Bagian keempatpuluhdua dari cerita.
Sekali lagi, ini hanya FANFICTION.
Happy Reading!***
Jongin menggemgam tangan Chaeyoung dengan erat. Dan sembari menyejajarkan langkah kakinya dengan adik perempuannya itu, kedua mata pria Choi itu melirik sedikit, sehingga ia pun bisa mendapati Chaeyoung tengah berdiri disisinya, dengan wajah gugup, sedih, kecewa, dan semuanya bahkan bercampur menjadi satu.
Gaun hitam Chaeyoung sendiri melambai-lambai diterpa angin yang menghampiri pemakaman saat ini. Jongin sendiri sudah memakaikan adik perempuannya itu jaket miliknya agar setidaknya Chaeyoung tidak perlu terlalu kedinginan.
Dapat Jongin rasakan jika tangan adiknya itu tampak sangat dingin. Terlebih lagi, selain dingin, tangan Chaeyoung tampak gemetar didalam genggamannya.
Jongin dapat merasakannya dengan jelas.
"Naiklah."
Chaeyoung mengangguk, lalu dengan pelan ia pun masuk kedalam mobil setelah Jongin membukakannya pintu penumpang.
Setelah memastikan Chaeyoung sudah naik dan duduk dengan rapi, maka pria Choi itu pun menutup pintu dan berlari ke sisi pintu pengemudi.
Sebelum ia masuk kedalam mobil, kedua matanya malah terpaku pada suasana pemakaman didepannya tersebut.
Begitu hening dan sunyi.
Namun, diantara begitu banyaknya batu nisan, Jongin dengan mudahnya bahkan dapat menemukan dimana makam milik ibunya.
Dan, Jongin memilih sekali lagi melihat kearah batu nisan tersebut, sebelum pada akhirnya ia kembali masuk kedalam mobil.
Saat ini, Jongin dan Chaeyoung memang baru saja selesai berziarah dari makam ibunya. Setelah keduanya menangis bersama di kamar Jongin tadi pagi, maka Jongin sendiri memutuskan untuk mengajak Chaeyoung pergi ke makam ibu mereka.
Seunghyun tidak bisa ikut karena ayah mereka itu tengah berada dirumah kakek dan nenek mereka, sehingga tanpa basa-basi pun, Jongin dan Chaeyoung pergi kesana.
Makam Eunchae, ibu mereka, tampak masih begitu rapi, bahkan setelah begitu banyak waktu berlalu. Mungkin, Seunghyun yang menyewa perawat makam untuk selalu menyediakan bunga-bunga segar diatas tanah makam tersebut.
Sampai didepan makam Eunchae pun, Chaeyoung hanya bisa terus menangis tersedu-sedu. Suara tangisan Chaeyoung dipenuhi dengan jeritan yang sarat akan kerinduan yang begitu dalam.
Tanda bahwa memang, wanita itu sangat merindukan ibunya.
Sejak kecil, Chaeyoung memang tidak mendapat kasih sayang seorang ibu sepenuhnya.
Eunchae meninggal disaat usia Chaeyoung masih menginjak angka 5 tahun dikarenakan otot jantung ibunya itu yang sudah tidak bisa bekerja dengan normal lagi dan berada ditahap akhir.
Eunchae menolak donor apapun saat itu dikarenakan wanita itu hanya ingin dia bisa berakhir dengan tenang, seolah tahu jika dia bahkan akan meninggal sebentar lagi. Karena merasa tidak akan punya kesempatan apapun lagi, Eunchae memilih hidup seperti biasa.
Hanya dengan keluarga kecilnya, sampai akhir hayatnya.
Meski hanya mendapat waktu sedikit untuk hidup bersama Eunchae, setidaknya Chaeyoung masih memiliki banyak momen dengan ibu kandungnya itu yang tidak akan pernah bisa ia lupakan sedikit pun.
Saat dimana Eunchae mengantarnya pertama kali ke sekolah barunya, ibunya itu tampak begitu sangat bersemangat. Bahkan, wanita Choi itu bangun di subuh hari hanya untuk menyiapkan sarapan kecil untuk Chaeyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
staying
Fanfictionhubungan mereka menjadi rumit dikala perasaan serta masa lalu ditambahkan kedalamnya. jadi, apa yang harus dilakukan Jisoo, Jennie, Chaeyoung, Lisa, Junmyeon, Chanyeol, Sehun, dan Jongin kedepannya? 09/07/2020 BLACKEXO xoxorchlxoxo