11

487 60 23
                                    

Bagian kesebelas dari cerita.
Sekali lagi, ini hanya FANFICTION.
Happy Reading!

***

Jisoo melangkahkan kakinya dengan cepat masuk kedalam rumah, sebelum langkahnya langsung terhenti begitu saja ketika kini, Dara sudah berdiri dihadapannya, menghadang jalannya.

Wanita paruh baya itu kini segera mendekati Jisoo, dan memegang lengan puterinya itu dengan erat. "Kau baik-baik saja, nak?"

Jisoo menatap Dara sejenak, sebelum kemudian mengangguk. "Aku baik-baik saja, eomma."

Dara meringis begitu mendengar perkataan Jisoo tersebut, lalu ringisannya kembali terdengar dengan jelas ketika kedua mata wanita Lee itu mengarah kearah dahi Jisoo yang kini sudah ditempeli oleh perban luka.

"Apa yang terjadi? Kau bahkan sampai terluka seperti ini! Semua baik-baik saja, kan?! Apa dia berbuat yang sudah kelewatan batas padamu?"

Jisoo hanya menghela nafas, lalu setelahnya sedikit menjauhkan badannya dari Dara. "Aku baik-baik saja. Bisakah untuk berhenti berbicara? Aku sangat pusing saat ini,oke?"

"Jisoo." Chanyeol, yang kini sudah berdiri disebelah Dara, pun memberikan tatapan tajam kearah adiknya itu. "Jaga bicaramu itu."

Jisoo mendengus. Tentu saja. Selalu saja Jisoo yang salah. Selalu dia, dan akan selalu dia.

"Hm, terserah." Jisoo pun kembali berjalan melewati Dara dan Chanyeol,seolah tuli ketika Dara terus memanggil namanya dengan nada penuh kekhawatiran, membuat Chanyeol kini hanya dapat menatap ibu-nya itu dengan tatapan iba.

Chanyeol sungguh tidak mengerti tentang kenapa Jisoo bisa bersikap seperti ini pada Dara, ibunya sendiri. Dara merasa khawatir dengan keadaannya, tapi apa harus Jisoo bersikap kurang ajar seperti ini?

"Eomma tadi mendapat telpon dari sekolah." Dara kini menatap Chanyeol dan memegang lengan pria Lee itu. "Katanya, dia berkelahi lagi dengan Irene. Semuanya baik-baik saja, kan? Dan, kenapa dia bisa sampai terluka seperti itu?"

Chanyeol tersenyum tipis, berusaha menenangkan Dara yang kini tampak sangat panik. "Tidak apa-apa, eomma. Mereka memang berkelahi lagi, tapi Jisoo masih baik-baik saja. Tadi, Jisoo tidak sengaja terjatuh karena terdorong. Lukanya juga sudah diobati, kok."

Dara hanya dapat membuang nafas beratnya. Atensinya segera teralihkan kearah pintu kamar Jisoo yang berjarak beberapa langkah darinya itu. "Aku tidak mengerti kenapa dia bisa sampai berkelahi seperti ini. Kalau appa-mu tahu, bisa habis dia nanti."

Chanyeol hanya diam. Dara memang benar, kalau sampai Donghae tahu jika Jisoo kembali membuat ulah di sekolahnya, berkelahi dengan Irene dan sampai dipanggil ke ruang guru, bisa habis wanita Lee itu.

"Eomma akan memberitahu appa?"

Dara menggeleng. "Tentu saja tidak. Kalau sampai dia tahu, kita bahkan bisa tidak selamat juga. Tunggu saja sampai dia tahu sendiri."

Chanyeol menghela nafas, berusaha menyetujui usulan ibunya itu, meski dalam hati dia malah merasa tidak yakin.

Donghae, appa-nya itu, sangat tidak suka dibohongi.

Kalau mereka menyembunyikan semua ini, tidak bisa menjamin jika mereka bertiga juga yang nanti akan terkena masalah.

"Maafkan aku, eomma." Chanyeol kini menunduk. Sungguh, dia benar-benar merasa menyesal sekarang, serta merasa tidak becus menjadi seorang saudara dan anak yang baik. Dia bahkan tidak bisa menjaga Jisoo dan menjadi sandaran untuk adik perempuannya itu.

stayingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang