jangan lupa vote dan komen komen yaa! selamat membaca <3
***
Matahari semakin meninggi, begitu terik dan panas sampai - sampai ketiga cowok yang tengah bermain PS di sebuah kamar bernuansa biru kuning itu kegerahan hingga bercucuran keringat.
Ventilasi udara dan jendela yang terbuka lebar leluasa mempersilakan angin untuk masuk, ditambah AC yang menyala dengan seharusnya, namun panasnya cahaya matahari mengalahkan semua itu.
Oh, sekitar pukul dua belas siang tadi, pembicaraan mengenai masalah itu di bubarkan, sudah cukup hingga sejauh ini, tinggal menunggu seseorang berinisial A menampakkan dirinya ke hadapan Putra.
"Asli, panas pisan ieu mah!" ujar Reki seraya mengibaskan kedua tangannya, wajahnya memerah beserta tetesan keringat yang mengalir dari dahinya.
Putra meniupkan oksigen di dalam tubuhnya kepanasan, Aksa pun tak kalah berkeringat, padahal ketiga manusia itu hanya bermain play station, tak mengeluarkan banyak gerakan yang dapat memicu keluarnya cairan dalam tubuh.
"Kamar Lo ketinggian, Ki. Mana jendela beningnya gede banget, kumaha rek teu panas?"semprot Putra menyalahkan posisi serta design kamar Reki yang terasa seperti kamar di apartemen.
Reki mendengus kesal, "Mana gue tau?! Ini semua sebab si Mima." ucap Reki menyalahkan.
Setelah sekian lama, akhirnya Putra kembali berkunjung ke rumah Reki yang begitu besar, sampai - sampai dari kamar Reki ke dapur harus naik ojek dua kali belokan, ea bercanda.
Ini kali pertamanya Aksa datang kemari, selama ini ia hanya bermain di rumah Putra."Nah itu tuh alesan gue main mulu ke rumah Lo, disini mah gede doang rumahnya, nggak tahan panas." ujar Reki lalu bangkit dari sofa.
Lelaki itu keluar dari kamar, meninggalkan Putra dan Aksa di dalam kamar dan turun melalu tangga yang melingkar panjang ke bawah, mengarah ke ruang tamu yang dibisingkan oleh suara dari televisi yang menampilkan film India, kesukaan mama Reki.
"Boli curiyaa, boli kan kana~
Haimi hokai teresejana~
Temere-""Cik atuh Mi leutikan saeutik, gandeng pisan!" (Kecilin dikit dong Mi, berisik banget!) ujar Reki seraya berjalan mendekati mamanya, mengambil alih remot di meja dan mengecilkan volume.
Raisa menatap sinis putra sulungnya, kembali mengambil paksa remot di tangan cowok berkaos hitam itu dan menaikan kembali volumenya. Bernyanyi sesenang hati meskipun tak tahu lirik. Yang penting happy~
"Udah plagiatin nama, ikut - ikutan jadi penyanyi juga, padahal suara Mima kan kaya toa masjid!" cibir Reki lalu melengos ke arah dapur. Lebih tepatnya berlari kecil, takut di gebuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
dream : hidden reality ✓
Novela JuvenilKarena sebuah mimpi aneh yang memperlihatkan beberapa kepingan hidup seorang gadis yang sama sekali tak dikenalnya, Putra terpaksa harus menjalankan permainan yang sama sekali tidak dimulai olehnya. Mimpi itu mulai datang sejak Putra berusia dua bel...