O45 - Kebenaran : ?

194 30 31
                                    

Saya Jurin Laksawati menyediakan jasa gaplok online untuk para pembaca yang tidak melakukan vote dan komen di tiap paragraf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saya Jurin Laksawati menyediakan jasa gaplok online untuk para pembaca yang tidak melakukan vote dan komen di tiap paragraf. Jangan heran apabila pipi Anda tiba - tiba panas perih memerah, ya. Sekian terimaCASH.

***

“Ayo, masuk!”

Putra mengerutkan dahinya heran, asing dengan sosok yang ada dihadapannya sekarang. Wanita itu mengenakan kaus pendek berwarna hitam, terdapat bordiran bunga mawar hitam layu di dekat saku sebelah kanan dadanya. Celana yang ia kenakan sewarna dengan atasan, hitam panjang. Rambutnya yang biasa diikat cepol, kini diurai panjang sedikit bergelombang, juga menggunakan sedikit riasan di wajahnya.

Putra itu menyipitkan matanya memastikan, ini... Cahaya?

“Putra?”

Lelaki itu teresentak, “E—eh, iya?”

“Kenapa? Aneh ya?”

Putra menggangguk. Benar, dia Cahaya, pembantu di rumah Ourel yang tak biasanya berpakaian dan berias seperti sosok dihadapannya sekarang. Ini kah sosok Cahaya yang sebenarnya?

Wanita yang diperkirakan umurnya tiga puluh lima-an itu mempersilakan Putra untuk masuk ke dalam, Putra dengan ragu mengangguk, melangkahkan kaki tak begitu yakin ke rumah yang ia dapati isinya tak banyak barang benda.

Seperti yang dikatakan tadi, rumahnya tak begitu besar, minimalis, tapi nyaman untuk ditempati. Terdapat kursi panjang, dua kursi single yang berhadapan dengan meja di tengahnya, menghadap ke televisi yang sedang menyala.

Cahaya mendorong pelan punggung Putra agar melangkah lebih dalam, lelaki itu haha hehe tak enak, lalu mendaratkan pantatnya di kursi empuk single berwarna hitam pekat itu. Sedangkan Cahaya pergi melengos ke entah kemana, mungkin ke arah dapur, tebak Putra.

Perasaannya mulai tak enak, raut wajahnya tak tenang, ia tak nyaman berada di tempat yang damai dan sepi dari para umat manusia ini. Ah, dilihat dari peralatan rumah yang tak begitu banyak, Putra semakin yakin bahwa ini tempat rahasia sungguhan, rumah yang tak benar - benar ditinggali oleh wanita itu.

Sembari menunggu Cahaya yang menghilang dari pandangannya, ia merogoh ponsel di saku celananya, tergesa membuka roomchat nya bersama Aksa. Mengetik beberapa pesan yang dirasanya penting untuk disampaikan.

Sa, kalau gue gak keluar lebih dari satu jam, Lo dobrak aja ya, gue takut woi!

Cukup berlebihan, tapi Putra benar - benar merasa takut berada disini. Terlebih lagi hanya berdua dengan ibu - ibu yang misterius itu, penyimpan segudang rahasia.

dream : hidden reality ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang