21. Cahaya

296 73 32
                                    

Kini keempat anak SMA Pelita itu sedang duduk melingkar beralaskan karpet bulu berwarna pink di ruang TV rumah Reki. Sang pemilik rumah yang tak tahu apa-apa ikut nimbrung saja, tak peduli dengan apa yang akan dibicarakan nanti.

"Sumpah ya, gue usir juga lo bertiga lama-lama!" ucap Reki.

Sudah sekitar lima belas menit yang lalu mereka duduk disana, Putra, Aksa dan Ourel terdiam seribu bahasa dan terlelap dalam pikirannya masing-masing. Hanya Reki yang sedari tadi memperhatikan ketiga orang di hadapannya kini, sekali lagi, sebenarnya apa yang telah terjadi?

Aksa yang menyadari kekesalan Reki akhirnya buka suara, "Ourel mau bantu kita buat menyelesaikan permainan yang mulai dengan sendirinya, Ki." jelas Aksa.

Reki menyeringitkan dahi nya tak mengerti, "Bahasa lo kehalusan, ngga nyampe di otak gue!" jujur Reki.

Putra menghela napas, tapi kata-kata Aksa barusan menurutnya cukup bagus untuk mengibaratkan apa yang sedang menimpa nya. Permainan yang mulai dengan sendirinya, tak pernah ada yang memulainya, Putra tiba-tiba terhebak dan harus menyelesaikan itu.

"Sebelumnya gue mau ucapin terimakasih dulu sama lo yang mau ikut menyelesaikan masalah ini," ucap Putra yang akhirnya membuka suara. Ourel mengangguk dan menunggu penjelasan lebih lanjut lagi dari lelaki itu.

"Seperti yang lo tahu, gue udah mimpiin lo sejak lima tahun yang lalu, setelah kita kupas lebih dalam, kayaknya ada sesuatu yang harus gue pecahkan dari kepingan-kepingan yang gue ingat, hal pertama yang harus di pecahkan adalah siapa ibu lo yang sebenarnya, lo juga pasti pengen tau, kan?" tanya Putra penasaran.

Ourel terdiam, meresapi apa yang dikatakan oleh Putra tadi, "Pasti, tapi itu dulu. Sekarang gue ngga terlalu peduli soal itu, yang terpenting adalah gue bersyukur masih punya salah satu keluarga yang selalu ada buat gue." balas Ourel sambil menunduk.

Bohong jika ia tak penasaran dan ingin tau soal ibu yang telah melahirkan nya ke dunia ini. Ourel sudah menganggap wanita yang entah siapa dan bagaimana wujud nya itu telah meninggal dunia, karena ia yakin jika ibu nya masih hidup pasti ia akan berusaha mencari anaknya.

Putra menggaruk belakang kepalanya yang sama sekali tak gatal, ia takut salah berbicara sehingga membuat Ourel tak nyaman dan pergi, Putra menyenggol bahu Aksa, memberi kode agar ia menggantikan dirinya untuk berbicara.

Lelaki di pinggirnya ini menoleh dan paham dengan kode yang diberikan Putra. Akhirnya Aksa yang mengambil alih untuk melanjutkan pembicaraan ini dengan Ourel.

"Oke, yang kita curigai adalah pembantu di rumah lo, bi Cahaya itu, emang lo ngga ngerasa ada yang aneh? Kayak identitas nya yang misterius gitu?" tanya Aksa hati-hati.

Ourel terdiam kembali, apa yang dikatakan Aksa benar juga. Selama ini, dirinya tak pernah tahu asal-usul atau keluarga Cahaya, misterius bukan?

"Mmm, pernah gue tanya soal keluarga nya, katanya dia pernah menikah tapi ada beberapa masalah dan dia memilih untuk bercerai, entahlah, kami ngga pernah nanya-nanya soal itu lebih jauh lagi," balas Ourel.

Putra memandangi wajah Ourel yang sama sekali tak berekspresi, tapi entah mengapa ia seakan melihat kesedihan yang tak terbendung di dalamnya, entahlah, baru kali ini ia mengenal gadis seperti Ourel.

Reki yang sedari tadi menyimak percakapan mereka kini membuka suara, "Rel, lo kok bisa sih se tegar itu? Padahal lo cewek, salut gue!" puji Reki.

Ourel menoleh pada Reki yang kini sedang memerhatikan nya, ternyata tak hanya lelaki itu, Putra dan Aksa juga ikut memandangi dirinya, Ourel gelagapan sendiri, bukan malu, ia hanya risih.

"Mm, jadi apa yang bisa gue bantu?" tanya Ourel memecah keheningan.

Reki, Putra dan Aksa tersadar dari lamunannya setelah mendengar suara Ourel, sesegera mungkin mereka mengalihkan pandangan.

dream : hidden reality ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang