Waktu sudah berjalan menuju petang, matahari siap menyinari wilayah Indonesia bagian barat beberapa menit lagi, menunjukkan sinar nya dengan bangga pada semua makhluk yang berada di muka bumi ini.
Pagi tadi diawali dengan kericuhan dan kekhawatiran dua wanita di rumah itu, Aura dan Saputri. Terutama sang kakak yang kalang kabut tak kuasa meredam rasa panik nya, ia pun merasa bersalah karena beberapa saat sebelum Putra jatuh pingsan, dirinya sempat memarahi dan mengusir lelaki itu dari kamarnya.
Saat ini, di kamar bernuansa biru navy itu tersisa Saputri yang sedari pagi menemani adik nya yang tengah berbaring tak kunjung sadar, dirinya pun absen kuliah khusus hari ini. Padahal, Saputri tipe mahasiswi yang tak mau tertinggal satu pun mata kuliah. Gadis yang kini kebablasan tidur di kursi itu terlanjur sayang pada adik satu-satu nya, Putra.
Sinar sang surya menerobos masuk melalui jendela kamar Putra yang gorden nya sengaja di buka lebar, tepat menusuk ke mata lelaki yang kini mulai terbangun dari alam bawah sadarnya. Matanya mengerjap beberapa kali, silau, bingung dan pusing bersamaan menghampiri nya sekaligus.
Putra perlahan memaksa dirinya untuk bangun seraya menyingkap selimut yang menutupi nya hingga mulut, pasti ulah Saputri. Lelaki itu kini terduduk di kasur sembari terkekeh sendiri melihat kakak nya yang tidur di kursi belajar nya dengan mulut ternganga. Untung saja tak ada lalat atau nyamuk tersedot masuk ke dalam nya.
"Gue jadi penasaran gimana reaksi lo waktu gue pingsan tadi," kekeh nya geli.
Putra beranjak dari kasur hendak keluar kamar, mengambil segelas air untuk membasahi tenggorokan nya yang benar-benar kering siang ini. Tapi niat nya terhalang, karena Saputri tiba-tiba saja terbangun sambil menyeringitkan dahi nya, merasakan ada seseorang yang sedang berjalan menuju ke arah nya.
"Eh, Putra?! Mau kemana lo? Duduk cepetan, nanti kalo pingsan lagi gue nggak bisa gotong lo sendirian!" cerocos nya terkejut.
Putra mendecih, sebenarnya Saputri khawatir dirinya akan pingsan lagi atau lebih khawatir dengan bagaimana cara gadis itu akan menggotong nya nanti?
Saputri dengan cepat beranjak dari kursi dan mendorong Putra agar kembali ke kasur nya. Kini Putra terduduk kembali di tempat semula, memutar kan bola matanya malas karena ia rasa gadis di hadapannya ini terlalu berlebihan.
"Gue mau ngambil minum doang yaelah, lebay banget lo," ujar nya.
Saputri memelototi adik nya, benar-benar tak tahu malu, tak tahu terimakasih, tak tahu diri, tak tahu balas budi, semuanya lengkap berada di dalam diri lelaki itu!
"Halah! Lebay-lebay, tadi aja abis gue marahin di kamar, lo tiba-tiba pingsan di bawah! Sebenarnya Lo kenapa sih?!" tanya nya kesal.
Putra baru ingat soal kejadian yang membuat pikiran nya seolah di kendalikan dan pingsan tadi, tiba-tiba jantungnya berdegup kencang, ia mengingat jelas soal penglihatan yang secara tiba-tiba ada di pikiran nya.
Lelaki itu memejamkan matanya seraya menghirup napas dalam-dalam, menenangkan dirinya. Saputri yang berdiri tepat di hadapan adik nya keherenan, ada apa dengan Putra?
"Putra?" panggil Saputri.
Putra membuka kembali matanya sambil menggeleng kan kepala perlahan, kini dirinya menatap gadis di hadapannya dengan lekat. Saputri balik menatap kembali lelaki itu, ini sudah kedua kali nya mereka seperti ini. Apa akan ada kontes saling tatap-tatapan lagi? Tidak-tidak, sudah cukup.
"Putra!" panggil nya berteriak, takut tiba-tiba saja adik nya kerasukan makhluk lain. Biasanya mudah bukan mereka memasuki seseorang yang sedang sakit atau lemah? Lelaki itu tersadar dan kembali menghela napas nya, kesekian kali nya ia melakukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
dream : hidden reality ✓
Ficção AdolescenteKarena sebuah mimpi aneh yang memperlihatkan beberapa kepingan hidup seorang gadis yang sama sekali tak dikenalnya, Putra terpaksa harus menjalankan permainan yang sama sekali tidak dimulai olehnya. Mimpi itu mulai datang sejak Putra berusia dua bel...