9

533 65 38
                                    

Bagian kesembilan dari cerita.
Sekali lagi, ini hanya FANFICTION.
Happy Reading!

***

Lisa mengacak-ngacak rambutnya frustasi, kemudian diraihnya secangkir kopi dari sebelah mejanya, sembari kedua matanya yang dipaksakannya untuk kembali fokus kearah potongan paragraf yang memenuhi buku tebal didepannya itu.
Namun, sedetik kemudian, wanita itu meletakkan cangkir kopinya ke atas meja, dan kemudian membanting punggungnya kearah senderan kursi dan kemudian membuang nafas berulang kali dengan keras, membuat atensi Chaeyoung kini beralih cepat kearah sobatnya itu.

"Ya..ada apa denganmu, hah?"

"Chaeyoung!" Lisa kini memanyunkan bibirnya dan menatap Chaeyoung dengan memelas. "Percuma saja aku belajar berulang kali, kalau nyatanya aku tetap bodoh seperti ini!"

Chaeyoung tergelak. Dia pun membenarkan posisi duduknya diatas kasur Lisa dan kemudian menyentil dahi wanita Lee itu. "Ya! Kecilkan suaramu. Kau mau Naeun eomma mendengarnya dan kembali menceramahimu, hah?"

Lisa sudah menatap Chaeyoung pasrah saja sekarang. Dia menatap sebal kearah buku pelajarannya yang kini terbuka lebar didepannya. "Kenapa kita harus terus belajar, sih? Apa mereka pikir otak kita sebagai siswa bisa menampung semua isi bacaan itu seperti seorang robot handal, hah?!"

Chaeyoung mengangguk, ikut setuju dengan perkataan Lisa tersebut. "Iya juga. Harusnya, kita tidak perlu menghafal 10 lembar halaman seperti ini. Memangnya kapasitas otak kita cukup menampung semua ini?"

Memang, saat ini Lisa dan Chaeyoung tengah berada dirumah Lisa, karena sebelumnya mereka berdua sudah janjian untuk belajar bersama dalam rangka menghafal 10 lembar halaman materi seni untuk ujian hari Senin depan.

Namun, sudah hampir 2 jam mereka disini, Lisa bahkan hanya mampu menghafal 1 paragraf kecil dari sana, seolah jika dipaksa, otaknya bisa mendidih sekarang juga.

Dia tidak bisa dan tidak kuat dengan semua ini!

"Kalau kita minta bantuan pada Sehun, kita hanya akan membuat konsentrasinya pecah." Gumam Chaeyoung tiba-tiba. "Bagaimana...kalau kita minta bantuan Jennie saja? Aku yakin dia pasti bisa membantu kita,entah itu membuat catatan kecil, mungkin?"

Memang, selain Jisoo yang kerjaannya hanya suka menyalin jawaban tugas Jennie, Lisa dan Chaeyoung kadang juga ikut menempeli wanita Kwon itu, untuk meminta Jennie menulis beberapa catatan pendek untuk mereka berdua.

Istilahnya, contekan kecil.

Jennie memang sudah sering mereka berdua manfaatkan seperti itu.

Tapi anehnya, Jennie masih saja mau berteman dengan mereka.

"Kau benar." Lisa tiba-tiba bangkit dari kursinya, menutup buku seninya dengan kasar dan langsung menarik tangan Chaeyoung. "Ayo! Sebaiknya kita minta Jennie untuk membuatkan kita coretan kecil. Dia pasti mau membantu kita!"

Memang, hanya Lisa dan Chaeyoung yang bisa dikategorikan sebagai teman tidak tahu diri.

***

Jennie memandang kearah cermin diwajahnya, berusaha menahan kagetnya begitu melihat kantung matanya yang kini tampak membesar, dan sekarang malah menjadi warna kehitaman.

Seketika, wanita itu meringis.

Jennie kembali mengingat saat kemarin malam, ketika dirinya yang tidak bisa tidur semalaman suntuk, karena isi kepala wanita Kwon itu yang selalu saja dipenuhi bayangan seorang Choi Jongin.

Yaampun, Jennie mau menangis saja sekarang.

Dia bahkan tidak mengerti kenapa dia bisa-bisanya tidak bisa tidur karena terus-terusan memikirkan Jongin, apalagi mengingat kembali kejadian saat dimana Jongin dan Seulgi yang tampak sangat serasi, tertawa bersama didepan pintu kelas mereka, seolah keduanya bahagia.

stayingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang