Setelah kehilangan jam istirahatnya tadi, sekarang trio itu kini sedang berada di kantin. Ini sudah jam pulang, karena tak kuasa menahan lapar akhirnya Putra, Aksa dan Reki pergi ke kantin terlebih dahulu.
Sambil menunggu makanan datang, Putra teringat untuk menunjukan sketsa yang terus-terusan tak jadi ia perlihatkan pada Aksa karena banyak hambatan. Ia mengeluarkannya dari tas dan langsung memberikan kertas gambar itu pada Aksa.
Reki yang penasaran dengan gambar itu pindah tempat duduk menjadi di samping Aksa, tempat Putra sebelumnya. Reki memaksa duduk di tengah-tengah antara kedua lelaki itu. Dasar Reki, padahal sebelah kiri Aksa masih kosong tapi lelaki itu malah mengambil tempat Putra.
"Dasar lo ngga ngaca! Udah tau badan gede malah nyempil disini, untung gue udah sabar sama lo Ki!" sinis Putra lalu berpindah tempat duduk menjadi berhadapan dengan Aksa dan Reki.
Reki tak peduli dengan perkataan Putra, ia ikut memandangi gambaran yang dibuat Saputri itu dengan serius bersama Aksa. Lelaki berkacamata jtu menyentuh lukisan itu dari atas hingga bawah, seperti mencari sesuatu yang janggal. Sedangkan Reki menyipitkan matanya, merasa asing dan tak pernah melihat wanita itu.
"Gue ngga pernah lihat tuh, asing banget di mata gue," tutur Reki, sebenarnya Putra juga tak peduli pendapat Reki. Pasti lelaki itu tak tahu apa-apa soal ini, Putra menyimpan harapan besar pada Aksa, semoga lelaki itu pernah melihatnya walau hanya sekilas.
"Gue sepertinya ngga asing sama wajah ini, tapi gue ngga inget ngelihatnya dimana," ucap Aksa sambil mengingat dimana ia pernah bertemu dengan wanita itu.
Putra menghela napas, ia tak tahu apa yang harus dilakukannya untuk mencari tahu keberadaan wanita itu. Kebetulan juga, Putra melihat Ourel berjalan mendekat ke arah kantin. Ia tersenyum padanya, namun Ourel hanya menatap datar.
Lalu tatapannya beralih dan terhenti ke gambaran tadi yang berada di meja para lelaki itu. Ourel menghentikan langkahnya, ia merasa mengenal wanita yang ada di lukisan itu. Ia merasa wanita itu seseorang yang ada di sekitarnya, tapi entahlah.
bukankah aku mengenal wanita itu? batin Ourel.
Tapi ia tak yakin dengan pemikirannya, gadis itu pun melanjutkan kembali langkahnya untuk membeli sebotol air di salah satu kantin disana. Putra menatap Reki dan Aksa secara bergantian, seolah mereka berbicara dengan mata. Ketiga lelaki itu ternyata memikirkan hal yang sama.
Apakah Ourel mengenal wajah ini?
Mereka semua menunggu Ourel untuk pergi dari kantin terlebih dahulu baru melanjutkan obrolan tadi. Tapi makanan mereka datang, mereka lebih memilih menyantap makanan itu terlebih dahulu dan meninggalkan obrolan tadi untuk dibahas nanti.
-
"Siapa wanita yang ada di gambar tadi? Apakah aku mengenalnya?" tanya Ourel pada dirinya sendiri. Ia masih berada di lingkungan sekolah, gadis itu berniat untuk langsung pulang ke rumah tanpa mampir dulu ke toko buku seperti biasanya.
"Halo Ourel," sapa seseorang dari arah lapangan, lelaki berbaju basket. Ourel tahu siapa dia, teman dekat kakaknya. Ia tak memperdulikan Jergan yang menyapanya dan memilih untuk terus berjalan sembari meninggalkan sekolah.
Jergan tersenyum sendiri, ini pertama kali ia menyapa adik dari sahabatnya itu setelah memberanikan diri. Dugaannya beberapa hari kemarin benar, pasti ia akan di hiraukan lalu ditinggalkan. Tak lama ia melihat Darka yang baru keluar dari ruang ganti, lelaki itu pun menghampiri dan merangkul pundak Darka.
Darka menaikkan alisnya heran, ada apa dengan Jergan? tiba-tiba sekali seperti ini. Terus tersenyum sambil merangkul dirinya, pasti ada sesuatu yang diinginkan lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
dream : hidden reality ✓
Novela JuvenilKarena sebuah mimpi aneh yang memperlihatkan beberapa kepingan hidup seorang gadis yang sama sekali tak dikenalnya, Putra terpaksa harus menjalankan permainan yang sama sekali tidak dimulai olehnya. Mimpi itu mulai datang sejak Putra berusia dua bel...