Terdengar bunyi alarm yang memekakkan telinga di sebuah Apartemen, dibalik selimut tebal itu muncul kepala berwarna merah muda yang mengulurkan tangan untuk mematikan alarm. Dia adalah Haruno Sakura, seorang gadis cantik bermata emerald yang hidup sebatang kara.
Sakura bangun dari tidurnya, mengucek mata kemudian berjalan menuju kamar mandi.
Pagi ini sangat cerah, membuat Sakura bersemangat untuk memulai hari, dia memasang sepatu dan membuka pintu Apartemen. Namun langkahnya terhenti saat melihat seorang wanita berambut pendek berdiri di depan pintu sambil menengadahkan tangan.
Dia memasang wajah sangar dan menatap Sakura tajam, "Mana uang bulanan nya?"
"Maaf Bibi Anko, Saki belum punya uang," jawab Sakura ragu.
"Alasan! Ini sudah dua bulan Sakura. Pokoknya kau harus melunaskannya bulan depan, termasuk dengan bunganya. Kau paham?" bentak Anko menarik senyuman tipis di bibir.
"Iya Bibi Anko."
"Panggil aku nyonya, aku benci mendengar sebutan Bibi yang kau berikan," dengusnya tak terima.
"Baik nyonya," patuh Sakura.
Sakura mengelus dada saat sosok Anko tadi sudah beranjak pergi, ia mengunci pintu apartemen kemudian bergegas ke kampus dengan berjalan kaki, sengaja untuk menghemat uang yang didapat dari kerja paruh waktunya.
Sakura memasuki gerbang Universitas, dia menoleh ketika Ino meneriaki namanya. "Sakura!"
Dia memutar haluan dan mendekati Ino yang melambaikan tangan, "Pagi Ino." Sapanya riang.
"Pagi juga Sakura, apa kau ...," ucapan Ino terpotong karena teriakan keras dari beberapa gadis yang menyambut kedatangan idola kampus.
"Lihatlah itu! Sang pangeran es kita. Uchiha Sasuke betapa tampannya dirimu, aku sangat ingin menjadi pacarmu," ujar seorang gadis berambut kuning dengan lantang.
"Naruto dan Neji juga sangat tampan!"
"Sai dan Shikamaru lebih tampan."
Ino memutar bola matanya bosan, dia menarik tangan Sakura menjauh dari sana. "Aku benci gadis seperti mereka."
Sakura hanya diam tak menanggapi ucapan Ino. Mereka berjalan beriringan menuju kelas, Ino duduk di kursinya begitupun dengan gadis berambut merah muda itu.
Keduanya menoleh tatkala Sasuke dan teman-temannya lewat di koridor depan kelasnya, dapat dipastikan bahwa mereka sedang menuju kantin mengabaikan jadwal kuliah yang akan mulai beberapa menit lagi.
"Sakura, apa aku boleh bertanya?" Tiba-tiba Ino mendekatkan wajahnya pada Sakura membuat dia tersentak.
"E-eh? Boleh saja. Tapi jauhkan wajahmu dariku Ino."
Gadis pirang itu cengengesan, dia menjauhkan wajahnya dan bertanya, "Apa kau masih mencintai Sasuke?"
Sakura menunduk mendengar pertanyaan dari Ino, kepalanya mengangguk perlahan dan terdengar helaan napas dari Ino.
"Kenapa masih bertahan? Dia bahkan tak memandangmu."
"Karena aku mencintainya dengan ikhlas, melihatnya saja aku sudah bahagia Ino."
"Terserah padamu saja, aku hanya menyarankan banyak lelaki diluar sana yang ingin menjadi kekasihmu Sakura."
"Apa gunanya dicintai banyak lelaki? Hatiku akan tetap pada Sasuke-kun, untuk sekarang dan selamanya."
"Baiklah, aku diam."
Ino membalikkan badan dan sibuk mengeluarkan buku selang beberapa saat seorang Dosen memasuki ruangan dan kelaspun dimulai.
Setelah dua jam berkutat dengan materi, akhirnya mereka pulang. Ino berjalan gontai di samping Sakura, dia mengeluh sakit kepala.
"Sakura, apa kau punya waktu?"
"Ada apa Ino?"
"Mau menemaniku ke Cafe? Aku ingin bertemu dengan Sai-kun," ajak Ino berbinar.
"Maafkan aku Ino, aku harus segera bekerja setelah ini."
"Baiklah. Sakura, semangat ya!"
Gadis berambut gulali itu mengangguk dan berjalan menjauhi Ino, dia menyusuri jalanan yang begitu ramai akibat jam makan siang. Dia bahkan baru sadar kalau hari ini belum makan apapun, tangannya terangkat untuk menghapus peluh yang memenuhi jidatnya.
Sakura memasuki restoran tempatnya bekerja, hal pertama yang dilihatnya adalah keadaan yang cukup ramai. Kaki mungilnya melangkah ke arah dapur dan mengganti pakaian kerja, dia menyingsing lengan baju dan siap bekerja. Namun, kegiatannya terhenti saat Chouji sang pemilik restoran datang menghampiri.
"Sakura, maafkan aku."
"Apa maksudmu Chouji?"
"Maaf ya, mulai sekarang aku ingin kau berhenti bekerja," ujarnya.
"Kenapa?"
"Ada sesuatu yang tidak bisa kukatakan Sakura, sekarang pergilah. Ini gajimu selama sebulan ini," tukas Chouji sambil mendorong tubuh Sakura keluar melalui pintu belakang.
"Tapi ...." Sakura menunduk mendengarnya, air matanya jatuh perlahan. Kenapa nasibnya harus begini?
Dia pulang dengan kecewa, matanya memerah akibat menangis. Dengan apa dia makan jika tidak bekerja, langkahnya terhenti ketika melihat Anko yang sudah menunggu di depan pintu. Sakura mendekatinya dan tersenyum sopan.
"Aku tak meminta senyuman, mana uangnya?"
"Bukankah nyonya bilang bulan depan?" tanya Sakura memastikan.
"Sekarang!" bentaknya.
"Tapi ... aku hanya punya separuh."
"Berikan, minggu depan semuanya harus lunas. Kalau tidak aku akan mengeluarkan semua barangmu," ancam Anko.
Sakura menganggukkan kepala dan menunduk, Anko meninggalkan Sakura. Gadis itu kembali menangis memikirkan bagaimana dia mendapatkan uang untuk membayar sewa apartemen, Sakura mengambil kunci pintu dan membukanya.
*****
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Now And Forever [✓]
Short StoryNamanya Haruno Sakura. Gadis berusia 19 tahun yang tinggal di sebuah apartemen kecil, disana dia hanya sendirian karena orang tuanya telah meninggal saat Sakura berusia 15 tahun. Kehidupan Sakura berubah drastis ketika memasuki bangku kuliah, dia k...