39

443 53 34
                                    

Bagian ketigapuluhsembilan dari cerita.
Sekali lagi, ini hanya FANFICTION.
Happy Reading!

***

"Kau mau bicara apa?"

Jisoo sontak melipat kedua tangannya didada, berbalik badan sehingga wanita itu bisa menangkap Taeyong didalam penglihatannya sekarang. Kedua netranya melihat Taeyong yang juga balas menatapnya sembari menyisir rambutnya yang sedikit berantakan itu dengan salah satu tangannya.

"Kenapa kau seolah-olah sangat terburu-buru? Apa sebegitu tidak inginnya kau bahkan bicara denganku disini?"

Jisoo tertawa sinis. "Ya! Kau yang memintaku untuk bicara denganmu disini sekarang. Lalu, kenapa kau jadi balik menuduhku seperti ini? Yang jelas, apapun itu, kau pasti sudah tahu jawabannya apa kan?"

Taeyong hanya menghela nafas. Dia kini mengalihkan pandangannya kearah lain, menolak untuk melihat Jisoo yang berdiri didepannya itu, ketika ia sadar kedua mata wanita itu tengah menatapnya dengan lekat.

"Ya! Kau pikir dengan hanya kau yang diam disini, aku mau membuang waktuku, hah?"

Jisoo, yang sudah tidak sabar dengan Taeyong yang daritadi hanya diam tanpa bicara sepatah katapun sejak sepuluh menit yang lalu pun mulai protes.

"Kau mau bicara apa sebenarnya denganku? Ck, kau tahu jika aku punya waktu yang lebih berharga daripada meladenimu, kan? Kalau kau niatnya hanya mengajakku bercanda, maka aku akan per..."

"Aku minta maaf."

Jisoo otomatis berhenti bicara begitu kalimat tersebut dapat ia dengar dengan jelas keluar dari bibir Taeyong.

Dia melihat Taeyong yang juga menatapnya balik, dan keduanya pun hening selama 5 menit lamanya, sebelum kemudian tanpa disangka-sangka, Jisoo berjalan mendekati Taeyong dan kemudian meletakkan tangan wanita itu didahinya.

"Apa..yang kau lakukan?" Taeyong melihat kelakuan Jisoo tersebut, dan setelahnya menepis tangan wanita itu dengan cukup keras, membuat Jisoo pun terhuyung kebelakang.

Wanita itu membulatkan kedua matanya, dan dengan bertingkah sok dramatis, ia pun menutup mulutnya dengan salah satu tangannya, sementara tangan lainnya menunjuk Taeyong tepat diwajah pria Lee itu.

"Apa aku salah dengar? Kau..kau baru saja minta maaf padaku?"

Taeyong berdecak. "Kau tuli?"

"Ani." Jisoo kembali bertingkah sok dramatis, kali ini dirinya menepuk dahinya sendiri dan mencubit lengannya. "Seorang Lee Taeyong yang arogan, menyebalkan, dan sombong didepanku ini tengah meminta maaf padaku? Aku bahkan tidak percaya sama sekali."

"Berisik." Sadar jika Jisoo tengah mengejeknya, pria itu pun menatap Jisoo dan menjulurkan kepalan tangannya. "Kau mau kupukul?"

"Memangnya kau akan berani memukulku?" Jisoo pun memeletkan lidahnya, dan setelah puas mengejek Taeyong, wanita itu melipat kedua tangannya didada, menatap Taeyong dari atas sampai bawah dan setelahnya menampilkan senyum sinisnya.

"Kau adalah salah satu pria terbrengsek yang pernah kutemui."

"Apa maksudmu?" Taeyong tidak mengerti maksud Jisoo.

Jisoo hanya terkekeh kecil. "Kau pikir, aku akan percaya dengan kau yang minta maaf secara tiba-tiba padaku ini, hah? Atas dasar apa kau minta maaf padaku?"

"Atas dasar aku yang tadi mempermalukanmu di kelas."

"Kau selalu mempermalukanku di kelas, Taeyong." Ucap Jisoo. "Bukan hanya tadi. Semenjak kita sekelas pun, kau kerap mempermalukanku dan mencari masalah. Belum lagi, apapun yang kau lakukan, hanya aku yang selalu saja disalahkan oleh guru. Tentu saja karena kau yang pintar dan aku yang bodoh membuat mereka berpikir aku yang salah."

stayingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang