balai warga. Kamar perempuan ada di bagian paling belakang. Cukup luas, ruangan berukuran 8x4 meter itu berisikan 4 buah kasur beralaskan karpet lantai dan dua buah kipas di bagian sisi tembok. Terdapat juga satu buah dispenser di ujung ruangan, dan satu buah meja belajar untuk meletakan tas ataupun barang bawaan. Beberapa koper dan tas sudah berjejer rapi disisi tembok.

Ketiganya merapikan barang bawaan dan berniat membersihkan diri. Setidaknya berganti pakaian yang lebih nyaman untuk tidur. Ruangan tersebut di gunakan untuk kurang lebih 15 mahasiswi. Tapi pasti nanti ada saja yang tidak tidur. Memilih tidur disela-sela acara ataupun waktu.

"Kalian laper ngga? Tadi aku tanya anak konsumsi. Katanya dah pada makan tadi, dan dah abis. Rico nawarin sih kalo mau makan dia bakalan cari diluar" ucap Rara diambang pintu. Dirinya sempat merasa lapar, sehari ini hanya makan masakan Linda di kos Caca.

Caca menggeleng pelan menolak ajakan Rara, dirinya tak merasa lapar. Sedangkan Linda memilih untuk makan biskuit yabg mereka bawa, sudah malam dan dirinya enggan jika harus keluar lagi. Rara mengangguk paham dan meninggalkan kedua sahabatnya itu, dirinya lapar dan akan menyuruh Rico untuk membelikannya makanan.

====

Jam sudah menunjukan pukul 10.30 malam, tapi tempat itu masih terasa ramai. Anak-anak berkumpul membicarakan banyak hal ditemani kopi dan juga martabak pemberian Caca. Dani baru saja selesai mengurusi beberapa hal bersama Elsa, bertandang ke rumah kepala desa sebagai formalitas meminta ijin kembali masalah acara baksos.

Melihat anak-anak yang sedang asik mengobrol dan mengemil Dani sedikit bingung melihat banyak kardus martabak di ruangan tersebut. Mendekati Galih dan bertanya "lo yang beli martabak?"

Galih berdiri dan menggeleng cepat "Bukan, bu bos yang beli. Aku kira malah abang yang nyuruh buat beliin kita"

Beberapa mahasiswa yang melihat Dani mendekat mengucapkan terima kasih kepada Caca lewat dirinya "Makasih ya bang, bu bos ni emang paling pengertian"

Dani hanya mengangguk paham dan menanyakan dimana keberadaan perempuan itu. Saat dia mengetahui bahwa Caca sudah berada di kamar. Dani pergi menyusulnya.

Dani berdiri di depan pintu, dirinya tak bisa asal masuk kedalam kamar tersebut didalam pasti tidak hanya ada Caca. Berdeham pelan sebelum berucap "Gaes, di dalem ada Caca ngga? Boleh minta tolong panggilin?"

Dani sedikit kecewa saat mendapati bahwa Linda yang keluar untuk menemui dirinya. Linda sadar bahwa lelaki didepannya sedikit kecewa melihat wajahnya.

"Caca barusan tidur bang, aku ngga mau bangunin juga. Habis minum obat soalnya, kasian cape" Ucap Linda sambil melihat gelagat Dani di hadapannya.

"Oh, minum obat apa? Dia sakit? Tadi waktu gue ketemu di mall dia ngga pucet kok" tersirat perasaan khawatir mendengar Caca meminum obat. Dia paham betul perempuan itu tak mudah sakit.

"Kecapean juga kayanya bang, minum obat penurun demam doang. Soalnya dia takut kalo besok tumbang, ngga panas banget kok. Masih normal panasnya. Besok juga sembuh" ucap Linda menerangkan. Caca setelah berganti pakaian merasa sedikit deman, dia meminta kepada dirinya obat penurun panas. Takut besok menjadi lebih parah dan merepotkan banyak orang katanya.

"Okey deh, gue minta tolong jagain dia ya. Kalo ada apa-apa kabarin gue aja" ucap Dani sambil berpamitan pergi. Gagal lagi ketemu, batinnya.

****

Pagi hari Caca bangun lebih awal daripada yang lain. Mungkin juga karena efek obat yang dia minum semalam. Dirinya langsung merasa mengantuk dan tidur. Jam tangannya masih menunjukan pukul 04.45 waktu setempat. Cukup dingin mengingat tempat baksos yang dipilih memang lebih tinggi dari tempatnya tinggal. Memutuskan untuk membersihkan muka dan menyikat giginya Caca bangkit dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Setelah selesai membersihkan diri, Caca kembali ke kamar untuk mengambil jaketnya. Dia memutuskan untuk berjalan santai atau hanya melihat-lihat daerah sini. Menggunakan kacamata dengan lensa berwarna putih dan mengantongi kacamata hitam dirinya melangkahkan kaki menuju pintu depan.

Langkahnya terhenti saat melihat Dani dan Elsa sedang duduk bersantai di teras depan. Tampaknya sedang membahas acara untuk hari ini. Caca memilih berputar arah dan keluar lewat pintu samping. Dirinya belum ingin berbicara dengan mereka berdua. Akan sangat terasa canggung.

Galih tersentak kaget saat dirinya melihat Caca berdiri diambang pintu. Gadis itu memakai baju tidur berwarna cerah, dan sekarang masih pukul setengah 6 pagi. Masih sedikit gelap, dan anak-anak jelas bangun sedikit siang. Karena acara memang dimulai pukul 10 nanti.

"Suka bener bikin orang kesel, Ngga cerewet ngga diem" Galih sedikit berdecak kesal, pasalnya dia hampir terjungkal saking kagetnya. Wajah Caca sungguh tak enak dipandang, banyak masalah pasti perempuan itu.

"Dah sembuh lo? Katanya semalem demam? Gue baru tau lo bisa sakit" tanya Galih sambil mengikuti Caca dari belakang.

Caca tak menjawab dirinya hanya ingin berjalan kaki menikmati suasana pedesaan. Syukur kalau bisa numpang sarapan di rumah warga. Dirinya lapar, tapi tak berani membangunkan Rara dan Linda. Mau minta tolong Rico, dia pasti akan marah karena tidurnya terganggu. Yang biasa mengantarkan dia kemana-mana, sedang sibuk dengan perempuan lain. Ya sudah, dirinya mengandalkan kakinya sendiri saja. Beruntung bertemu Galih, dan saat ini lelaki itu sedang berjalan disampingnya. Setidaknya Caca tak perlu takut jika bertemu orang asing.

Keduanya berjalan berdampingan dengan diam. Galih yang paham bahwa Caca sedang memiliki banyak masalah. Dan Caca yang lelah memikirkan masalahnya ditambah sekarang dirinya sangat lapar.

Caca berhenti dan mendongak melihat Galih, lelaki itu tingginya hampir sama dengan Dani.

"Gue. Laper" ucap Caca dengan wajah cemberut

Galih terkekeh geli dan mengangguk paham sambil mengusak pucuk kepala Caca hingga sedikit berantakan. Cacanya kembali. Dengan pelan Galih menggenggam tangan perempuan itu dan mengajaknya mencari makan bersama.

Loh? Loh?
Mas Galih, kamu ngapain itu gandeng-gandeng?

Okey, buat next part, 30 vote ya... Pasti bisa, part sebelumnya udah 28... Part 6 pasti bisa 30.
Semangat!

Dia Pacarku! (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang