3

39.2K 1.1K 17
                                    

Sudah beberapa hari ini Caca tidak bertemu dengan Dani. Pacarnya itu super sibuk mendekati hari H baksos BEM. Pasalnya, acara kali ini lebih besar daripada acara baksos biasanya. Melibatkan seluruh anggota BEM, acaranya pun 2 hari 3 malam. Dana yang dibutuhkan pun banyak, Dani ingin memberikan bantuan yang tak sedikit. Dan itu masalah terbesarnya, mengumpulkan beberapa sponsor besar yang tidaklah mudah.

Caca beberapa kali sudah menawarkan bantuan. Perusahaan orang tuanya memang biasa menjadi sponsor dalam acara kampus. Apalagi jelas ini acara Dani, orangtuanya jelas akan sangat senang membantu. Tapi semua itu ditolak Dani, dia berkata bahwa ingin menggunakan kemampuannya sendiri.

"Ngga pesen makan Ca? Ngga ada duit kamu?" Rara sedikit heran dengan sahabatnya satu itu. Memilih duduk didepan Caca dan memesan beberapa makanan. Tak biasanya, Caca melamun di kantin. Biasanya perempuan itu akan menganggunya dengan tingkah jahilnya.

"Dani susah banget di hubungi Ra. Di WA pagi, siang, sore, malem tapi balesnya besok" keluh Caca sambil menempelkan pipinya di meja kantin.

"Bang Dani lagi ngurus proposal kan? Tadi aku liat Elsa pasang story" ucap Linda memandang bingung Rara yang sedikit melototinya.

"Dah lah Ca, nanti malem kan ketemu. Rapat besarkan? Lagi pula habis acara aku yakin kalian bakalan nempel kek perangko lagi" Rara tau seberapa Caca tak suka dengan Elsa, sekertaris 1 Dani.

Apalagi banyak mahasiswa yang menyebut Dani dan Elsa pasangan yang serasi. Baginya, mereka gila. Sudah jelas bang Dani berpacaran dengan Caca. Masih saja ada yang menjodohkan Dani dengan perempuan lain. Seperti di dunia ini lelaki hanya satu saja.

"Gue ngga kuat Ra, sampe ku mute story tu cewek"

"Aku bahkan sampai lupa kalo bang Dani punya moge" ucap Linda

"Byson ngga termasuk moge Lin, Tmax baru moge. Tenaga aja kalah sama vixion" Caca mencibir Linda, dirinya terkadang gemas dengan perempuan itu.

"Iya deh, yang mbeliin Tmax atau Tirex buat abang kesayangan" ejek linda, dirinya sempat kaget saat mengetahui bahwa motor yang selama ini digunakan bang Dani adalah motor Caca.

***

Biasanya, akan diadakan Rapat besar terakhir. Dimana semua anggota BEM akan hadir bahkan beberapa alumni juga turut hadir dalam rapat terakhir. Rapat diadakan sore hari pukul 15.00 dan biasanya akan berakhir malam hari. Caca, Linda dan Rara turut hadir dalam rapat tersebut. Beruntuk sore itu ketiganya tidaklah memiliki jadwal kuliah sehingga dapat mengikuti rapat dari awal.

"Tumben kamu duduk disini? Biasanya noh di depan?" Ucap Rara saat melihat Caca memilih duduk disampingnya.

Menggeleng pelan dan memberi alasan agar memudahkam dirinya jikalau akan keluar. Beberapa kali melirik Dani yang tengah sibuk membahas sesuatu dengan panitia intern didepan sana, helaan nafas keluar berturutan.

"Gue boleh kan duduk disini?" Ucap seorang lelaki membuyarkan lamunannya.

"Boleh" Caca mengangguk mengijinkan. Bagas, mahasiswa jurusan elektro. Dia tak begitu mengenalnya, tapi tau sedikit tentangnya. Salah satu mahasiswa yang di sukai banyak perempuan.

"Lagi berantem?" Tanya Bagas mencoba mengajak Caca berbicara.

"Gue? Sama siapa?" Tanya Caca bingung.

Bagas menunjuk Dani dengan dagunya seraya berkata "ngga sopan banget ya gue? Kenalan aja belum tapi dah main sok tau. Kenalin gue Bagas anak elektro"

Mengangguk pelan seraya mengulurkan tangan "gue tau lo kok, Bagas anak elektro. Ya walaupun cuma tau nama. Gue Caca anak busana"

"Btw, kenapa lo bilang gue berantem sama Dani?" Caca penasaran sedan satu pertanyaan itu.

"Keliatan aja, lo biasanya kalo rapat ngga akan duduk jauh gini. Pasti disebelah dia. Tapi ini jauh bener. Anak lain juga paham itu kok, lo yang suka nempelin bang Dani kemana aja"

Caca mendengus kesal. Ternyata dirinya dianggap perempuan yang suka menempeli Dani, pantas saja banyak orang yang menganggap sebelah mata pada hubungannya.

Rapat berjalan dengan baik. Semua PJ mendapatkan solusi akan semua kekurangan yang belum terselesaikan. Jam menunjukan pukul 9 malam, setelah beristirahat untuk makan malam rapat kembali dilanjutkan. Selama itu Caca dan Dani tidak bertegur sapa sama sekali. Beberapa anak sudah mulai curiga, Caca yang diam tidak seperti biasanya. Dan Dani yang tampak acuh terhadap Caca.

"Jadi dari gue, Galih. Sebagai bendahara ya. Laporan sponsor yang masuk ke gue dari 10 sponsor besar. Hanya baru kekumpul 6 bang. Masih ada 4 sponsor besar yang blm ada kabar. Total dana yang kurang 36 juta dari 100 juta yang kita butuhin. Barang udah kebeli semua sih uang ini buat akomodasi kita disana sama sewa bus" ucap Galih selaku Bendahara dalam acara tersebut.

"Oh, gue lupa kasih tau. Jadi untuk 4 sponsor besar yang ngga ada kabarna itu. Bakalan diambil alih sama Elsa. Perusahaan orangtuanya setuju buat bantu kita. Baru gue urus sih kemaren, humas juga lagi bikin proposal kalo ngga salah. Karna mendadak banget, jadi gue lupa kabarin lo lih" terang Dani panjanng lebar.

"Weh, penyelamat emang bu sekre. Makasih ya bu, salamm buat orangtua" Galih berkata sambil bercanda.

"Buat humas, nanti kalau proposalnya udah jadi. Langsung kasih ke gue atau Elsa. Biar bisa langsung diurus. Takutnya uangnya dibutuhin banget sama Galih" tambah Dani

"Uangnya bisa turun malem ini kok dan, proposalnya bisa nyusul. Ngejar buat tandatangan WD (wakil dekan) aja" terang Elsa seraya memegang lengan bagian atas Dani.

Galih menyergit sedikit tidak nyaman. Terasa ada yang aneh tapi dia lupa apa itu. Saat dia teringat akan Caca, lelaki itu mencoba mencarinya. Tatapannya jatuh pada perempuan yang duduknya jauh disana. Walaupun jauh dia tau bahwa Caca terlihat kecewa. Entah pada siapa.

"Makasih El" Dani tersenyum ramah menjawab ucapan Elsa.

Rapat selesai pukul 11 kurang 15 menit malam hari. Caca beranjak dari tempat duduknya. Dia lelah, ingin pulang dan tidur. Besok ada kuliah pagi menunggunya.

"Kuat nyetir bu? Atau mau aku anter? Biar orang bang Raka yang bawa mobilmu. Linda juga ikut aku kok" Rara menawarkan diri. Dirinya tau betul seberapa kecewanya Caca. Tapi perempuan itu tak bisa melakukan hal apapun saat ini. Anggukan Caca menjawab pertanyaan Rara dengan lemas.

"Ka, kamu bareng lucas kan? Dia suruh bawa mobil Caca dong. Caca bareng kita ya" Rara merangkul lengan Raka sesaat gadis itu melihat Raka keluar dari mobilnya.

Anggukan pelan Raka berikan seraya melihat kedua sahabat pacarnya "yaudah, masuk" Raka mendorong pelan Rara untuk menduduki kursi penumpang disebelah pengemudi.

"Udah, ngga usah dipikirin. Pasti bang Dani punya alasan sendiri. Inget besok kuliah pagi" Linda berucap sambil mengusap lengan Caca menenangkan

"Kamu mau aku temenin? Besok aku ngga ada jadwal kuliah" Rara menawarkan diri, pasalnya jarang dia melihat Caca selelah ini.

Dengan cepat Raka menimpali "Dani bisa brengsek juga to. Aku kira engga" Pukulan keras Rara berikan di lengan Rara.

Sesampainya di kos, Caca membersihkan diri dan bersiap akan tidur. Dirinya ada kuliah praktikum besok pagi, tak bisa di lewati apalagi membolos. Dirinya terpaku saat melihat layar handphonenya menampilkan satu pesan dari orang yang selama ini membuat dirinya kesal.



Dah tidur Ca? Balik sama siapa? Aku liat mobilmu masih ada di parkiran depan gedung BEM?



Caca enggan menjawab. Bahkan saat ini pacarnya itu menelponnya. Biarkan saja, daripada moodnya lebih hancur. Dia memilih tidur, dan berharap besok akan lebih baik dari pada hari ini.











Duh, bang Dani.

Kok gitu sih?

Sabar ya Caca, besok aku kasih pelajaran buat dia
(Ketawa jahat)

Dia Pacarku! (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang