43. Pertanda Buruk

215 27 48
                                    

assalamu'alaikum ukh yuk sebelum baca vote dulu ceritanya, jangan lupa komen di tiap paragraf yh lov 😊✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

assalamu'alaikum ukh yuk sebelum baca vote dulu ceritanya, jangan lupa komen di tiap paragraf yh lov 😊✨

***

Pagi hari ini, cuaca amat tidak mendukung untuk mengiringi perjalanan aktivitas seperti biasanya, padahal tadi malam langit begitu cerah. Ah, ini masalah awan. Malam tadi, tiruan kapas itu sama sekali tak hadir, dan pagi hari ini, gumpalan putih itu menyerbu langit dengan bergerombol, bahkan hadir dengan wajah mendung, abu dan sebagian menghitam. Dia marah mungkin.

Dipastikan, tak lama lagi rintikan air akan menyerbu tanah tanpa menunggu giliran. Jatuh seolah tak ada beban, menyapu debu jalanan yang dihasilkan kemarin hari.

Di hari yang mendung, hati seseorang yang jauh disana juga sedang mendung—lebih tepatnya menanti es dundung—no, bercanda. Putra, di dalam kamarnya ia sedang berkacak pinggang, memandangi seonggok manusia yang kehadirannya sama sekali tak diinginkan sejak kemarin. Tak lain dan tak bukan adalah Reki, lelaki itu masih terkapar di kasur singlenya di bawah, berbalut seprai batman milik Hasyim, keponakannya.

Reki tidur celangap, alias mulutnya terbuka lebar seraya mengorok seperti tukang bangunan yang sudah lama tak berjumpa dengan kasur. Badannya telungkup, satu tangannya di bawah bantal dan satu lagi di samping mulutnya. Selain mendengkur keras, lelaki yang selalu mengungsi di kediaman Dirgantara itu membuat genangan pulau di bantal kesayangannya yang tiba - tiba direbut tadi malam. Bagaimana seorang Saputra pemarah Dirgantara itu tidak angry?!

“WOI KEBO! BANGUN GAK LO?!”

Putra melempar meja yang ada di kamarnya. Pengennya. Tapi sayang, lelaki itu mengurungkan niat baiknya itu, takut mejanya rusak, kalau udah rusak, emang Reki mau tanggung jawab? Hmz.

Reki tak menghiraukan—ah, lebih tepatnya tak mendengar decakan Putra yang raut wajahnya seperti emak - emak yang akan menghantam anaknya setelah menghilangkan sebuah Tupperware, bagaimana mau mendengar, ia masih sibuk menjelajah di alam mimpi.

Kalau dilihat - lihat, di pandang, di raba, di putar, dijilat, di celupin—okey, ngaco. Raut wajah Reki menggambarkan bahwa di alam bawah sadar sana lelaki itu sedang fall in love with someone, amosok?! Reki 'kan homo? ups bercanda Ki.

Bibirnya yang tampol-able itu monyong - monyong, maju beberapa centi seraya mendekap guling. Positif thinking saja, mungkin Reki sedang olahraga bibir. Tapi tidak bisa, peragaan Reki terlalu jelas untuk memperlihatkan adegan seseorang yang sedang kiss - kiss manjalita. Nanti kapan - kapan author suruh Putra untuk bawa Reki ke tempat ruqyah, slow.

Muncul ide jahil di otak Putra yang masih memandang jijik ke arah Reki, adegan seperti ini dibiarkan begitu saja? Hmm tidak bisa. Lelaki itu mengedarkan pandangan mencari smartphonenya, ada di atas meja.

dream : hidden reality ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang