Setelah sampai rumah sekitar pukul setengah enam sore, Ourel datang disambut dengan bi Aya yang sedang menunggunya di depan pintu.
"Habis dari toko mamang lagi bi, Ourel engga pulang malem kan?"
Ucap Ourel begitu mendekatinya, wanita itu hanya tersenyum sambil tertawa. Layaknya anak sendiri, Cahaya selalu mengomel jika Ourel dan Darka selalu pulang malam.
"Iya Ourel sayang, makan dulu ya."
Ucapnya lalu mengelus puncak kepala Ourel, merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan karena terbawa angin saat jalan pulang tadi.
Ia tak menyangka bisa mengurus anak majikannya sejak lahir hingga sekarang, dimulai sejak Darka lahir berati sudah sekita delapan belas tahun ia bekerja disini."Sambil nunggu abang kamu pulang, bi Aya siapin makanan dulu ya. Kamu mandi dulu terus turun lagi ke bawah ya. Udah sana cepetan."
Ucapnya sambil mendorong gadis itu, Ourel hanya tersenyum menuruti. Ia naik ke lantai atas dan masuk ke kamarnya, menyimpan tas lalu mengganti baju. Setelah itu mandi dan bersiap untuk makan malam.
Beberapa saat kemudian, Darka pulang setelah latihan basketnya yang cukup lelah. Ia mengelap keringatnya yang terus bercucuran, mengibaskan tangan seolah kipas.
"Bi Aya Darka pulang."
Ucapnya lalu masuk kedalam rumah, matanya menyusuri sesisi ruangan yang sangat sepi. Hanya terdengar suara orang yang sedang memasak di dapur. Sudah dipastikan kalau ayahnya belum pulang atau bahkan tidak akan pulang lagi.
Darka menyimpan tasnya di kursi, duduk santai di sofa dan menyalakan televisi untuk merilekskan tubuhnya.
Ourel datang dari kamarnya, tersenyum pada sang kakak dan pergi ke dapur untuk membantu Cahaya menyiapkan makan malam."Bi Aya udah selesai masak? Ourel bawa ke ruang tengah ya."
Ucapnya lalu membawa sebagian makanan ditangannya. Cahaya yang sedang mencuci tangannya mengangguk, lalu ikut membawa makanan lainnya.
"Gimana bang latihannya? Minggu depan udah mulai lomba kan?"
Tanyanya sambil menyimpan makanan di meja. Diikuti oleh bi Aya yang juga membawa makanan yang tak terbawa oleh Ourel.
"Iya, kayaknya nanti pulangnya bakal lebih sore. Bisa aja malem, abang kumpul lagi nanti hari Kamis lanjut Jumat. Nanti ada pertemuan dulu sebelum lomba pas hari Selasa, abang lomba hari Rabu."
Ucapnya, mendengarnya saja sudah membuat lelah apalagi melakukannya. Tapi Darka selalu semangat dan tidak pernah menyerah. Meskipun lelah, tapi ia senang karena merasa bahwa basket adalah sebagian dari hidupnya.
"Yaampun Ka, jangan lupa istirahat yang cukup ya. Nanti abis makan cepetan ke kamar biar bi Aya pijitin pasti pegel kan badannya?"
Ucap bi Aya sambil memasang wajah khawatir, Ourel juga menyetujui apa yang dikatakan bi Aya. Karena Ourel tak pandai memijat, jadi ia tidak bisa membantu. Terakhir kali ia memijat, saat kakaknya keseleo beberapa tahun lalu dan malah dibuat semakin sakit bukannya sembuh. Sejak saat itu, Ourel tak mau lagi memijit.
"Makasih bi Aya, pegel banget nih beneran hahaha."
Makan malam itu diakhiri tawa Darka, setelah itu Ourel dan Darka kembali ke kamar masing-masing dan bi Aya membantu merilekskan kembali otot otot Darka alias memijat.
-
Setelah Aksa pulang, Putra merebahkan dirinya. Pusing dengan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Kalau langsung bicara pada Ourel, ia rasa kurang tepat. Tapi memang harus, ia bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
dream : hidden reality ✓
Novela JuvenilKarena sebuah mimpi aneh yang memperlihatkan beberapa kepingan hidup seorang gadis yang sama sekali tak dikenalnya, Putra terpaksa harus menjalankan permainan yang sama sekali tidak dimulai olehnya. Mimpi itu mulai datang sejak Putra berusia dua bel...