Tepat pukul sembilan pertandingan basket antara tim BAJA dan tim BASTA dimulai. Riuh sorak-sorai dari kedua supporter yang bersebrangan terdengar ricuh begitu bola basktet dilempar dengan tinggi oleh wasit berbaju belang hitam putih.
Bola pertama didapatkan oleh Jergan, jagoan dari SMA Pelita. Dengan lihai sang ketua basket mendribell bola berwarna orange dengan garis-garis hitam itu mendekat ke wilayah lawan.
Dengan sengaja, tim BAJA tak merespon, mereka masih terdiam di posisi masing-masing dengan dada yang busung serta smirk andalan mereka.
Jergan berhenti mendribell bolanya lalu mengikuti gaya mereka. "Ngapain dada lo semua di busung-busung sambil nyengir kuda begitu? Lo pikir keren? Cakep? Kalau niat mau adu bacot terus tawuran, kalian salah lapak, anak Pelita semuanya anak baik-baik, maaf!" tegas Jergan lalu tersenyum miring.
Siswa-siswi SMA Pelita ricuh begitu mendengar ucapan Jergan yang setengah berteriak, ada yang bertepuk tangan, berteriak, serta tertawa menyetujui sang ketua basket sekolah mereka.
"YOW KITA SEMUA ANAK BAIK-BAIK MEN!" teriak Reki yang berada di barisan paling depan.
Putra menutup mulut Reki dengan tangannya, meskipun tak hanya Reki yang ribut, jangan sampai ucapan lelaki itu terdengar oleh tim BAJA dan menyulut emosi mereka. Bukan malah bertanding basket, bisa-bisa mereka baku hantam ditempat.
Brandon tertawa, sebagai manusia yang sering berkata pedas, lelaki itu terkekeh saat lelaki dihadapannya balik berkata pedas padanya. Tapi bukankah itu sebuah kebenaran?
"Woah, ini nih yang gue tunggu. Dari dulu mulut lo rapet bener macam orang bisu, sekarang udah bisa ngomong ya? Alhamdulillah dong?" ucap Brandon sambil menunjuk mulut Jergan.
Brandon menoleh ke arah belakang, lalu mengangkat tangannya menutupi mulut seolah berbisik. "Ketua basket tim onoh udah nggak bisu lagi, guys!" ucap Brandon lalu kembali menatap Jergan yang kini sedang tersenyum.
Derry mengepalkan tangannya, ia tak terima jika Jergan dihina, tapi ia menahannya, lelaki itu mengingat kembali pembicaraan mereka kemarin sore, poin utama adalah harus kuat iman!
Seolah mendapat kesempatan, dengan gerakan cepat Brandon hendak memukul bola yang ada di tangan Jergan, namun sayang, Jergan tak kalah cepat mengenyampingkan bola yang ada di genggamannya, membuat Brandon terlihat dengan keras memukul angin.
Riuh suara siswa-siswi Pelita kembali terdengar, mereka menertawakan Brandon yang tak becus. Bukankah ini sudah kedua kalinya tim BAJA ditertawakan? Mereka sama sekali tak berkutik, masih diam dalam posisi mereka, mungkin menunggu bos besar menyerang terlebih dahulu?
Jika kalian berada diantara deretan para penonton kedua tim basket itu, sungguh, kalian akan disuguhkan dengan pemandangan yang berbeda. Memang yang mereka lakukan adalah bertanding basket, namun ada hal lain yang akan dirasakan oleh penonton, yaitu menonton kedua geng yang akan bertarung. Memang sesengit itu sahabat!
Tak lama selang itu, Jergan kembali mendribell bola basket dengan fokus. Dengan refleks kali ini Brandon beserta para pemain BAJA lainnya bersiap menangkap, merebut, tak lupa menyiapkan suara untuk memanas-manasi tim BASTA.
Darka dan Derry berlari mendekati wilayah lawan, bersiap untuk menangkap bola yang sewaktu-waktu akan di oper oleh Jergan. Jere dan Kiwil bertahan di wilayah mereka, menahan serangan yang akan masuk.
Dihadapan Jergan yang masih mengoperkan bola basktet bergantian ke kedua tangannya, Brandon mulai membuka suara.
"Udah nggak usah sok-sokan jago, lempar aja bola nya ke gue, janji deh abis itu gue nggak akan ganggu anak-anak lo," tawar Brandon.
Jergan menahan tawanya, ia mendecih. Apakah Brandon pikir lelaki itu dapat membodohi Jergan si ketua basket? Oh, tidak semudah itu.
"Pfft, goblok banget lo,"
Dibarengi dengan itu, Jergan melempar bola basket dengan pasti ke arah Darka. Brandon spontan membalik dan hendak merebut bola itu, namun dua pemain dari tim nya, Bagas dan Willy sudah terlebih dahulu menyerbu Darka.
Tak semudah yang mereka pikirkan, Darka dengan lihai meloncat tinggi lalu melemparkan basket ke ring. Tak ada kata gagal, bola itu dengan manis masuk tanpa memantul.
Riuh anak-anak Pelita kembali terdengar, suara tepuk tangan beserta suara bising mendominasi. Brandon kesal kembali memukul angin, kali ini benar-benar memukul, bukan karena terpeleset seperti tadi.
Willy dan Bagas bersamaan memegang kepala mereka, tak sempat kedua lelaki itu mengompori nya, Darka sudah terlebih dahulu memasukan bola kedalam ring dengan mudah.
Kali ini bola basket dikuasai tim BAJA, Edri berada di depan, dihadapkan dengan Derry yang memang musuh bebuyutannya sejak SMP. Jergan sedikit khawatir jikalau tiba-tiba saja teman satu tim nya itu tersulut emosi oleh anak buah Brandon, namun ia mengangguk-anggukan kepalanya percaya pada Derry.
"Ketemu lagi sama gue nih, Nder," sapa Edri sambil memainkan bola.
Derry menjawab, "Iya, enek banget gue liat muka lo," ucapnya sambil memasang wajah seolah ingin muntah.
"Ngomong-ngomong-" ucapan Edri terpotong begitu Derry dengan cepat merebut bola dari lelaki itu. Ketika bola sudah sampai ditangannya, Derry tersenyum miring, "Kebanyakan bacot lo, tobatlah wahai ahli neraka!"
Jergan yang posisinya tak jauh mendengarnya, lelaki itu tertawa sambil menggelengkan kepala. Disaat-saat seperti ini, bisa-bisanya Derry berkata seperti itu. Sedangkan Edri melongo ditempat, lalu disasarkan oleh pukulan Brandon dibelakangnya.
"Bego!" ujar Brandon kesal.
Pertandingan terus berlanjut, bola basket masih dikuasai oleh Derry yang sudah membawa benda bulat itu ke wilayah lawan. Endang selaku anak buah Brandon mendekati Derry hendak merebut bola, namun gagal karena musuhnya sudah terlanjur memasukkan bola tepat di ring.
Suasana kembali riuh, peluit berbunyi menandakan babak satu telah selesai. Pertandingan basket biasanya dilaksanakan 4 babak per 12 menit, namun pertandingan yang diadakan oleh kedua sekolah ini hanya dua babak. Meskipun tersisa satu babak lagi untuk merenggut poin, para pemain tim BAJA sudah merasa kekalahan akan menyerangnya.
Brandon melambaikan tangannya dari pinggir lapangan, sang ketua basket itu mengumpulkan empat anak buahnya sambil memberi arahan.
"Oke, lupain permainan basket, fokus sama mulut-mulut lo aja buat manas-manasin mereka. Ketika mereka udah nggak fokus, baru lo semua sabet!" ujar Jergan kepada rekan timnya.
Edri membuka suara, "Gue juga tadi udah gitu bos ke si Derry, tapi dia bodo amat terus bola yang ada di gue malah keburu diambil, kaget gue!" jujurnya.
Brandon menggigit bibir bawahnya bingung, sepertinya Jergan sudah memberikan arahan yang baik pada timnya agar tak terpengaruh oleh ucapan-ucapan anak buahnya. Setiap masalah selalu ada solusi, dan Brandon sudah menemukan solusinya.
"Kalo kata-kata udah nggak didengar, mau nggak mau kita harus main fisik," ucap Jergan sambil tersenyum miring.
Sedangkan tim BASTA kini sedang beristirahat, membasahi tenggorokan mereka yang kering. Sedari tadi, pandangan Jergan tak lepas dari kerumunan kelompok sebelah, ia tak tahu apa yang sedang Brandon dan timnya rencanakan untuk 12 menit kedepannya, yang jelas pasti selalu buruk.
"Woi, sini!" ajak Jergan pada teman-temannya.
Darka, Jere, Derry dan Kiwil yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing mendekat ke arah Jergan.
"Mmm, gue rasa Brandon lagi ngerencanain sesuatu, tetep fokus dan hati-hati, kita harus bawa kemenangan buat SMA Pelita, oke?" ucap Jergan meyakinkan.
Keempat rekannya menganggukkan kepala, memahami kekhawatiran yang dirasakan Jergan. Tapi, lebih baik kalah karena sportif daripada menang hasil curang. Bukan begitu?
ʳᵃˡᵃᵗⁱ
hai sahabat, sudah seminggu berlalu sejak aku update chapter 31 huhu. boleh minta ucapan semangatnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
dream : hidden reality ✓
Fiksi RemajaKarena sebuah mimpi aneh yang memperlihatkan beberapa kepingan hidup seorang gadis yang sama sekali tak dikenalnya, Putra terpaksa harus menjalankan permainan yang sama sekali tidak dimulai olehnya. Mimpi itu mulai datang sejak Putra berusia dua bel...