23. Memory

293 61 41
                                    

Seperti biasanya, Ourel sudah bangun di waktu Sang Surya belum menampakkan dirinya di ufuk timur. Jarum jam tepat membuat sudut lancip, jarum pendek berada di angka empat dan jarum panjang berada di angka dua.

Gadis itu sudah bilang pada Cahaya jikalau besok ada seseorang yang ingin bertemu dengannya. Meskipun awalnya menolak karena Cahaya tak tahu siapa sebenarnya yang ingin menemui nya, Ourel berusaha keras untuk meyakinkan bibi nya agar dapat ditemui oleh Putra.

Bukan karena lelaki itu alasan sebenarnya ia berusaha membuat bibi nya yakin, Ourel juga benar-benar penasaran soal rahasia itu, juga soal identitas asli pembantu nya.

"Huffhh," tiup Ourel dari mulut nya.

Udara sangat dingin sampai-sampai angin yang keluar dari mulut Ourel terlihat jelas berwarna putih. Tapi tenang saja, gadis itu tak akan mudah merasa kedinginan, udara pagi ini kalah jauh dengan dinginnya gadis itu.

Pagi ini dirinya tak berada di balkon kamar seperti biasa, ia sedang duduk di kasurnya menghadap ke jendela yang kebetulan berada tepat di sampingnya. Ourel membuka lebar-lebar jendela kamar nya, mempersilahkan angin masuk dengan leluasa.

Angin yang tenang berhembus menerpa rambut sebahu Ourel yang terurai rapi, sinar bulan di langit pagi ini cukup terang, bintang-bintang pun berhamburan di atas sana. Syukurlah, bulan tak ditinggal sendirian lagi.

Begitu sepi dan tenang di luar sana meskipun ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang di luar sana, gemerlap remang lampu-lampu rumah tetangga sekitar menjadi penghias indahnya di Selasa pagi. Ourel suka suasana seperti ini, lebih nyaman lagi jikalau hujan datang, betah!

"Tuhan baik sekali, ya. Udara segar ini hanya di peruntukkan orang-orang yang gemar bangun pagi, orang yang selalu bangun siang tak akan dapat udara se-sejuk ini," ucap Ourel seraya tersenyum dan menghirup kembali udara.

Entah mendapat hidayah, pagi hari ini Ourel ingin sekali mengucapkan banyak terimakasih pada Tuhan yang tanpa ia sadari selalu memberi banyak peluang agar Ourel selalu bahagia. Ia hanya memandang kehidupan yang ia jalani dari sisi negatif nya, bukan positif.

"Orang yang selalu mengeluh dan merasa kurang adalah orang yang tak pandai bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan padanya, termasuk ... aku," ucapnya lagi sambil menutup rapat kedua mata nya.

Bukan membicarakan orang lain, Ourel berbicara soal dirinya sendiri. Selama ini ia banyak mengeluh, soal dirinya yang tak punya ibu, soal ayahnya yang sedikit demi sedikit berubah, soal dirinya yang berbeda dari orang lain, itu karena dirinya lupa bersyukur. Tuhan sudah memberikan Ourel dua malaikat yang selalu berada di sisinya dalam keadaan apapun. Cahaya dan Darka.

"Terimakasih karena kau telah mendatangkan dua orang hebat ke dalam hidupku, Tuhan," ucapnya lalu menutup kembali jendela kamarnya.

-

"Woi kak Ros, bangun!" suruh Putra sedikit berteriak.

Kejadian hari kemarin terulang kembali, Putra lagi-lagi terbangun sekitar pukul setengah lima, dirinya merasa takut akan sesuatu yang di bahas nya tadi malam. Kini Putra sedang berada di kamar Saputri, menerobos masuk kamar kakak nya yang kebetulan tak dikunci. Dirinya butuh teman untuk mengobrol sekaligus menenangkan kan dirinya, Putra benar-benar takut!

"Woy cewek! Kebo apa budeg sih lo?" guncang Putra sekali lagi.

"Apa sih?!" tanya sang kakak terganggu.

Putra menarik kedua tangan Saputri yang terpaksa terduduk di kasur nya.
Gadis itu membuka penutup mata warna merah bergambar Tata BT21 dengan kasar dan mendorong Putra hingga lelaki itu terpelonjat.

dream : hidden reality ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang